World Tourism Day 2022 menjadi sesuatu yang spesial bagi Indonesia karena dirayakan di Bali pada tanggal 27 September 2022. Terdapat sekitar 328 peserta yang mengikuti secara offline dan 422 peserta secara online, terdiri dari perwakilan negara anggota UNWTO, Menteri Pariwisata G20, negara tamu, organisasi internasional, serta pemangku kepentingan pariwisata nasional dan internasional.
Tema World Tourism Day 2022 adalah “Rethinking Tourism”, menjadi momentum untuk menata ulang parwisata sehingga dapat mewujudkan pariwisata yang berkualitas dan berkelanjutan.
Pilihan Bali sebagai tuan rumah sangat tepat. Bali memiliki keindahan alam dan keragaman budaya yang menjadi daya tarik sempurna. Bali adalah barometer pariwisata nasional yang berarti kebangkitan pariwisata Bali menjadi harapan dalam transformasi pariwisata di Indonesia.
Survei yang yang dilakukan oleh Agoda pada April 2022 memperlihatkan bahwa Indonesia berada di peringkat ketiga Top 10 Destination in Asia dengan Bali sebagai pilihan destinasi wisata utama untuk perjalanan di Januari-September 2022. Bali adalah indikator pariwisata Indonesia dalam penataan pariwisata Indonesia pasca pandemi.
Rethinking Tourism
Rethinking Tourism sebagai Tema World Tourism Day 2022 hendaklah bukan slogan semata namun merupakan sebuah ajakan untuk memikirkan ulang konsep yang tepat dalam menjalankan pariwisata yang lebih berkelanjutan, inklusif, dan tangguh agar pada akhirnya dapat pulih bersama setelah pandemi.
Pandemi memberikan pelajaran yang luar biasa bagi industri pariwisata, namun pada saat yang sama membuka jalan bagi peluang baru. Tantangan yang dihadapi pariwisata adalah mengubah krisis menjadi peluang untuk mempercepat transformasi pariwisata berkelanjutan.
Baca juga: Desa Wisata Taro, Desa Tertua di Pulau Dewata yang Mengusung Konsep "Eco-Spiritual Destination"Pariwisata berkelanjutan mengajak semua pihak untuk mengelola sumber daya dengan cara yang memenuhi kebutuhan ekonomi, sosial, dan estetika sambil memastikan keberlanjutan budaya serta kelestarian alam dengan penerapan tata kelola pariwisata.
Mengutip dari Fletcher et al. (2020) bahwa setelah berakhirnya pandemi kiranya pariwisata tidak kembali ke level dan pola sebelumnya. Pariwisata massal yang berlebihan menyebabkan kerusakan lingkungan, termasuk polusi dan penipisan sumber daya, karena penerapan pariwisata yang tidak berkelanjutan.
Terlepas dari ketidakpastian yang ditimbulkan oleh krisis baik itu terkait dengan kesehatan maupun ekonomi dalam industri pariwisata, salah satu konsekuensi penting adalah konsolidasi pariwisata lokal, terutama pariwisata domestik.