Uda, saya tahu kok arti dari ketidaksetiaan. Saya amat sangat berempati betapa dalam sajak-sajak yang antum dengungkan tentang satya dan asatya (kesetiaan dan ketidaksetiaan).
Tidak perlu kotak pandora untuk mengingat-ingat apa yang telah negara ini lakukan padamu. Saya masih ingat saat dirimu mengembangkan teknologi mobil listrik betapa rakyat Indonesia mempermasalahkan upacara ruwatan mobil listrik buatanmu (dan teman-temanmu) yang dianggap bertentangan dengan akidah Islam. Ditambah lagi tergelincirnya mobil itu saat uji coba pertama membuat orang makin percaya gara-gara ruwatan yang tidak sesuai Islam itulah penyebab kecelakaan.Â
Belum lagi plat nomor DI 19 yang dianggap palsu. Ujung-ujungnya mobil listrik yang kamu kembangkan tidak lolos uji emisi (lebih tepatnya: tidak lolos uji komisi). Orang-orang kita memang masih banyak yang suka menuntut, banyak omong tapi tidak menghargai. Lalu kamu mulai bertanya-tanya tentang kesetiaan. Tentang kehidupanmu di Jepang yang kamu tinggalkan demi memajukan Indonesia yang kita cintai.
Mungkin kamu berkata, "kamu tidak mengalami apa yang saya alami." Iya mas. Saya memang tidak mengalami apa yang kamu alami mas. Saya tidak bisa bayangkan apa yang terjadi pada saya jika saya jadi Anda. Mungkin saya akan ke Jepang dan nggak kembali ke Indonesia karena di Jepang lebih terjamin. Yang saya alami tidak lebih dari sekedar dipecundangi empat kali: dua kali gagal ujian nasional, ikut ujian paket c dengan 'prosedur paksaan', buntunya jalan mendapatkan beasiswa, hingga akhirnya saya menyerah kalah dalam mewujudkan mimpi-mimpi saya.Â
Sembilan tahun lamanya saya merasa dipecundangi oleh para penyelenggara negeri ini. Hanya untuk mendapat pengakuan eksistensi. Alhamdulillah selama dua tahun ini saya bangkit mewujudkan kembali cita-cita saya dari awal. Dari awal mas. Kamulah, mas, uda, salah satu dari para inspirator saya.
Kita sama-sama dipecundangi mas. Kesetiaan yang kita berikan bertepuk sebelah tangan. Karena kita sama, sudah seharusnya kita saling ingat mengingatkan agar istiqomah dalam kesetiaan terhadap negeri yang kita cintai ini. Indonesia. Tanpa perlu menuntut balik kesetiaan negara pada kita.
Lalu apa hubungannya tulisan ini dengan judul? Ada apa denga Ricky Elson? Ya nggak ada apa-apa. Hehehe... Cie... yang udah baca sampai sini.
Sekali lagi maafkan saya yang bukan siapa-siapa ini, yang telah dengan lancang bicara ini itu nuturi koyo kyai. Salam damai. Assalamu'alaikum.
Subhanaka Llahumma wabihamdik. Asyhadu an Laailaaha illaa anta astaghfiruka waatuubu ilaik.
Â
Dikutip dari http://adityadarmawan.com/2016/04/ada-apa-dengan-ricky-elson