“Tapi nanti kalau adzan kalian ikut sholat, yah. Jangan lupa berwudhu dulu,” itu pesan Pak Ustadz saat pernah memergoki mereka ngumpet-ngumpet menenggak minuman keras di sudut pesantren, sambil tersenyum.
Suasana itu kata Mad kepada Cupi, berbeda sekali dengan saat dia pernah masuk penjara dan rehabilitasi pengguna narkoba yang dikelola pemerintah. Yang penuh program ini dan itu, mengikat dan bernuansa intimidasi dan dokrin. Menakutkan dan jauh dari membuat orang sadar.
Ada suatu kisah yang menyentuh Mad dan teman-teman berandalnya yang gabung ikut di majelis pengajian pondok pesantren itu, saat mulai rutin berkunjung dan bermalam di pondok.
Mereka bermalam di selasar masjid. Kadang kalau adzan subuh mereka tak dengar dan bablas tidur, karena ngantuk habis begadang. Ada yang membangunkan tapi tak memaksa membangunkan hingga mereka tetap pules dan tidak sholat subuh. Itu sering terjadi, diawal-awal mereka mondok.
Menariknya, walau mereka ketiduran dan tidak sholat subuh, tak ada yang memarahi dan menegur. Justru, saat terbangun dimana matahari sudah tinggi, selalu ada paket sarapan disamping tempat Mad dan teman-temannya biasa tidur. Sudah disediakan. Itu membuat mereka tersentuh seraya malu dan bingung.
Di kemudian hari mereka baru tahu, yang suka menyediakan sarapan itu adalah ibu-ibu tetangga pondok pesantren yang peduli pada ikhtiar mereka mencari cahaya kebenaran. Ingin mencari dan menempuh jalan tobat.
“Jangan bilang aku sudah tobat, Bro. Aku masih berjuang di sini. Aku dan teman-teman senasib masih belajar. Masih proses. Tobat itu sampai akhir hayat. Bukan untuk seminggu-dua minggu, setahun-dua tahun, tapi sampai mati. Kita nggak tahu besok seperti apa. Hatiku terlalu kotor dan keras. Perlu perjuangan, kesabaran dan ketabahan. Istiqomah. Alhamdulillah sejauh ini aku masih menikmati perjalanan tobatku. Sangat menikmati. Teman-temanku juga begitu. Lagi-lagi… Do’akan aku, Bro. Doa’akan agar aku kuat,” pinta Mad kepada Cupi diujung ceritanya.
Usai mendengarkan kisah Mad dari Cupi, saya menarik nafas dalam-dalam. Teringat sebuah penggalan ayat Al Qur’an surat Az-Zumar ayat 53 yang berbunyi:
“Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rakhmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Tabik.***
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI