Mohon tunggu...
Yusnawati
Yusnawati Mohon Tunggu... Penulis - Pengagum kata

Pengagum kata yang belajar merajut aksara.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Der Traum Part 2

18 Mei 2021   14:21 Diperbarui: 18 Mei 2021   20:37 294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kugunakan headset agar tidak menganggu Aylin yang sedang tertidur pulas. Meskipun cara belajarku sangat lambat, yang penting aku tetap berusaha, menambah kosakata baru setiap harinya. Mengikuti kursus, biayanya sangat mahal. Mau tidak mau harus bertahan dengan cara manual.

Pekerjaanku yang sebagai quality control di perusahaan kimia, hanya cukup untuk membiayai kehidupan sehari-hariku.

0001-1487925537-20210518-115107-0000-60a37dadd541df13bb045f12.png
0001-1487925537-20210518-115107-0000-60a37dadd541df13bb045f12.png
Jika ada  sisa uang, kuberikan kepada ibu. Bekerja di perusahaan kecil harus banyak bersabar, gaji yang sering terlambat dan terkena banyak potongan.

Aku lelah menjalani hidup ini. Lelah diperlakukan tidak adil. Melihat karir cemerlang mbak Sema di perusahaan BUMN. Mbak Fatma yang bekerja di perusahaan skala internasional dan Aylin yang dipercaya dosennya mengerjakan proyek-proyek besar, meskipun sudah lulus kuliah, membuatku iri. Kapan ya, bisa mendapatkan pekerjaan bagus seperti mereka?

Sudah berusaha melamar pekerjaan, menyebar puluhan curriculum vitae ke berbagai perusahaan hingga mengikuti job karir yang diselenggarakan baik online maupun offline tetapi belum ada satupun pekarjaan yang sesuai harapanku.

Yang paling banyak lowongan menjadi sales atau marketing kartu kredit, penjualan mobil dan motor hingga properti. Kemampuan komunikasiku tidak terlalu bagus, menjelaskan produk kepada calon pembeli saja, sudah keringat dingin. Tangan gemetar, informasi yang seharusnya melekat di kepalaku tiba-tiba hilang. Bukannya sukses menjual produk, aku malah dimarah-marahi pelanggan karena sudah membuang waktu berharganya.

Pernah juga tergiur dengan iklan lowongan pekerjaan online yang menjanjikan gaji besar dengan fasilitas kesehatan dan akomodasi. Ternyata hanya menjadi sales alat kesehatan akupuntur keliling, dengan produk sandal kesehatan dan alat pemijat tubuh yang memberikan sensasi hangat di putaran tombolnya. Yang paling apes, saat menawarkan produk, ternyata di rumah teman kuliah. Duh, malunya bukan main.

Diary catatan perjalanan hidupku masih tersimpan di rak buku. Saksi bisu perjalanan mimpiku. Kalau kubaca satu per satu, deretan kegagalan demi kegagalan yang banyak mewarnai kisahku.

"Apa aku harus mengubah mimpiku?"

"Hey, berisik. Sudah malam, jangan mengeluh di sini!" Lemparan bantal Aylin, sukses mengenai mukaku.

Tuhan aku lelah dengan semuanya. Berpura-pura baik di depan mereka. Tetap tersenyum seolah aku ini perempuan tangguh. Padahal hatiku menjerit. Air mata yang selalu tumpah ruah di malam hari. Merasa kesepian menjalani hidup. Tak ada penguat menghadapi badai sehebat ini. Di saat orang terdekatku memelukku Justru merekalah yang mematahkan mimpi-mimpiku.

Lihat saja bagaimana seisi dinding kamar ini, penuh dengan coretan mimpi Aylin. Sedangkan aku, hanya di sisakan sedikit. Cukup untuk menempelkan selembar kertas kecil mimpiku. Yang jika ingin melihatnya, harus mendekat terlebih dahulu. Dulu aku sangat berharap ingin berada di fase dewasa, ternyata setelah mengalami. Tak sesederhana yang kubayangkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun