Mohon tunggu...
Yusuf Ali
Yusuf Ali Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Aku Ada adalah Aku Ada

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Catatan Menghadiri Dialog Lintas Agama Islam dan Kristen

21 Februari 2016   23:58 Diperbarui: 22 Februari 2016   00:27 4020
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika Anda seorang pemerhati dialog antaragama (dalam hal ini Islam-Kristen), Anda tentu sangat tahu dengan nama Ali Makrus Attamimi (banyak orang hanya menyebutnya Ata Mimi). Yap! Benar sekali! Dugaan Anda sama dengan dugaan saya. Orang ini dianggap sebagai orang yang dulunya Islam, lalu masuk Kristen, lalu masuk Islam lagi sampai saat ini.

Dia dikenal melalui rekamannya memberi kesaksian dari satu gereja ke gereja lain bagaimana awal mulai dirinya mengenal Yesus. Jika Anda Muslim, Anda pasti langsung menuduh bahwa kesaksian itu konyol dan penuh kebohongan. Jika Anda seorang Nasrani yang cerdas, pun Anda akan menuduh hal yang sama.

Dan benar saja, beberapa waktu setelah dia melakukan “pekerjaannya” itu, dia bertobat masuk Islam kembali setelah didatangi sebuah organisasi Islam. Sejak saat itu dia sering menjadi moderator dialog Islam-Kristen.

Mungkin di antara pembaca tidak percaya bahwa yang menjadi moderator pada acara tersebut adalah Ali Makrus yang dulu mengisi kesaksian di gereja-gereja. Mungkin pula Anda sempat menyaksikannya.

Sama! Saya juga tidak percaya. Oleh karena itu, selain saya memperhatikan penjelasan dari empat narasumber, saya pun mengamati gerak-gerik sang moderator. Apa iya memang benar dia? Sampai akhirnya saya berkeyakinan: iya, memang dia orangnya! Saya melihat dari ciri khas matanya yang antara “sayu” dan “innocent.” Itu bukti pertama. Bukti kedua, sesekali di akhir perkataannya dia memperpanjang bunyi paten (huruf mati). Dua ciri khas itulah, yang saya amati dari video kesaksian palsunya, yang membuat saya yakin.

Saya tidak akan panjang lebar menceritakan detail-detail apa saja yang dibahas. Toh nanti juga ada videonya. Kita tunggu saja. Mungkin yang merekam acara tersebut sedang me-render agar lebih mudah diupload di youtube.

Berbagai pendapat mengemuka. Di antaranya salah seorang penonton yang merupakan mahasiswa UIN Sunan Ampel Fakultas Ushuluddin jurusan Perbandinga Agama, menyayangkan moderator yang cenderung kepada pembicara Muslim. Lain dengan pendapatnya, menurut saya moderator sudah memberi waktu dengan baik kepada para pembicara masing-masing 20 menit. Saya pun ikut menghitung waktu. Bahkan jika mau jujur, sebenarnya justru Gracia A Pello diberi tambahan waktu lebih banyak sekitar 1 menit.

Ada pula yang menyayangkan mengapa ada polisi. Untuk ukuran instansi pendidikan seharusnya kehadiran polisi tidak diperlukan. Tapi lagi-lagi, bagi saya, hadirnya polisi memiliki arti penting bahwa acara tersebut mendapat dukungan dari kepolisian. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi nanti. Jangan sampai menunggu ada sekelompok ormas yang membubarkan paksa (seperti dialog yang pernah terjadi beberapa waktu yang lalu).

Saya terlambat menghadiri sesi yang kedua karena saya harus mengisi perut yang kosong. Saya cari warung dekat kampus. Saya benar-benar paus eh paus eh puas (susah sekali mengetik paus eh puas). Sudah bentuknya prasmanan, murah lagi. Eh… salah fokus.

Sempat terjadi penyimpangan tema dialog saat Masyhud mempertanyakan otentisitas empat Injil. Masyhud merasa perlu menyinggung hal tersebut karena Gracia terlebih dahulu “menuduh” kisah yang termuat dalam Al-Qur'an adalah kisah dongeng yang oleh umat Kristiani tidak diakui keabsahannya.

Saya kurang puas dengan jawaban dari Masyhud saat beliau menjawab pertanyaan seorang jemaat Kristen asal Singosari yang bertanya tentang apa yang dikatakan al-Qur'an tentang penyaliban Yesus (sebuah pertanyaan yang sudah dikoreksi sebelumnya). Masyhud menjelaskan bahwa dalam Islam ada dua pendapat mengenai bagaimana proses penyaliban. Pendapat pertama mengatakan bahwa yang disalib itu orang lain, sedangkan pendapat yang lain menyatakan yang disalib adalah Yesus tetapi tidak mati di tiang salib. Tidak dijelaskan siapa ulama yang memiliki pendapat kedua. Padahal dalam bukunya beliau mendukung pendapat yang pertama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun