Mohon tunggu...
Yusrin  TOSEPU
Yusrin TOSEPU Mohon Tunggu... Dosen -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Periset di LSP3I Region V Sulawesi Pusat Makassar. Ketua Lembaga Kajian Forensik Data dan Informasi KAVITA MEDIA Makassar Penggiat Literasi Media ICT (Information and Communication Technology)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Dosen, Buku, dan Mutu

30 Juli 2018   20:35 Diperbarui: 30 Juli 2018   20:44 1037
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketiga, tunjangan sertifikasi dosen  bukanlah hal yang paling efektif dalam menunjang kemajuan mutu pendidikan. Akan tetapi tunjangan itu diberikan semata-mata hanya untuk menambah kelayakan hidup seorang dosen. Bukan menjadi jaminan bahwa pendidikan akan menjadi bermutu.

Memang tunjangan sertifikasi akan menambah gairah dosen dalam mengajar, akan tetapi kualitas seorang dosen masih juga perlu dipertanyakan.

Mengapa tidak. Walaupun ditambah tunjangan sertifikasi yang tinggi, tak ada jaminan dosen akan mampu membentuk karakter kecerdasan anak didiknya.

Banyak terjadi sekarang ini, seorang mahasiswa tidak lagi menghormati dosenya. Proses belajar mengajar semata-mata bukan lagi menjadi hal yang wajib dipersiapkan dengan baik.

Kenapa ? apakah semua ini terjadi karena dosen tidak lagi peduli dengan pengajaran? atau mahasiswanya menganggap bahwa dosen itu tidak lagi diperlukan? Apakah dosen dan mahasiswa hanya menggagap proses belajar mengajar adalah suatu formalitas belaka.

Disinilah inti permasalahannya! Bagaimana Sosok dosen professional. Keprofesionalan dosen dapat dilihat dari pengabdian hidupnya menuangkan ilmu-ilmu kepada anak didiknya, dan tak lari dari masalah akan tetapi mereka yang mencari solusi tentang cara penyelesaiannya.

Ada yang mengibaratkan bahwa profesionalisme seorang dosen seharusnya kokoh bagaikan akar pohon yang terus menembus kerasnya tanah.

Demi mendapatkan makanan dan dedaunan, dia terus menembus tanah agar semakin berdiri kokoh. Di ibaratkan dedauanan itu sebagai anak didiknya.

Saat daun itu menjadi sekuntum bunga, itulah saat anak didiknya  dapat menunjukkan kemampuannya. Dan saat bunga itu sudah menjadi buah, itulah saat anak didiknya telah mencapai puncak prestasi dalam hidupnya.

Kuatnya akar mampu mempertahankan berdirinya pohon itu saat diterpa angin seperti halnya kuatnya dosen itu diterpa masalah dan cobaan dalam kehidupannya.

Pohon itu tetap berusaha berdiri tegak, sama halnya seperti dosen yang tetap berdiri tegak untuk tetap mencurahkan ilmu pada anak didiknya. Akar juga tak memikirkan dirinya sendiri, ia rela berkorban agar pohon tercukupi ilmunya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun