Dari kondisi faktual seperti itulah, maka menteri pertanian harus mampu mengambil langkah-langkah strategis untuk meningkatkan produktifitas pertanian. Berbagai terobosan harus dilakukan dengan disertai kebijakan yang berpihak pada petani. Sehingga petani tidak lagi terhimpit dengan kondisi jaman yang memaksanya untuk menjual lahan pertaniannya.
Menyikapi hal tersebut, harus dibangkitkan kembali pemida-pemuda tangguh dan pelopor dalam bidang pertanian. Dimunculkan berbagai inovasi dalam bidang pertania, baik yang berhubungan dengan lahan maupun penerapan teknologi tepat guna. Harapannya, bidang pertanian akan menjadi aktifitas strategis untuk mempertahankan ketersediaan pangan sekaligus meningkatkan kesejahteraan hidup petaninya.
SASISATAP
Satu Siswa Satu Tanaman Produktif (SASISATAP) adalah inovasi sederhana, berdaya guna, dan mampu menghadapi kondisi perubahan iklim global yang ekstrim. Syaratnya, inovasi ini dapat dilakukan sekolah seluruh Indonesia. Inovasi ini diciptakan sebagai bagian dari seleksi FALP yang menuntut calon-calon yang akan meraih best young leader, nantinya mampu menjadi pemimpin masa depan yang tangguh dan nasionalis.
Inovasi SASISATAP ini akhirnya dipraktikkan di SMAN 1 Bangsal sebagai bagian dari kegiatan berkelanjutan dari Pendidikan Kewirausahaan. Al hasil, Dina mampu menyusun konsep inovasinya hingga melaksanakan dengan baik dalam kurun waktu 2 bulan berjalan.
Secara teknis, SASISATAP merupakan tanggungjawab masing-masing siswa menanam berbagai jenis tanaman produktif, utamanya jenis hortikultura dan toga. Media tanamnya diperoleh dari sekitar sekolah dan bebas dari pestisida maupun fungisida dan insektisida. Tanaman yang diletakkan di polybag ini ditanam dan dirawat oleh masing-masing peserta didik. Pada saat panen, akan dijadikan media untuk melaksanakan giat pengembalian modal sekaligus bagian penting dalam pendidikan kewirausahaan.
Sebelum sampai pada proses panen, sesuai dengan konsep inovasinya, maka dilakukan sosialisasi pada pengurus OSIS, ketua kelas, dan perwakilan ekstrakurikuler. Setelah itu dilanjutkan dengan sosialisasi pada tenaga pendidik, khususnya para guru yang menjadi walikelas. Disinilah kemudian dibentuk tim pelaksana SASISATAP yang terdiri dari gabungan tenaga pendidik dan peserta didik.
"SASISATAP mengandung 5 (lima) hal prinsip bagi lingkungan sekolah. Pertama, melalui SASISATAP dapat dijadikan alternatif bercocok tanam dalam kondisi lahan sempit. Hal ini menyangkut perkembangan dunia pertanian. Kedua, memotivasi generasi muda untuk mengenal pertanian dan langsung belajar melakukannya," ujar Dina.