Akhirnya ramai-ramai pejabat Indonesia, memberikan klarifikasi, bahwa yang dimaksud oleh Jokowi sebenarnya adalah pertumbuhan ekonomi Indonesia tertinggi ketiga di antara negara-negara G-20. Kemudian, seperti hendak mengobati malu, sepanjang tahun 2017 tersebut, dalam berbagai pidatonya di berbagai kesempatan, Mr President Jokowi terus menerus membanggakan perbandingan pertumbuhan ekonomi Indonesia di antara 20 negara dengan perekonomian terbesar tersebut. Sampai dengan bulan Februari 2018, dan ? , masih ada pejabat Kementerian Keuangan yang membanggakan perbandingan tersebut.
Kita ; Maju-Mundur Akibat Salah Kaprah ?
Kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi 3 September 2022 lalu berimbas terhadap naiknya harga beras di Indonesia. Terjadi akibat dari dampak kenaikan harga BBM bersubsidi, juga terhadap tanaman pangan, terutama hasil pertanian seperti padi, palawija.
Berkaitan tali bersambung (bukan tali kasih) dengan ongkos produksi seperti transportasi angkut, upah buruh, panen tanam, bajak, hingga harga gabah yang dijual petani mengalami peningkatan, maka,
kendati demikian, harga tanaman pangan yang naik juga disebabkan karena adanya efek, akibat musiman. Namun dibandingkan dengan bulan yang sama tahun 2021, produk, hasil pertanian sebelum adanya kenaikan BBM tidak terjadi kenaikan harga.
Kemudian, meski mengalami penurunan harga , harga gabah kering giling (GKG) di tingkat petani pada November 2022 sebesar Rp 5.785/kg turun atau -1,79% secara mtm , namun harga gabah kering giling mengalami kenaikan 14,32 secara yoy. Adapun perkembangan rata-rata harga beras di penggilingan, grosir, dan eceran, BPS mencatatkan naik, baik secara bulanan ataupun tahunan. Nah ?.Tanya ?., Apa Ini ? Apa Itu?
Secara rinci, rata-rata harga beras di penggilingan pada November 2022 sebesar Rp 10.245/kg atau naik 0,85% dari bulan sebelumnya yang masih pada harga Rp 10.158/kg. Dibandingkan dengan November 2021 (yoy), beras di penggilingan pada November 2022 naik 10,78%.
Kemudian, rata-rata harga beras grosir pada November 2022 sebesar Rp 11.012/kg atau naik 0,6% dibandingkan dengan harga bulan sebelumnya yang hanya mencapai Rp 10.947/kg. Jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, naik 6,14%. Ini Beras. Gimana dengan makanan ringan ?,makanan kudapan ?, yang peritilan lainnya ?... Bukan Main. Bukan Mainan yang Murah-Meriah. Belum dari sektor minuman komsumsi.
Adapun, rata-rata untuk beras eceran pada November 2022, BPS mencatat harganya mencapai Rp 11.877/kg. Mengalami kenaikan sebesar 0,37% jika dibandingkan bulan sebelumnya atau 4,18% jika dibandingkan dengan November 2021.
Demikian juga terjadi terhadap beberapa komoditas pangan lainnya cenderung mengalami kenaikan harga konsumen. Terpicu oleh harga produsen seperti telur ayam ras, terjadi akibat belum optimalnya produksi atau transportasi antar daerah, yang untuk transportasi terdampak akibat kenaikan harga BBM dari akhir dini yang terjadi di telur ayam ras. Itu baru dari beras dan telur ayam ras.,Belum daging ayam dan daging sapi serta dari consumer goods lainnya termasuk Cabe.
Sikap PemerintahÂ