Mohon tunggu...
Yusra Ulya
Yusra Ulya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyyah Madani Yogyakarta

saya adalah mahasiswa aktif semester 4 di Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyyah Madani Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Komunikasi Kepemimpinan Hasta Brata Sebagai Inovasi Guru PAI Berbasis Kearifan Lokal

15 Juli 2024   10:25 Diperbarui: 15 Juli 2024   10:26 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Artikel ini bertujuan untuk medeskripsikan komunikasi kepemimpinan "Hasta Brata" sebagai inovasi guru pendidikan islam berbasis kearifan lokal. Tulisan ini menggunakan analisis studi pustaka dengan penelusuran sumber-sumber primer dari buku, artikel, dan jurnal. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa dalam dunia pendidikan, kepemimpinan menjadi penentu berhasil tidaknya sebuah lembaga pendidikan. 

Pemimpin laksana nahkoda dalam menunjukan kemana arah tujuan yang akan dituju. Dalam konteks kearifan lokal enam dari delapan  model kepemimpinan Hasta Brata-Jawa memiliki karakteristik kepemimpinan guru dalam berkomunikasi yaitu Kisma (tanah), Tirta (air), Dahana (api), Samirana (angin), Surya (matahari), Kartika (bintang) Sehingga dalam mewujudkan komunikasi kepemimpinan guru pendidikan islam yang efektif, unsur karakteristik dari kepemimpinan Hasta Brata-Jawa bisa menjadi tolak ukur guru dalam mendidik.

 

 

PENDAHULUAN

Kepemimpinan dalam konteks pendidikan tidak lagi sekadar tentang otoritas dan hierarki belaka, tetapi juga melibatkan kemampuan untuk menginspirasi, membimbing, dan menciptakan perubahan positif dalam komunitas pendidikan. Di tengah dinamika globalisasi dan kemajuan teknologi, guru pendidikan agama Islam (PAI) dihadapkan pada tuntutan untuk tidak hanya mengajarkan materi agama, tetapi juga menjadi agen inovasi yang mampu mengintegrasikan nilai-nilai lokal ke dalam pendidikan mereka. 

Komunikasi kepemimpinan Hasta Brata, yang memiliki akar dalam ajaran kearifan lokal, menawarkan pendekatan yang unik dan berkaitan dalam menghadapi tantangan ini. Hasta Brata, dalam konteks Jawa, merujuk pada etika kepemimpinan yang didasarkan pada keselarasan, kearifan, dan pengabdian kepada masyarakat. Dalam konteks kepemimpinan guru PAI, konsep ini dapat diartikan sebagai kemampuan untuk mengembangkan hubungan yang harmonis dengan murid, rekan kerja, dan stakeholdernya.

Artikel ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana komunikasi kepemimpinan Hasta Brata dapat diaplikasikan sebagai inovasi dalam konteks pendidikan agama Islam. 

Melalui pemahaman mendalam terhadap nilai-nilai kearifan lokal, diharapkan guru PAI dapat memperkaya pengajaran mereka dengan membangun koneksi emosional dan intelektual yang lebih dalam dengan siswa, serta meningkatkan partisipasi aktif dalam kehidupan keagamaan dan sosial mereka. 

Dalam pembahasan ini, akan dibahas juga mengenai hakekat komunikasi dan kepemimpinan dalam pendidikan. Selain itu, akan diberikan juga contoh aplikatif dari ayat, hadist, atau sejarah islam mengenai praktik terbaik yang dapat diadopsi oleh guru PAI untuk mengembangkan kompetensi kepemimpinan Hasta Brata dalam kegiatan sehari-hari di sekolah.

Dalam kacamata Islam kepemimpinan sangatlah penting sehingga memiliki perhatian yang sangat besar. Bahkan begitu pentingnya kepemimpinan ini, mengharuskan setiap perkumpulan itu memiliki pimpinan, bahkan perkumpulan dalam lingkup kecil sekalipun. Nabi Muhammad bersabda "dari Abu Said dari Abu Hurairah bahwa keduanya berkata, Rasulullah bersabda, "Apabila  tiga orang keluar bepergian, hendaklah mereka menjadikan salah satu sebagai pemimpin." (HR.Abu Daud)[1]. 

 

Sumber daya manusia yang berkualitas timbul melalui lembaga pendidikan yang berkualitas. Lembaga pendidikan yang bermutu adalah lembaga pendidikan yang mempunyai suasana belajar yang baik, proses belajar mengajar, kurikulum yang sesuai, sumber belajar, kesempatan belajar dan pengelolaan yang baik, terutama guru yang profesional adalah guru yang mempunyai ilmu, kepribadian, sosial dan jiwa kepemimpinan. Sehingga guru dapat menyampaikan pesan-pesan yang mendidik kepada siswanya. Guru pendidikan agama Islam juga diharapkan memiliki kualitas yang sama sehingga guru agama benar-benar dapat menjadi guru yang patut dikagumi dan diteladani.

 

 Dengan mengadopsi pendekatan ini, guru PAI dapat mengembangkan kompetensi kepemimpinan Hasta Brata yang mampu menginspirasi, membimbing, dan menciptakan perubahan positif dalam komunitas pendidikan agama Islam. Melalui proses penggabungan atau memadukan pendidikan dengan budaya lokal, mereka tidak hanya meningkatkan kualitas pendidikan agama, tetapi juga memperkuat identitas keagamaan siswa dalam konteks globalisasi dan kemajuan teknologi yang terus berubah. 

Dengan demikian, artikel ini bukan hanya menjadi kajian teoretis, tetapi juga merupakan panduan praktis bagi para pendidik agama Islam yang ingin berinovasi dan memberikan dampak yang positif dalam komunitas pendidikan mereka. Melalui pemahaman dan implementasi konsep ini, diharapkan akan tercipta lingkungan pendidikan yang lebih inklusif, dinamis, dan berdaya saing dalam menghadapi tantangan zaman yang terus berkembang.

 

 

METODE PENELITIAN

 

Penelitian ini ingin mendeskripsikan secara gambalang tentang bagaimana sebenarnya konsep komunikasi kepemimpinan "Hasta Brata" sebagai inovasi guru pendidikan islam berbasis kearifan lokal. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan pendekatan studi pustaka. Data-data diperoleh dalam penelitian ini diperoleh dengan cara menelusuri berbagai literatur yang berkaitan dengan fokus pembahasan penelitian ini, yang berasal dari buku, artikel, dan jurnal. kemudian dianalisis secara kritis dengan menggunakan teknik content analysis.

 

 

HASIL DAN PEMBAHASAN 

 

Hakekat Komunikasi

 

Kata komunikasi secara etimologis adalah kata serapan dari bahasa Belanda : communicatie, lantas apa definisi dari komunikasi itu sendiri? Para Pakar mengemukakan bahwa banyak sekali definisi dari komunikasi, tentunya kita tidak akan membahas semua, tetapi penulis hanya mengutip dari beberapa sudut pandang sebagian pakar saja. Anderson menyatakan bahwa komunikasi dapat dipandang sebagai suatu proses berbagi pengalaman atau informasi antara dua orang atau lebih. Everett M. Rogers menyatakan bahwa komunikasi adalah proses di mana suatu ide dialihkan dari suatu sumber kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka (Zuwira, 2018:2). Jadi, secara sederhana komunikasi adalah proses saling bertukar informasi, ide, atau perasaan antara individu atau kelompok dengan menggunakan bahasa atau lambang tertentu untuk menciptakan pemahaman dan hubungan antar manusia.

Secara luas Komunikasi didefinisikan sebagai "berbagi pengalaman". Sampai batas tertentu, setiap makhluk dapat dikatakan melakukan komunikasi dalam pengertian berbagi pengalaman. Edward Depari, dalam (Komuniaksi dalam Organisasi) memberikan pengertian: komunikasi adalah penyampaian gagasan, harapan, dan pesan yang disampaikan melalui lambang tertentu yang mengandung arti".[2]

 

Kepemimpinan Pendidikan

 

Pendidikan bukanlah hanya tentang memperoleh pengetahuan, tetapi juga fondasi yang membangun jiwa kepemimpinan. Dalam setiap tahapan proses kepemimpinan, dari lahirnya ide hingga implementasi strategi, pendidikan memiliki peran yang tak tergantikan. Ini bukan hanya tentang gelar di dinding, sarjana kertas, tetapi tentang bagaimana pengalaman dan pembelajaran membentuk dan memperkaya cara seseorang dalam memimpin. Kepemimpinan adalah bentuk dominasi yang didasarkan pada kemampuan personal, yaitu kemampuan untuk mengajak dan memandu orang lain agar bekerja bersama mencapai tujuan yang sama.[3]

 

Diantara faktor kunci keberhasilan suatu organisasi atau lembaga pendidikan bisa diliat dari jiwa kepemimpinan yang ada pada pemimpinnya, karena jiwa kepemimpinan berperan sentral dalam mentukan apakah sebuah organisasi dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan. 

Definisi tersebut mengindikasikan tiga implikasi penting dalam proses kepemimpinan. Pertama, terdapat interaksi antara pemimpin dan anggota organisasi sebagai bentuk pengaruh. Interaksi ini mencerminkan distribusi pengaruh yang tidak merata, menunjukkan bahwa perbedaan status antara pemimpin yang memberi pengaruh dan anggota yang dipengaruhi tergambar dalam proses pengaruh ini, di mana pemimpin bertanggung jawab untuk memotivasi, mengarahkan, mengubah, memerintah, dan dalam beberapa kasus memberikan hukuman kepada anggotanya demi mencapai tujuan bersama. Kedua, proses pengaruh ini harus mencapai dan diterima oleh anggota, yang memerlukan komunikasi yang tepat dan jelas. Ketiga, kejelasan tujuan dan kemampuan untuk mengorganisir diri untuk mencapai tujuan tersebut juga menjadi penting.

 

Hasta Brata: Konsep Kepemimpinan Dalam Perspektif Budaya Jawa

 

Dalam budaya di tanah Jawa, terhamparlah sebuah filosofi kepemimpinan yang kaya makna: Hasta Brata. Konsep yang tak hanya mengatur tata cara berkuasa, tetapi juga menghubungkan spiritualitas dengan kewibawaan. Dalam konteks budaya yang menghargai kearifan lokal, Hasta Brata muncul sebagai landasan kuat bagi pembentukan pemimpin yang mampu melindungi, dan memimpin dengan tulus dan bijaksana. Hasta artinya delapan dan Brata adalah laku atau tindakan. Jadi Hasta Brata adalah delapan tindakan yang harus dilakukan atau dilaksanakan untuk menjadi pemimpin: raja, sultan, presiden, legislatif, bangsawan, tokoh masyarakat, maupun pemimpin organisasi termasuk di lingkungan pendidikan (Mulyono, 2009: 41). Hasta Brata disimbolkan dengan sifat-sifat mulia dari alam semesta yang patut dijadikan pedoman bagi setiap pemimpin (Haditsutrisno, 2009: 96).

 

Enam dari delapan Ajaran Hasta Brata ini berisi tentang kepemimpinan yang dapat memberikan inovasi guru pendidikan agama islam dalam berkomunikasi, diantaranya :

 

Laku Hambeging Kisma. Maknanya seorang pemimpin yang selalu berbelas kasih dengan siapa saja. Kisma artinya tanah. Tanah tidak mempedulikan siapa yang menginjaknya, semua dikasihani. Tanah selalu memperlihatkan jasanya. Walaupun dicangkul, diinjak, dipupuk, dibajak, tetapi malah memberi subur dan menumbuhkan tanam-tanaman. Filsafat tanah adalah air tuba dibalas air susu. Keburukan dibalas kebaikan dan keluhuran.

 

Diantara ciri-ciri karakteristik seorang guru PAI adalah memiliki sifat rahmah. Karakter ini jika dikaitkan dengan kompetensi, maka masuk dalam kategori kompetensi kepribadian yang mencakup kelembutan, kehalusan, dan kasih sayang, yang merupakan inti dari makna rahmah. Seorang guru perlu menunjukkan kasih sayang kepada murid-muridnya agar mereka dapat menerima pendidikan dan pembelajaran dengan sukacita dan kenyamanan. 

Guru yang konsisten dalam menampilkan rahmah akan menjadi contoh teladan bagi siswanya. Maka konsep Hambeging Kisma pada hasta brata memberikan fondasi yang kuat bagi inovasi guru dalam mengintegrasikan sifat rahmah dalam pendekatan pembelajaran mereka. Dengan memahami dan menerapkan nilai-nilai seperti kasih sayang, kelembutan, dan kehalusan dalam interaksi dengan siswa, guru dapat menciptakan lingkungan belajar yang membangun, mendukung, dan memotivasi.

 

Sifat kisma (berbelas kasih) ini telah di contohkan juga oleh pemimpin umat islam, Rasulullah , bahkan tercatat di dalam Al-Qur'an. "Sesungguhnya telah datang kepada kamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagi kamu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang Mu'min. [At-Taubah/9:128].

 

Laku Hambeging Tirta. Maknanya seorang pemimpin harus adil seperti air yang selalu rata permukaannya. Keadilan ditegakkan bisa memberi kecerahan ibarat air yang membersihkan kotoran. Air tidak pernah emban oyot emban cindhe 'pilih kasih'.

 

Dalam konteks profesionalisme pendidik, guru harus bersikap adil terhadap semua muridnya, yang memiliki beragam latar belakang individu, budaya, adat, dan agama. Ini termasuk murid-murid yang mungkin menghadapi hambatan fisik atau berasal dari keluarga dengan kondisi sosial ekonomi yang rendah. Penting bagi guru untuk menghargai dan memperlakukan semua siswa secara adil.[4]

 

Dalam sudut pandang islam sifat adil ini telah di amalkan sejak zaman Rasulullah dahulu, di antara hadist nya adalah "Dari Nu'man bin Basyir Radhiyallahu anhu bahwa ayahnya membawanya kepada Rasulullah dan berkata: "Sesungguhnya saya telah memberikan seorang budak (pembantu) kepada anakku ini". Maka Rasulullah bertanya: "Apakah semua anakmu kamu beri budak seperti ini?". Ayah menjawab: "Tidak". Rasulullah lantas bersabda: "Tariklah kembali pemberianmu itu". (HR. Muttafaq Alayh) 

 

Laku Hambeging Dahana. Maknanya seorang pemimpin harus tegas seperti api yang sedang membakar. Namun pertimbangannya berdasarkan akal sehat yang bisa dipertanggungjawabkan sehingga tidak membawa kerusakan di muka bumi. Peran guru PAI sangat penting dalam membentuk lingkungan belajar yang efektif dan bermakna, khususnya dalam konteks pendidikan agama Islam. Ketegasan merupakan kunci untuk mengelola kelas agar tercipta kedisiplinan dan konsistensi para stakeholdernya dalam mempertahankan standar akademik serta perilaku yang tinggi. Guru PAI yang tegas mampu menegakkan aturan sekolah dan nilai-nilai agama dengan adil, sehingga menciptakan lingkungan belajar yang aman dan terstruktur bagi siswa.

 

Selain itu, tanggung jawab guru PAI tidak hanya terbatas pada pengajaran materi agama Islam, tetapi juga meliputi memberikan teladan moral dan etika kepada siswa. Mereka bertanggung jawab untuk menyampaikan pendidikan agama Islam dengan tepat dan sesuai dengan nilai-nilai Islam yang diharapkan oleh sekolah dan masyarakat. Dengan demikian, sifat tegas dan tanggung jawab yang ada pada ajaran Hasta Brata (Hambeging Dahana) mendorong inovasi dalam pendidikan agama Islam pada pendidikan.

 

Laku Hambeging Samirana. Maknanya seorang pemimpin harus berjiwa teliti di mana saja berada. Baik buruk rakyat harus diketahui oleh mata kepala sendiri, tanpa menggantungkan laporan dari bawahan saja. Bawahan cenderung selektif dalam memberi informasi untuk berusaha menyenangkan pemimpin.

 

Al-Qur'an telah menjelaskan sifat teliti yang harus di miliki bagi setiap pemimpin, yaitu "Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu." (QS. Al-Hujurat [49]: 6).24 Teliti berarti cermat dan seksama. Artinya orang yang teliti adalah orang yang selalu cermat dan hati-hati dalam merencanakan hingga melakukan suatu pekerjaan. Orang yang tidak teliti adalah orang yang ceroboh dan mengerjakan sesuatu dengan semaunya sendir

 

Ayat QS. Al-Hujurat [49]: 6 memberikan pengajaran penting tentang kehati-hatian dan kewaspadaan dalam menerima informasi atau berita. Teliti dalam konteks ini mengacu pada kecermatan dalam memverifikasi kebenaran suatu berita sebelum menyebarkannya atau mengambil tindakan berdasarkan informasi tersebut. Orang yang teliti adalah mereka yang tidak hanya mengandalkan informasi dari satu sumber atau tanpa validasi yang memadai, tetapi juga melakukan penelitian dan pengecekan yang seksama untuk memastikan kebenaran dan akurasi informasi tersebut. Dengan demikian, teliti bukan hanya tentang kehati-hatian dalam merencanakan atau melakukan pekerjaan, tetapi juga tentang tanggung jawab moral untuk menghindari penyebaran informasi yang tidak benar atau menyesatkan, sesuai dengan ajaran Islam yang menekankan pentingnya keadilan dan kebenaran dalam segala hal.

 

Laku Hambeging Surya. Maknanya seorang pemimpin harus memberi inspirasi pada bawahannya ibarat matahari yang selalu menyinari bumi Karakter pemimpin yang pertama dalam Hastabrata yaitu Jayadri (Samudera). Pemimpin harus mempunyai pandangan luas, mampu menampung hal-hal yang tidak baik tetapi selalu mengeluarkan yang baik. Bersifat luas, tenang dan berombak. Hendaknya pemimpin mampu memiliki pandangan dan pengetahuan yang luas, mampu menampung aspirasi masyarakatnya serta memberikan solusi dengan kebijaksanaannya dan selalu tenang dalam menghadapi goncangan dan memberi energi pada setiap makhluk.

 

komunikasi antara guru dan siswa bukan hanya sekadar mentransfer informasi, tetapi juga membangun pemahaman yang mendalam tentang nilai-nilai spiritual dan moral dalam Islam. Seorang guru PAI yang memiliki pandangan dan pengetahuan yang luas akan mampu menginspirasi siswa dengan mengaitkan ajaran agama dengan realitas kehidupan sehari-hari mereka. Pengetahuan yang luas juga mencakup pemahaman tentang perkembangan psikologi dan sosial siswa. Seorang guru PAI yang memiliki wawasan luas tentang fase-fase perkembangan remaja dan tantangan yang dihadapi dalam proses belajar mereka akan lebih dapat mengaitkan ajaran agama dengan kebutuhan dan keadaan siswa secara individual.

 

Laku Hambeging Kartika. Maknanya seorang pemimpin harus tetap percaya diri meskipun dalam dirinya ada kekurangan. Ibarat bintang-bintang di angkasa, walaupun ia sangat kecil tapi dengan optimis memancarkan cahayanya, sebagai sumbangan buat kehidupan. percaya diri adalah kunci utama bagi seorang guru PAI. Seorang guru PAI yang percaya diri mampu menginspirasi dan mempengaruhi siswa-siswanya dengan efektif. Percaya diri dalam hal ini mencakup keberanian untuk menyampaikan materi ajar dengan jelas dan lugas, memberikan pandangan yang tegas terkait dengan nilai-nilai keagamaan, serta mengatasi tantangan dalam proses pembelajaran dengan penuh keyakinan.

 

Guru PAI yang percaya diri juga mampu menciptakan lingkungan kelas yang mendukung, di mana siswa merasa aman dan termotivasi untuk belajar tentang nilai-nilai spiritual dan moral dalam Islam. Dengan demikian, percaya diri adalah aspek penting yang memperkuat komunikasi kepemimpinan seorang guru PAI dalam mendidik dan membimbing siswa menuju pemahaman yang lebih dalam terhadap ajaran agama Islam. Seperti yang ditegaskan Nabi Yakub Alaihissalam kepada anak-anaknya dalam upaya mencari saudaranya Yusuf dan Bunyamin, pesannya tidak hanya menginstruksikan mereka untuk tetap optimis, percaya diri, dan tidak putus asa dalam pencarian mereka, tetapi juga memberikan pesan universal kepada semua agar memiliki keyakinan dan ketabahan dalam mencari rahmat Allah Ta'ala.

 

KESIMPULAN 

 

Dalam konteks artikel tentang "Komunikasi Kepemimpinan Hasta Brata sebagai Inovasi Guru Pendidikan Agama Islam Berbasis Kearifan Lokal", dapat disimpulkan bahwa pendekatan kepemimpinan Hasta Brata memberikan kontribusi yang signifikan dalam meningkatkan efektivitas dan relevansi pendidikan agama Islam. Melalui penerapan nilai-nilai kearifan lokal, guru-guru dapat memperkaya pengalaman belajar siswa dengan nilai-nilai budaya dan spiritual yang khas, sejalan dengan ajaran Islam. Komunikasi yang efektif dan kepemimpinan yang berbasis kearifan lokal tidak hanya memfasilitasi interaksi yang lebih baik antara guru dan siswa, tetapi juga menguatkan identitas keagamaan dan kebudayaan siswa. Hal ini memberikan pondasi yang kuat bagi inovasi dalam pengajaran agama Islam, mengintegrasikan nilai-nilai universal Islam dengan konteks lokal yang lebih luas, sehingga membentuk generasi yang lebih berakhlak, berwawasan luas, dan siap menghadapi tantangan global dengan keyakinan yang kokoh.   

 

DAFTAR PUSTAKA

 

TAIB, Taufik; ISHAK, Meriana. MODEL KOMUNIKASI KEPEMIMPINAN DALAM PENDIDIKAN ISLAM. SAF: Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam, 2023, 2.2: 11-20.

 

KURNIAWAN, Ahmad Febri. Falsafah Kepemimpinan Pendidikan (Hasta Brata sebagai Basis Kepemimpinan Pendidikan). Ri'ayah: Jurnal Sosial dan Keagamaan, 2019, 4.02: 194-207.

 

MUCHLIS, Muchlis. Karakteristik Guru Teladan Dalam Tinjuan Al-Quran Surah Al-Kahf Ayat 65. TAJDID: Jurnal Pemikiran Keislaman Dan Kemanusiaan, 2019, 3.1: 561-575.

 

MAR'ATUSHOLIKHAH, Tisam Amalia. Hubungan Antara Sikap Adil Guru dan Rasa Percaya Diri Siswa Kelas V SD Muhammadiyah Terpadu Ponorogo Tahun Ajaran 2019/2020. 2020. PhD Thesis. IAIN Ponorogo.

 

HAMIM, Muhammad. Korelasi Antara Hasta Brata (Konsep Keemimpinan dalam Perspektif Budaya Jawa) dan Islamic leadership (Konsep Kepemimpinan dalam perspektif Islam). ULUL ALBAB Jurnal Studi Islam, 2014, 15.1: 57-68.

 

LELO SINTANI, M. M., et al. Dasar Kepemimpinan. 2022.

 

AHMAD, Syatiri, et al. Konsepsi Kepemimpinan Pendidikan Dalam Islam. Al-Afkar, Journal For Islamic Studies, 2022, 233-240.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun