Sivitas akademika harus mempunyai sikap ilmiah untuk menunjang terlaksananya tugas-tugas Tri Dharma tersebut dalam suasana akademik yang telah dibangun. Sikap ilmiah ini tidak saja terkait dengan pola pikir yang ilmiah, tetapi juga secara emosi (afektif) dan perilaku (psikomotor).
Adapun sikap ilmiah yang harus dimiliki antara lain:
- Hasrat ingin tahu dan belajar terus menerus
Peradaban dan perkembangan ilmu pengatahuan dan teknologi tidak dapat dilepaskan dari dorongan atau hasrat manusia yang selalu ingin tahu (curiosity). Hilangnya dorongan ini akan mematikan atau melumpuhkan perkembangan ilmu pengetahuan.
Pesatnya perkembangan ilmu pengatahuan tidak cukup hanya dimilikinya hasrat ingin tahu, tetapi harus ditunjang dengan sebuah tindakan (action) berupa belajar terus menerus. Hasrat ingin mengetahui dan dan tindakan untuk belajar terus menerus, inilah yang akan membedakan seorang civitas akademika dengan komunitas lain dalam kehidupan masyarakat. Serta salah satu keunikan sebuah perguruan tinggi dalam mengembangkan ilmu pengetahuan.
- Daya analisis yang tajam
Daya analisis yang tajam menentukan ketepatan dan kebenaran sebuah tindakan dari hasil pemecahan masalah. Analisis yang tajam dibutuhkan manakala variasi terjadinya masalah sangat banyak, sehingga jika tidak teliti dalam menganalisis akan mengakibatkan kekaburan atau ketidaktepatan produk dari solusi yang diberikan.
Daya analisis yang tajam akan sangat membantu dalam memberikan solusi cerdas yang kreatif dan inovatif dalam kehidupan, karena analisis yang baik akan dapat mengurai permasalahan yang dihadapi dengan baik pula.
- Jujur dan terbuka
Kejujuran dan keterbukaan menjadi kunci pembuka berkembangnya ilmu pengetahuan. Kejujuran dan keterbukaan juga menjadi ciri dari pribadi yang sehat dan matang. Jika kejujuran dan keterbukaan hilang dalam dunia akademik, maka yang terjadi adalah mundurnya ilmu pengetahuan, berkembangnya perilaku negative berupa plagiasi karya ilmiah, tidak berkembangnya pemikiran-pemikiran baru dan ketidakmampuan mengembangkan suasana akademik yang sehat.
- Kritis terhadap pendapat yang berbeda
Perbedaan pendapat dalam dunia akademik adalah sesuatu yang wajar dan alamiah, karena adanya heterogenitas (kemajemukan) baik melalui pola pikir maupun kepribadian. Perbedaan ini akan meningkatkan daya kritis civitas akademika manakala disikapi dengan sikap positif dan bertanggungjawab.
Artinya adanya kesadaran yang tinggi bahwa setiap perbedaan yang timbul harus dicari dan didekati dengan suasana akademik yang sehat dan bertanggungjawab. Perbedaan menunjukkan keberagaman pemikiran dan dapat dijadikan sebagai stimulus untuk melakukan pendekatan-pendekatan menuju tujuan yang lebih baik.
Kritis terhadap sebuah perbedaan yang terjadi akan meningkatkan semangat untuk mencari solusi yang terbaik dalam menghadapi permasalahan jika masing-masing komunitas akademik menyadari pentingnya tujuan bersama.
- Tanggungjawab yang tinggi
Komunitas akademik mempunyai tanggungjawab sesuai dengan peran dan fungsinya masing-masing. Pelaksanaan terhadap tanggungjawab ini akan menentukan keberhasilan komulatif dari fungsi sebuah perguruan tinggi. Tanggungjawab yang dimiliki tidak hanya terkait dengan internal lingkungan akademisi tetapi juga lingkungan global (eksternal).