Semuanya berkat seorang ibu.Â
Athirah adalah seorang pekerja keras yang punya visi hebat dalam bisnis. Ia sukses mengelola bisnis kain sutera dengan pelanggan yang tersebar ke mana-mana. Ia pulalah yang kemudian membimbing Jusuf Kalla memasuki dunia bisnis.
Perempuan itu lahir tahun 1924 di kampung Bukaka, Bone. Ayahnya Muhammad adalah Kepala Kampung dan mantan penasehat Kerajaan Bone. Ibunya Hj Kerra adalah seorang pedagang kecil-kecilan sekaligus ibu rumah tangga.Â
Meskipun Athirah dijodohkan dengan Hadji Kalla pada usia 13 tahun, ia mencintai suaminya sepenuh hati. Meskipun pendidikan formalnya hanya di level sekolah dasar, ia ikut terjun dalam bisnis penjualan kain sutra.
Secara rapi ia mencatat semua pembukuan usaha dalam dua huruf yakni huruf latin dan huruf lontara, yang digunakan oleh orang Bugis. Ia rutin menghitung hasil penjualannya setiap hari menjelang tidur dan kemudian dimasukkan ke dalam brankas (peti uang) dan dikelolanya sendiri tanpa campur tangan dari pihak lain termasuk Hadji Kalla dan anak-anaknya. Catatan pembukuan dilakukannya setelah salat subuh.
Visi Athirah sangat kuat. Jusuf menuturkan bahwa pada pada tahun 1965, bisnis sedang lesu. Beberapa tahun sebelumnya, Athirah telah memiliki firasat akan iklim bisnis yang akan terpuruk.Â
Athirah lalu membeli banyak emas batangan, yang kemudian ditanam di bawah tempat tidurnya. Hanya Hadji Kalla, Athirah, dan Jusuf sendiri yang tahu posisi emas tersebut. Ketika krisis ekonomi menghantam dan nilai rupiah terjun bebas, ibunya lalu memerintahkan Jusuf untuk mengambil emas itu sedkit demi sedikit untuk membayar semua gaji karyawannya.
Ketika ekonomi membaik, emas itu kemudian menjadi awal dari usaha NV Hadji Kalla yang lalu mengibarkan bendera di banyak ranah bisnis. Tanpa visi Athirah, tak akan pernah ada kisah tentang salah satu kelompok usaha pribumi paling kuat di Sulawesi Selatan.
Pada ayahnya, Jusuf belajar tentang ketangguhan dalam bisnis serta kemampuan melihat sisi baik dari setiap masalah. Sedang pada ibunya Athirah, ia belajar bagaimana menjadi seorang manusia yang memberi manfaat bagi sesamanya.Â
Ibunya menitipkan banyak filosofi kehidupan, yang kemudian menjadi pegangan hidupnya. Kata Jusuf, ibunya pernah berkata, "Kalau kau sudah naik mobil, lihat orang naik motor, dan kalau kau naik motor lihat orang naik sepeda. Kamu akan merasa lebih baik dan mensyukuri hidup. Jangan berpikir bahwa ketika kamu naik motor tiba-tiba iri saat melihat orang naik Mercy, maka pastilah kamu akan susah tidur."