Saat uda share gambar-gambar disturbing tentang penyiksaan yang dilakukan satpol pp, disadari atau tidak saat itu juga banyak manusia-manusia yang tidak bisa menahan hawa nafsunya untuk mencaci dan memaki satpol pp an-sich. Padahal tidak semua satpol pp melakukan hal yangbiadab-tidak berperikemanusiaan itu.
Banyak orang-orang kita yang sangat mudah tersulut emosinya hanya dengan melihat satu dua gambar. Apalagi media sosial membuat hal mengungkapkan apapun isi hati menjadi niscaya.
Sungguh uda, saya tidak hendak menyalahkan tulisan-tulisan Anda, wahai Uda. Wahai masku, wahai abangku, wahai akhi. Hyaku paasento ni I do really really agree with your writings. Meskin ada sedikit ketidaksetujuan, tapi overall saya amini.
Uda, sudah lihat belum, gambar-gambar bagaimana kampung Luar Batang diratakan? Kalau belum, sekarang belum terlambat kok. Bagaimana pendapat Uda dengan foto-foto asli daripada foto-foto di atas?
Jujur, saya tidak berdaya melihat berita penggusuran warga Luar Batang dan Pasar Ikan disiarkan di televisi dan diliput media massa. Jika saya sedikit pun tidak berkomentar apa-apa di Facebook, bukan berarti saya tidak berempati. Kesedihan itu cukup saya simpan dalam-dalam sambil menyelipkan sebait doa agar Allah senantiasa menjaga negeri yang kita cintai ini beserta para penduduknya yang telah diperjuangkan oleh para pahlawan yang, meski telah berkalang tanah, harum mulia tujuannya tetap terkenang sepanjang jaman.
Janganlah meragukan kecintaan saya terhadap negeri tercinta ini hanya karena saya tidak bisa melakukan pekerjaan besar yang telah dilakukan oleh orang-orang besar, seperti dirimu. Pula sedikit pun saya tidak pernah meragukan kecintaan Anda terhadap negeri ini. Saya mohon, dengan sangat hormat, agar Mas Ricky Elson jangan lagi ikut-ikutan mengaduk-aduk common-sense seseorang. Itu akan membuat para komentator asongan latah bertobat.
Tindakan anarkis satpol pp tidak melulu terjadi karena "kesetiaan" mereka terhadap "tuan besar" mereka. Bisa juga karena sifat dasar mereka yang angkuh, adigang adigung adiguna. Mentang-mentang punya pentungan, pentung sana pentung sini. Tindakan mereka bukanlah wujud kesetiaan pada tuannya, tetapi atas dasar sifat keangkuhan. Dan tentu saja, tidak semua-mua satpol pp seperti itu. Di antara mereka pastilah ada yang benar-benar menjadi pamong praja, yang "ngemong" (mendidik, mengasuh) projo (kota) agar menjadi lebih baik untuk semua kalangan.
Kejadian penertiban (atau lebih cocok disebut penggusuran) telah digodok para penguasa informasi untuk mengobok-obok common-sense pembacanya. Padahal yang dishare bukan gambar-gambar asli saat terjadinya penertiban tersebut, melainkan gambar-gambar anarkisme satpol pp saat menertibkan Kampung Pulo yang memang pada saat itu terjadi ketegangan antara kedua belah pihak karena adanya para provokator.
Ada juga gambar-gambar era Foke, seorang gubernur yang terpilih dengan janji tidak akan ada penggusuran, yang ketika itu satpol pp hendak menertibkan daerah Tanjung Priok. Kebijakan Pemda yang  tidak mengindahkan kearifan lokal penduduk Tanjung Priok berujung pada bentrok warga-satpol pp yang tak terelakkan. Salah satu anggota Satlop PP pun menjadi korban jiwa. Dengan sangat lihai para peramu informasi menyajikannya seakan-akan menunjukkan bahwa semua satpol pp seperti itu. Ditambah berita penggusuran akhir-akhir ini maka klop.
Tahukah Anda, wahai Uda, bahwa gambar itu kini meluas kemana-mana. Orang-orang yang menshare tidak lagi peduli gambar itu dari mana.
Sekali lagi saya tekankan. Saya tidak sedang mendukung satpol pp segenap jiwa. Saya juga sama sekali tidak mendukung Ahok. Saya hanya ingin memanusiakan manusia. Terlebih memanusiakan rakyat Indonesia. Yang mengakui dirinya sebagai warga negara Indonesia, seluruhnya.