Mohon tunggu...
Yuswanto Raider
Yuswanto Raider Mohon Tunggu... Guru - Saya seorang guru dan penulis lepas yang lahir di Surabaya pada 14 Februari 1974. Sejak tahun 2005 saya tinggal di Desa Kembangsri Kecamatan Ngoro Kabupaten Mojokerto

Hobi saya merawat tanaman, traveling, outdoor learning, dan advokasi kemasyarakatan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Refleksi Hari Lahir Pancasila, 5 Hal Ini Harus Dilakukan Dunia Pendidikan

1 Juni 2022   11:57 Diperbarui: 2 Juni 2022   03:08 960
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Pancasila/Kompas

Garuda Pancasila, Akulah Pendukungmu

Patriot Proklamasi, Setia Berkorban Untukmu

Pancasila Dasar Negara

Rakyat Adil Makmur Sentosa

Pribadi Bangsaku

Ayo Maju, Maju!

Syair lagu nasional berjudul Garuda Pancasila itu, sudah penulis dengarkan dan hafalkan sejak duduk dibangku sekolah Taman Kanak-kanak. Bahkan menghafal dan mengucapkan 5 sila yang ada di Pancasila, menjadi sebuah kebanggaan tersendiri. Kita pasti masih ingat akan rasa dan kesan-kesannya saat itu!

Hari Lahir Pancasila diperingati setiap tanggal 1 Juni. Termasuk di tahun 2022 ini, Hari Lahir Pancasila diperingati pada Rabu, 1 Juni 2022. Ironisnya, peringatan Hari Lahir Pancasila tak semeriah hari nasional lainnya. Entah kenapa dan mengapa?

Padahal, bila kita mengkritisi sejarah perjuangan bangsa ini, Hari Lahir Pancasila merupakan hari penting dalam menegakkan dan membangun Bumi Persada Nusantara ini. Bagaimana pun, Pancasila adalah ideologi bangsa dan menjadi sumber dari segala sumber hukum.

Tak berhenti disitu, Pancasila merupakan falsafah hidup sekaligus pandangan hidup bagi segenap rakyat yang bernaung di dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Lima sila dalam Pancasila, sejatinya sudah cukup untuk menata perikehidupan dan pemerintahan secara adil, bijaksana, dan sejahtera.

Belum lagi adanya penerjemahan lima sila Pancasila dalam 45 butir nilai-nilai luhurnya. Seluruhnya sangat cukup dan kuat untuk menjadi bekal hidup segenap rakyat Indonesia. Terutama dalam menjalani kehidupan berbangsa dan bernegara dalam lingkup kehidupan dan hubungan dengan segenap bangsa-bangsa di dunia.

Sementara itu, banyaknya permasalahan yang muncul di negara ini, sejatinya disebabkan oleh ketidak-konsistenan dan rendahnya pemahaman dan pemaknaan Pancasila itu sendiri. Rakyat Indonesia sepertinya (maaf) buta dan awam akan keberadaan Pancasila. Tentu saja hal ini dibuktikan dengan berbagai kompleksitas kehidupan di berbagai bidang.

Tanpa bermaksud hanya bersandar pada keadaan negatif, sudah seharusnya seluruh elemen bangsa ini berpikir lebih cerdas dan bijaksana. Apalagi hal itu menyangkut urusan harkat dan martabat bangsa. Hal itu berhubungan dengan bagaimana persatuan dan kesatuan terwujud dalam Bumi Pertiwi. Minimal mampu mengimplementasikan semboyan Bhinneka Tunggal Ika.

Selanjutnya, diakui atau tidak diakui, dunia pendidikan punya peran penting lagi strategis. Terkhusus untuk membumikan kembali nilai-nilai luhur Pancasila sebagai falsafah hidup segenap rakyat Indonesia. Sehingga dengan peran dunia pendidikan, pasti mampu meminimalisir berbagai permasalahan yang menyangkut degradasi mental dan moral, apalagi pada aspek ideologi bangsa ini.

ORASIPANCASILA : Penulis saat menyampaikan orasi di Taman Pancasila SMAN 1 Bangsal dalam Peringatan Hari Lahir Pancasila Tahun 2017 (Foto:Yuswanto Raider)
ORASIPANCASILA : Penulis saat menyampaikan orasi di Taman Pancasila SMAN 1 Bangsal dalam Peringatan Hari Lahir Pancasila Tahun 2017 (Foto:Yuswanto Raider)

Dalam kesempatan ini, penulis memiliki pandangan sederhana. Bahwasannya dunia pendidikan menjadi elemen penting untuk kembali mengoptimalisasikan pengetahuan, pemahaman, pemaknaan dan pengamalan nilai-nilai luhur Pancasila. Sehingga akan terwujud kondisi bangsa ini yang berintegritas dan memiliki komitmen tinggi dalam menumbuhkembangkan nasionalisme.

Lantas apa yang seharusnya dilakukan dunia pendidikan atas daya upaya memutakhirkan nilai-nilai luhur Pancasila? Nampaknya ada 5 (lima) hal berikut yang krusial untuk dilakukan seluruh elemen dunia pendidikan kita.

EDUKASI 45 BUTIR

Muatan 45 butir nilai-nilai luhur Pancasila, teramat penting untuk diketahui dan dipahami. Agar setelah itu kita dapat memaknai sekaligus mampu mengamalkannya secara konsisten. Bagaimana pun, 45 butir nilai luhur Pancasila itu mampu menjadi pedoman dalam meningkatkan kualitas generasi bangsa ini.

Apa saja isi dari 45 butir nilai luhur Pancasila itu, tentunya pembaca dapat mengakses informasinya di situs Kemhan yang dilansir pada Kamis, 20 Nopember 2014. Selain itu, dapat pula mengakses laman bukasekolah yang dilansir pada 4 September 2016.

Secara prinsip, 45 butir nilai luhur Pancasila itu tersebar di 5 sila yang ada di Pancasila. Rinciannya, di sila 1 ada 7 butir. Sila 2 berisi 10 butir. Sila 3 berisi 8 butir. Sila 4 berisi 10 butir; dan Sila 5 memuat 11 butir. Jadi dari 5 sila Pancasila itu memuat total 45 butir nilai luhur Pancasila.

Pada masa orde baru, pendidikan dilakukan dengan adanya penataran P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasil). Sehingga pada saat itu, sistem edukasi atas dasar negara dilakukan secara sistematik. Meskipun pada akhirnya dihentikan secara politis, karena dicurigai sebagai bentuk doktrinasi salah satu partai politik atau pun penguasa belaka.

Tanpa harus mengesampingkan sejarah membumikan Pancasila, tampaknya mulai 1 Juni 2022 harus ada tindakan konkret, berkesinambungan dan berkelanjutan. Pendidikan Pancasila harus menjadi satu-satunya materi pelajaran di semua jenis dan jenjang pendidikan. Bagaimana pun caranya, hal itu harus dilakukan demi keutuhan, kokoh dan kuatnya NKRI.

Seluruh institusi pendidikan harus mensosialisasikan secara nyata atas apa yang terkandung dalam Pancasila. Setidaknya hal itu akan menjadi pengingat, bahwa Indonesia memiliki pola dan tatanan perilaku yang berlandaskan Pancasila. 

Nilai-nilai luhurnya harus dijadikan cara pandang dalam menyikapi setiap perubahan yang terjadi. Hal ini penting dan teramat sangat penting untuk menjami kualitas dalam berkehidupan dan berkebangsaan yang bermartabat.

SIMBOL/PRASASTI

Kita semua tentu masih ingat, adanya kewajiban semua warga Negara Indonesia disaat pergantian presiden. Semua rumah dan instansi wajib memasang tiga foto/gambar di dinding dalam rumahnya. Terutama diruang tamu atau ruang publik. Ketiga foto/gambar itu adalah Pancasila, Presiden, dan Wakil Presiden.

Ketika masa orde baru, semua rumah dan kantor maupun ruang publik, dipastikan memasang ketiga foto/gambar itu. Meskipun berbeda ukurannya, tetapi dapat dipastikan tingkat kepatuhannya tinggi. Bagaimana dengan kondisi sekarang?

Penulis menyakini bila kondisi sekarang tentu tidak sepatuh dulu. Apalagi dilandasi dengan sesuatu yang selayaknya menjadi kewajiban tanpa adanya keterpaksaan. Ketiga foto/gambar itu tentu jarang dipasang dengan benar atau bahkan sengaja tidak dipasang. Meskipun hal itu sederhana, sejatinya fakta itu menjadi bukti atas kualitas nasionalisme warga Negara.

Sekarang, dengan melihat fakta situasi dan kondisi bangsa ini, sudah seharusnya kita semua tersadar. Salah satu foto/gambar Pancasila adalah simbol bagi seluruh rakyat Indonesia. Meski dulu menjadi kewajiban, seyogjanya kini menjadi sebuah kesadaran mutlak untuk memasangnya. Minimal akan menjadi pengingat seluruh anggota keluarga akan dasar negaranya.

Disisi lain, akan sangat indah bila setiap institusi negara maupun sekelas sekolah dan kawasan-kawasan publik mulai bangkit. Ya, bangkit dan sadar akan simbol negaranya yang jelas-jelas menjadi landasan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Harusnya tak hanya mampu memajang ketiga foto/gambar itu, tetapi dapat berbuat lebih baik lagi.

Sebagai renungan, kita dapat menghitung ada berapa taman atau monumen di suatu daerah setingkat kecamatan yang memiliki pajangan khusus atas Pancasila. Ada berapa desa, kecamatan, kantor pemerintahan, hingga sekolah dan kampus yang memiliki Taman Pancasila? Tentu hal itu dapat dihitung dengan jari kita. Ironis bukan?

Dari sinilah seharusnya institusi pemerintah, sekolah, dan bahkan perusahaan justru mulai berlomba-lomba membangun Taman Pancasila di areanya sendiri. Lebih bagus lagi bila dapat dibangun di area publik. Hal itu sangat baik bagi pendidikan kesadaran bela Negara maupun dalam rangka membumikan Pancasila dalam segenap aktifitas warga negaranya.

Seluruh jenjang sekolah, sepertinya mampu untuk membangun Taman Pancasila di sekolahnya. Sehingga seluruh warga sekolah akan familier dengan identitas bangsa dan dasar negaranya. 

Cara seperti ini terlihat sederhana tetapi minimal mampu memberikan edukasi secara mendasar untuk mengetahui bahwa Pancasila adalah ideologi bangsa Indonesia.

KOMITMEN KEBIJAKAN

Perkembangan manajemen dunia pendidikan, di awal tahun 2022 terbilang sangat istimewa. Hal itu dipicu dengan adanya Kurikulum Merdeka Belajar. Mengingat salah satu target yang ingin dicapai adalah terwujudnya profil pelajar Pancasila yang betul-betul berkualitas. Tentunya hal itu selaras dengan kebijakan pemerintah untuk mewujudkan generasi emas Indonesia tahun 2045.

Harus diakui, sejatinya kebijakan dalam Kurikulum Merdeka Belajar, jelas memiliki muatan nasionalisme tinggi. Terobosan secara mutlak itu sangat baik dan selaras dengan kebutuhan bangsa dan Negara. Meskipun ini menjadi sebuah bentuk keberlanjutan atas pendidikan karakter yang sudah didengungkan sejak tahun 2010.

Menurut hemat penulis, bila memungkinkan dalam dunia pendidikan, segenap materi Pancasila beserta nilai-nilai luhurnya. Kandungan penting pada nilai-nilai luhur Pancasila dapat dijadikan sebagai landasan operasional sekolah untuk penguatan pendidikan karakter di sekolah.

Disamping itu, sejatinya kebijakan yang bagus untuk proses membumikan Pancasila di setiap lini dan sektor kehidupan harus segera dirumuskan. Apalagi untuk sekolah atau dunia pendidikan. Minimal sekolah mampu menerbitkan kebijakan yang terfokus pada peningkatan karakter nasionalisme sekaligus memahami nilai-nilai luhur Pancasila.

Tak hanya kebijakan yang berkutat pada materi pelajaran maupun peningkatan prestasi. Khusus urusan ini, sebaiknya sekolah mampu menerbitkan kebijakan dalam pembinaan kesiswaan. Tentu saja bila hal itu terwujud, para pelajar dan generasi muda dapat diselamatkan dari berbagai bentuk pengaruh lainnya.

KUALITAS SDM

Upaya-upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) dalam institusi pendidikan, sangat banyak dan variatif. Hanya saja, upaya-upaya itu masih mengarah pada tataran kompetensi pembelajaran maupun administratif. Belum menyentuh secara akurat pada peningkatan SDM yang sadar betul akan kewajiban dan tanggung jawab terhadap nilai-nilai luhur Pancasila secara totalitas.

SDM pendidikan, terkhusus pada tenaga pendidikan (guru) sudah seharusnya memiliki bekal pengetahuan, wawasan dan keterampilan yang lebih. Apalagi dalam hal pengetahuan, pemahaman, pemaknaan hingga pengamalan nilai-nilai luhur Pancasila.

Harapannya, bila guru memiliki hal-hal yang termaktub dalam nilai-nilai luhur Pancasila, setidaknya akan mampu menanamkan nilai-nilai itu pada peserta didiknya. Sehingga upaya membentuk dan mewujudkan generasi emas Indonesia dapat diaktualisasikan secara mutlak. Disinilah sejatinya tahapan awal yang seharusnya direnungkan semua pihak dalam membumikan Pancasila di sekolah.

Mengingat, sudah ada setidaknya dua kebijakan dan atau program di dalam sekolah yang sangat mendukung. Penguatan pendidikan karakter (PPK) dan berlakunya Kurikulum Merdeka Belajar (KMB), jelas menjadi peluang bagi guru untuk berkarya dan memberikan contoh pada peserta didiknya.

Menurut hemat penulis, sangatlah bisa adanya keselarasan program lintas institusi untuk meningkatkan kualitas guru sebagai pionir maupun pendobrak pengamalan Pancasila. Kemendikud Ristek, Kemenpan-RB, Kemenhan, Kemenkum-HAM, dan Badan Pembina Ideologi Pancasila (BPIP) harus memiliki satu program yang sama untuk guru. Utamanya dalam rangka meningkatkan kualitas pengetahuan dan pengamalan Pancasila melalui sekolah,

GERAKAN BERSAMA

Keberhasilan suatu program, selain tergantung pada kebijakan yang berpihak, tentu saja sangat dibutuhkan langkah strategis implementasinya. Seluruh masyarakat Indonesia harus segera sadar dan kemudian bersatu padu untuk membangun keselarasan dalam memahami ideologi dan falsafah hidup bangsa ini.

Agar nilai-nilai luhur Pancasila dapat kembali diketahui segenap masyarakat, maka harus dilakukan kegiatan yang bertahap dan bersama-sama. Tak peduli dari elemen dan status apa seseorang, sudah menjadi kewajiban untuk tahu dan mampu mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Lahirnya Pancasila untuk Indonesia yang adil, makmur, dan sejahtera. Bukan untuk masyarakat yang apatis dan skeptis terhadap dasar-dasar negaranya.

Masyarakat dalam dunia pendidikan dapat menjalin komunikasi lintas sektoral dan bergerak bersama untuk membumikan Pancasila. Berbagai potensi sekolah dapat dipadu-padankan dengan potensi masyarakat dan menjadi sebuah gerakan yang mampu menumbuhkan kesadaran. Pastinya, gerakan bersama memahami dan mengamalkan Pancasila adalah tanggungjawab mutlak seluruh masyarakat Indonesia.

Sementara itu, pemerintah dengan segenap institusinya mulai pusat hingga pelosok daerah, juga ada program khusus untuk lebih cepat dan akurat dalam membangun kesadaran masyarakat. Kesadaran untuk tahu, paham, memaknai dan mengamalkan nilai-nilai luhur Pancasila dalam segenap kehidupan.

Kepala sekolah, komite sekolah, tenaga pendidik, tenaga kependidikan, peserta didik hingga orangtua/wali murid adalah jumlah yang besar. Belum lagi ditambah dengan pemangku jabatan dalam dunia pendidikan secara structural. Bayangkan bila potensi itu digerakkan secara nyata bagi upaya-upaya membumikan Pancasila. Tentu sangat dasyat hasilnya,

Ayo bersama bergerak mulai saat ini dengan segenap kemampuan yang kita miliki. Bangsa dan negara ini teramat berharga untuk kita jaga. Perjuangan dan pengorbanan pahlawan dan inspirator bangsa ini, sudah selayaknya kita hargai dengan pengabdian dan budi pekerti luhur. Semoga kita tersadar secara pasti bahwa kita adalah warga NKRI yang bertanggung jawab.

Hari Lahir Pancasila adalah tonggak sejarah atas prinsip-prinsip hidup seluruh masyarakat, bangsa, dan NKRI. Hari Lahir Pancasila harus jadi momen pelecut untuk meningkatkan kesadaran kita sebagai warga negara yang mencintai tanah air dan bangsanya. Pancasila adalah "nafas sejati" kokoh dan tangguhnya Indonesia di mata dunia.*****

*) Penulis adalah salah satu penggagas program "Membumikan Pancasila di Sekolah" sejak tahun 1997 yang kini mengajar di SMAN 1 Bangsal Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun