RUPS Telkom rencana akan berlangsung pada 27Mei 2022 nanti., Apakah akan menjadi "tontonan sandiwara, drama basi dibungkus kukus (karena harga minyak goreng masih mencekik leher,jadi kukus bukan goreng), cerita lama pura-pura baru?". Kenapa ?, sekarang kita lihat dari pandangan awam, bukan analisis professional, pengamat bursa, dan lain sebagainya. Mari kita telaah, proses Penawaran umum perdana (Initial public offering)IPO GOTO dengan menggunakan dana anak usaha PT Telkom. Investasi yang digelontorkan PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel) di PT Aplikasi Karya Anak Bangsa (AKAB) alias GOTO.
Ada banyak kejanggalan dibalik aksi korporasi tersebut. Kenapa Telkomsel sebagai anak usaha Telkom tersebut mau gelontorkan total, dana yang digelontorkan Telkomsel   sebesar Rp 6,3 triliun untuk investasi di GOTO ?.
Telkomsel membuat perjanjian dengan PT Aplikasi Karya Anak Bangsa (AKAB) pada 16 November 2020, untuk investasi dalam bentuk Obligasi Konversi tanpa bunga sebesar US$150 juta (Rp2,116 triliun) dengan tenor 3 tahun.
Kemudian pada 17 Mei 2021, AKAB dan Tokopedia merger menjadi (GOTO).
Dan pada 18 Mei 2021, GOTO dan Telkomsel membuat Perjanjian Pembelian Saham. Sebesar US$150 juta (Rp2,116 triliun) tadi dikonversi menjadi 29.708 lembar saham. Dalam  opsi beli saham preferen US$300 juta (Rp 4,290) triliun berubah menjadi 59.417 lembar.
Uang, dana Telkomsel yang sudah dikeluarkan buat GOTO: Rp2,116 triliun dan Rp4,2 triliun, total menjadi Rp6,3 triliun.
Selanjutnya apa?, saham GOTO anjlok 50% lebih ke harga Rp194 selama periode 11 April -- 13 Mei 2022. Turun terus hingga mendekati RUPS tanggal 27 Mei 2022 nanti sebesar lebih dari 44% dibanding harga saat Penawaran umum perdana (Initial public offering)IPO.
Jika penurunan capai 50% maka membutuhkan setidaknya kenaikan 100% untuk kembali ke titik awal. Kita sama-sama dapat menghitung sendiri, berapa persen kenaikan yang diperlukan GOTO untuk kembali ke harga IPO?, dari mana sumber yang akan digunakan untuk kembali ke harga IPO?
Jelas  anjloknya harga saham GOTO ikut berdampak pada kinerja keuangan Telkom selaku perusahaan induk dari Telkomsel.
Tertulis dalam laporan keuangan perseroan kuartal I/2022, per 31 Maret 2022 Telkom mencatat kerugian atau unrealized loss sebesar Rp881 miliar, kemudian muncul pertanyaan di masyarakat, mengapa kendaraan yang digunakan untuk investasi ini adalah Telkomsel, bukan Telkom langsung sebagai induk  atau holding perusahaan?.
Mungkin jawabannya adalah Telkomsel dipilih untuk mengakal-akali aturan, sehingga kerugian investasi ini tidak dikategorikan sebagai kerugian negara. Kenapa demikian ?