Mohon tunggu...
Yusran Darmawan
Yusran Darmawan Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Tinggal di Pulau Buton. Belajar di Unhas, UI, dan Ohio University. Blog: www.timur-angin.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Inspirasi Athirah, Ibunda Jusuf Kalla

19 Maret 2014   18:13 Diperbarui: 15 November 2019   05:29 324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel Athirah yang ditulis Alberthiene Endah, terbitan Noura (2013)

Kisah Poligami

Banyak yang bertanya, mengapa Jusuf Kalla justru tetap setia berkarier dan berbisnis di Makassar? Mengapa ia tak berpikir untuk berekspansi ke Jakarta lalu membangun usaha besar di sana?

Novel Athirah yang ditulis Alberthiene Endah, terbitan Noura (2013)
Novel Athirah yang ditulis Alberthiene Endah, terbitan Noura (2013)
Pertanyaan ini amat menarik. Saya pun berusaha untuk menemukan jawabannya. Pada awal Orde Baru, banyak pengusaha yang berbondong-bondong ke Jakarta dan memulai bisnis ketika ekonomi sedang membaik. Tapi Jusuf justru memilih tetapbertahan di Makassar. Ia juga tak tergoda untuk bekerja di instansi lain setamat kuliah di Fakultas Ekonomi, Universitas Hasanuddin.

Saya menemukan jawabannya pada novel Athirah, yang ditulis Alberthiene Endah, terbita Noura. Ternyata, Jusuf bertahan di Makassar demi untuk menemani sang ibu yang saat itu merasa sendirian. 

Satu fakta mencuat bahwa di balik kisah kesuksesan keluarga itu, terdapat satu kisah mengharukan tentang prahara keluarga yang dialami Athirah. Tak banyak yang tahu bahwa sejak muda, Jusuf telah melihat langsung kesedihan ibunya Athirah yang hanya bisa dipendam sejak ayahnya berpoligami.

Tahun 1955 adalah tahun paling berat bagi Jusuf. Ia menyaksikan kesedihan ibunya yang menjalani hari-hari serba berubah sejak suaminya menikah lagi. Bapaknya mulai jarang pulang ke rumah. 

Jusuf menjadi tempa bagi ibunya untuk bercerita banyak hal. Pada Jusuf, ibunya menitipkan semua perasaan serta kegalauannya. Dalam usia muda, keadaan telah 'memaksa' Jusuf untuk menjadi lelaki dewasa yang mendampingi semua aktivitas ibunya, sekaligus menjadi ayah bagi empat saudaranya.

Sebagaimana halnya wanita Bugis pada masa itu, Athirah tidak banyak bercerita tentang perasaannya pada sang suami. Ia lalu mengalihkan energinya pada usaha yang dikelolanya. 

Ia menjadi amat kreatif dan selalu bergerak untuk membesarkan usaha. Ia aktif berorganisasi di Muhammadiyah. Ia juga mengajak anak lelakinya Jusuf untuk terjun langsung dan mengawal banyak usaha. Hingga akhirnya, Hadji Kalla pun memercayakan Jusuf untuk menangani semua unit usaha lainnya. 

Di tahun 1982, Athirah meninggal dunia dalam pelukan Jusuf. Tiga bulan setelahnya, Hadji Kalla juga meninggal saat menyadari kesedihan istrinya sejak dirinya berpoligami.

Selama 40 tahun, Jusuf menjadi sahabat terdekat sekaligus tempat bercerita ibunya yang membesarkan semua anaknya. Semua kearifan itu diserap dan diterapkannya ketika mengembangkan bisnis NV Hadji Kalla dan melebarkannya di kawasan Indonesia timur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun