Mohon tunggu...
YUSUFIbrahim
YUSUFIbrahim Mohon Tunggu... Lainnya - Setidaknya saya menulis.

30 tahun bercinta dengan industri kreatif gambar dan suara di televisi, kini tiba waktunya pulang pada cinta pertama di dunia kreatif, yakni menulis. IG: @hajiyusufi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Begini Cara Tobat dan Bikin Orang Tobat

19 Maret 2022   13:27 Diperbarui: 29 Maret 2022   18:23 1300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tobat adalah jalan perubahan yang berat jika ingin kedudukan di mata Tuhan baik adanya. (Photo: Quote Ibnu Atha'illah - Al Hikam)

Suatu waktu, Cupi ke Jawa Tengah. Ia punya waktu mencari dan mengunjungi Mad di sebuah tempat dekat pondok pesantren. Mereka melepas kangen. Bercerita banyak tentang ini dan itu. Khususnya cerita tentang perjalanan tobatnya di sebuah pondok pesantren. 

“Awalnya aku sudah sangat putus asa dengan hidupku yang dikuasai hawa nafsu. Aku ingin mati tapi aku takut dan tak mau bunuh diri. Hingga suatu ketika aku melihat orang duduk-duduk di sebuah kelompok pengajian. Aku minta diajak dan diantar teman ke sana. Ingin tahu apa rasanya ada di pengajian. Sekali-dua kali tak berpengaruh apa-apa. Cuma merasa istirahat sambil duduk bersila mendengar lantunan ayat dan seorang ustadz berceramah. Aku bosan dan nggak mengerti.” Cerita Mad kepada Cupi, yang sedikit banyak mengenal Mad sejak SMP. Seorang teman yang hanya pernah belajar sholat di bangku SD tapi tak pernah menjalankannya hingga dewasa. Apalagi belajar mengaji dan ikut pengajian. Mereka berdua saat ini berusia jelang 30 tahun. Masih muda. 

“Penampilanku yang seperti ini. Layu, kusam, kotor luar dalam dan sangar karena tatoku ada dimana-mana hingga di wajah. aku pikir akan ditolak dan tertolak oleh anggota kelompok pengajian itu. Ternyata tidak. Sama sekali tidak. Hingga akhirnya seorang ustadz pimpinan pengajian itu menghampiriku dan berkata, jadilah dirimu sendiri di sini. Kami tidak mensyaratkan apa-apa. Hanya, jika kamu merasa masih ingin merokok, minum alkohol dan memakai narkobamu, carilah sudut dan tempat yang lebih pantas dan nyaman buatmu. Jangan bilang dan terlihat kami. Apalagi saat sedang mengikuti pengajian atau mengikuti ritual ibadah di pondok ini. Jika ingin ada yang ditanyakan dan mengganggumu temuilah saya. Itu saja. Pesan ustadz itu,”  lanjut tutur cerita Mad kepada Cupi.  

Cupi terus menyimak cerita perjalanan tobat Mad lebih dari dua jam. Sesekali Mad meneteskan air mata sambil berkisah. Sesekali ia tersenyum dan tertawa. Mentertawakan dirinya yang bodoh, kotor dan rusak. 

Singkat cerita, menurut Cupi, Mad bisa tobat karena niat. Karena ada kemauan. Karena ia bosan dan mulai lelah menjalani dunianya yang gelap tanpa cahaya kebaikan. 

Mad sadar, berandal, brengsek dan jahat akan selalu ada jika dipelihara. Jika dijalankan terus. Dan dia merasa sudah berada dipuncak kejahatannya. Dia bingung dan gelisah. Apalagi setelah ini? Rasanya sama saja. Berputar-putar dalam kegelapan. Tabrak sana, tabrak sini. Karena tak ada cahaya. Begitu isi pikiran Mad. 

Mad menjadikan niat dan kemauan sebagai modal tobatnya. Semata-mata karena itu. Ia merasa masih cukup waras walau dia tak punya pengetahuan agama. Nyaris blank. Yang Mad sadar dia punya agama karena orang tuanya beragama, yakni Islam. Itulah mengapa yang dia datangi kelompok pengajian Islam. 

Awalnya dia merasa bosan, bingung dan aneh. Tapi dia merasakan ada yang beda ikut duduk-duduk di kelompok pengajian atau majelis taklim itu. Berbeda sekali dengan dunia kegelapan yang dia jalani sebelumnya. Yang kasar, jorok, jahat dan tak manusiawi. 

Rasa beda itu membuatnya kangen dan ingin kembali hadir. Mad sedikit-banyak menemukan kedamaian di majelis itu.  Makanya, dia yang awalnya datang cuma sesekali kemudian menjadi beberapa kali dan akhirnya ingin menetap.  

Apalagi kemudian, di majelis itu ia berjumpa dengan beberapa orang yang senasib dan bertabiat sama dengannya. Penjahat dan tukang maksiat!

Pengakuan Mad, di majelis itu ia merasa dimanusiakan. Dihargai, dihormati dan dilayani. Sedikitpun tak dilecehkan apalagi di hina. Mad dan kawan-kawan senasibnya dibebaskan menjadi diri sendiri. Tanpa peraturan yang mengikat dan sanksi yang keras. Mereka hanya diminta bertingkah laku wajar, dilarang minum alkohol dan pakai narkoba di depan jamaah dan santri yang ada. Itu saja. Dan diawal-awal bergabung mereka memang masih suka curi-curi minum dan pakai narkoba. Ustadznya tahu itu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun