Mohon tunggu...
Yusmuliadi
Yusmuliadi Mohon Tunggu... -

cute and smart

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Peningkatan Kualitas Guru di Era Milenial

9 April 2018   11:12 Diperbarui: 9 April 2018   11:48 8307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: entertainment.kompas.com

Menjadi guru merupakan panggilan hati yang membutuhkan kebulatan hati dan tekad dalam menjalankan amanah yang diembannya. Hal ini terjadi karena guru merupakan suri tauladan masyarakat dalam kesehariannya. Ini terkait dengan akronim guru yaitu digugu dan ditiru. 

Tingkah polah guru dalam kesehariannya sering dijadikan tolok ukur mengidentifikasi nilai-nilai budaya dan sosial. Jika sebagian besar guru berperilaku baik dan berkarakter positif maka kita bisa menyimpulkan nilai-nilai budaya dan sosial yang berlaku di masyarakat juga masih baik, demikian pula sebaliknya jika sebagian besar guru berperilaku negatif maka kita juga bisa menyimpulkan bahwa ada suatu kecendrungan menurunnya nilai-nilai sosial dan budaya yang berlaku di suatu masyarakat. Begitu besarnya peran seorang guru sehingga profesi ini sangat membutuhkan kesabaran dan keikhlasan yang luar biasa dalam menjalankan aktivitas profesinya.

Guru dan pendidikan merupakan dua sisi mata uang yang tidak bisa terpisahkan. Dalam lingkungan pendidikan lah seorang guru mengembangkan profesi yang dimilikinya. 

Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional ( Sisdiknas ) dinyatakan bahwa " Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik  secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara."

Dengan demikian seorang guru akan berupaya secara terus menerus meningkatkan kompetensi diri yang dimilikinya untuk mencapai amanah pendidikan yang telah dilahirkan para pendiri bangsa ini. Ada 4 kompetensi yang harus dimiliki seorang guru yaitu kompetensi Pedagogik, Kompetensi Kepribadian, Kompetensi Profesional dan Kompetensi Sosial. Jika keempat kompetensi ini bisa dimiliki seorang guru maka bisa dipastikan guru tersebut adalah Guru Profesional. Hal ini termuat dalam UU No.14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. 

Dalam UU ini dinyatakan bahwa "Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih , menilai dan mengevaluasi peserta didik pada PAUD, jalur pendidikan formal, Pendidikan dasar dan pendidikan menengah". 

Profesional sendiri memiliki arti pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran  atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. Ada ungkapan yang mengatakan bahwa guru bukanlah orang yang hebat namun semua orang hebat yang ada di dunia ini dihasilkan oleh polesan seorang guru.

Guru di zaman now 

Menjadi guru di zaman now memang membutuhkan perjuangan yang super ekstra berat , Hal ini juga berkaitan dengan siswa/i yang dihadapinya adalah siswa/i di zaman now pula. Belum lagi ditambah dengan keharusan guru untuk meningkatkan keprofesionalan yang dimilikinya. 

Hal ini diperparah dengan ulah dari segelintir guru yang melakukan perbuatan-perbuatan yang melanggar aturan dan norma, perbuatan melanggar hukum, perbuatan indisipliner dan perbuatan lainnya yang mengurangi nilai kemuliaan seorang guru.

Sering kita melihat guru tidak disiplin dalam menjalankan tugasnya seperti datang telat, pulang tidak sesuai jadwal bahkan ketika jam mengajar ada sebagian guru pergi belanja di luar lingkungan sekolah. Tentu akan banyak komentar -- komentar negatif yang bermunculan di masyarakat. 

Bagaimana mungkin bisa mendisipkan siswa atau akan membuat siswa pintar sedang untuk mendisipkan dirinya sendiri saja guru itu tidak mampu ? Sungguh sebuah tamparan yang sangat keras jika hal ini bisa terjadi. Jika hal ini dibiarkan maka masyarakat akan menjadi apatis dengan profesi seorang guru , guru akan dianggap pekerjaan biasa saja bahkan akan mencibir profesi keguruannya. Ing Ngarso Sung Tulodo Ing Madyo Mangun Kerso Tut Wuri Handayani semboyan yang ditelurkan Bapak Pendidikan Indonesia Ki Hajar Dewantara sungguh merupakan beban berat bagi para guru Indonesia.

Belum lagi ditambah dengan banyaknya guru yang tidak menguasai teknologi. Istilah keren nya gaptek ( gagap teknologi ), terutama guru-guru senior yang memasuki usia 40 tahun keatas. Banyak dari mereka ketika diminta untuk mengikuti kegiatan keprofesian seperti diklat, bimtek , workshop, dan lain sebagainya menolak untuk turut serta dengan alasan tidak bisa mengoperasikan komputer/laptop. 

Padahal saat ini di zaman milenial, semua pelatihan dilakukan dengan melibatkan teknologi di dalamnya, mulai dari proses pendaftaran, pengiriman berkas atau laporan pelaksanaannya yang serba online( daring ), pretest dan post test yang online dan lain sebagainya. Sehingga selain kemampuan mengoperasikan komputer/laptop, guru juga dituntut untuk mampu menguasai teknologi aplikasi yang sedang masif menglobalisasi dunia. 

Dunia terasa menjadi lebih sempit dengan kemajuan teknologi ini. Facebook , Instagram , Tweeter , Email ,mbah google adalah contoh-contoh aplikasi yang akrab di telinga masyarakat. Bagaimana jika seorang guru tidak mampu menguasai kecanggihan teknologi di zaman now? Bisa dipastikan guru tersebut akan jauh tertinggal dalam pembelajaran ( karena pembelajaran semestinya dilakukan dengan presentasi multi media dengan memanfaatkan sumber belajar di dunia maya ), juga akan jauh tertinggal dalam hal informasi dan peningkatan kompetensi yang dimilikinya. Bahkan bisa saja terjadi seorang siswa akan mampu mengalahkan gurunya dalam hal penguasaan teknologi. Jika hal ini tidak diatasi maka guru akan mandeg kreativitasnya dan masyarakat akan semakin tidak percaya dengan kemampuan guru yang mendidik putra putrinya.

Selain kedua hal di atas dilema guru di zaman now sungguh menjadi tantangan terberat yang dihadapi guru , kemajuan teknologi komunikasi sangat menggerus nilai-nilai positif yang selama ini telah ditanamkan para guru terdahulu. 

Televisi yang semakin menduniak, Internet yang telah merambah seluruh aspek kehidupan, komunikasi online yang menjadi hobi terbaru anak-anak bangsa , game online yang membuat anak-anak candu dan tahan duduk berjam-jam serta kemajuan teknologi lainnya. 

Globalisasi di bidang teknologi komunikasi dan Informasi ini tentu memiliki dampak positif dan dampak negatif dalam kehidupan sehari-hari. Faktanya pengaruh negatiflah yang lebih mempengaruhi kehidupan keseharian siswa/i zaman now. Sehingga tidaklah mengherankan jika mereka lebih memilih duduk di warnet ( warung internet ) dan hotspot yang menyediakan wi-fi gratis daripada belajar, bersekolah, bersosialisasi atau sudah apatis terhadap keakraban keluarga.

Upaya dan solusi yang bisa dilakukan

Untuk mengeliminir atau mengurangi serta untuk meningkatkan keprofesionalan seorang guru ada beberapa hal yang bisa kita lakukan , di antaranya adalah :

Sistem Pendidikan Kepfosesian Guru yang mesti dirubah dan disempurnakan

Selama ini sistem pendidikan keprofesian guru atau lebih kita kenal dengan Proses Sertifikasi Guru dinamakan PLPG  (Pendidikan dan Pelatihan Profesi Guru ) yang dilaksanakan dalam waktu 10 hari. 

Dalam waktu yang sesingkat ini maka bisa dipastikan banyak hal yang tidak bisa dirubah , akan banyak hal yang terlewatkan dalam upaya meningkatkan kompetensi guru. Banyak komentar tak sedap yang terdengar di masyarakat , " udah serti atau belum serti sama aja kelakuan dan kemampuannya , eh..udah serti kok makin parah malasnya."Begitu kalimat-kalimat yang sering kita dengar. Syukurnya pemerintah merespon hal ini dengan cepat karena mulai tahun 2018 ini pemerintah dalam hal ini Kemendikbud merubah sistem pendidikan keprofesian ini dari PLPG menjadi PPG ( Pendidikan Profesi Guru) dari yang dulunya Cuma 10 hari menjadi 6 bulan, termasuk praktek langsung di lapangan. 

Sebuah langkah maju dalam meningkatkan kompetensi guru. Dengan waktu yang cukup panjang ini diharapkan akan banyak hal baru yang bisa diperoleh guru. Asumsinya dengan waktu 6 bulan akan membentuk sosok guru yang lebih hebat jika dibandingkan dengan pembentukan sosok guru profesional selama 10 hari.

Perlu peningkatan kuantitas dan kualitas kegiatan yang berkaitan dengan guru seperti diklat, bimtek , seminar dan lainnya. Upaya ini sangat perlu dilakukan untuk meningkatkan kompetensi profesionalitas guru terutama di bidang IPTEK . 

Jika ada guru yang telah mengikuti kegiatan keprofesionalan guru tingkat Nasional maka ia diharuskan untuk mendesiminasikan pengetahuan yang dimilikinya di kegiatan KKG ( Kelompok Kerja Guru ) dengan menjadi tutor teman sebaya atau menjadi pemandu. Tentu tidak dengan serta merta kemampuan guru akan meningkat namun paling tidak akan terjadi transfer pengetahuan di antara para guru.

 Apalagi jika bentuknya berupa teknologi aplikasi maka akan semakin membuat guru tertantang untuk bisa menguasainya. Kegiatan pelatihan atau apapun yang bertujuan untuk peningkatan kualitas guru sangat erat kaitannya dengan dukungan dari pemerintah baik pusat atau daerah, terutama pemerintah daerah yang harus lebih peduli dengan peningkatan kegiatan ini. Semakin banyak pelatihan yang dilakukan maka diharapkan kualitas kompetensi guru dapat ditingkatkan ke level yang diharapkan.

Selain peningkatan pelatihan di bidang kognitif, pelatihan di bidang mental dan penguatan karakter juga harus dilakukan. Hal ini sangat erat kaitannya dengan peningkatan karakter positif guru. 

Wadah KKG ( Kelompok Kerja Guru ) menjadi sangat vital dalam mewujudkan hal ini. Materi-materi pembelajaran dengan menyisipkan karakter di dalamnya menjadi solusi jitu dalam hal ini. Oleh pemandu yang berkompeten dalam Pendidikan Penguatan Karakter guru-guru diajarkan dan dilatih untuk merancang proses pembelajaran yang berkarakter dan menumbuhkan karakter positif siswa. 

Dengan kegiatan yang intensif kita berharap terjadi perubahan karakter guru yang berimbas pada perubahan karakter siswa menjadi lebih tangguh , kreatif , dan inovatif dalam menyongsong generasi emas Indonesia. Dengan peningkatan karakter positif ini maka kita bisa menyaring informasi yang beredar di tengah-tengah masyarakat dan mengurangi dampak negatif perkembangan iptek yang menyertainya.

Program Gerakan Literasi Sekolah adalah  hal wajib yang mesti dilakukan. Ungkapan bahwa Buku adalah Jendela Dunia harus benar-benar diterapkan pada usia dini. Dalam kegiatan ini harus dirancang program sedemikian rupa sehingga pada saat proram dijalankan semua warga sekolah aktif mensukseskan program ini. Ketersediaan buku-buku berkualitas dan uptodate menjadi kebutuhan yang tidak terelakkan.

Ketersediaan dana yang minim yang dimiliki guru dan pihak sekolah sebenarnya bisa diupayakan dengan memanggil komite sekolah , paguyuban kelas , dan para alumni . Dalam pertemuan ini diharapkan mereka bisa menyumbangkan buku-buku yang diperlukan siswa baik buku fiksi dan nonfiksi. Semakin banyak buku yang dibaca maka semakin banyak ilmu dan pengetahuan yang bisa kita peroleh.

Kerjasama stakeholder bidang pendidikan dalam mensukseskan program-program yang akan dijalankan. Stakeholder pada level satuan pendidikan sangatlah penting kehadirannya. Pembentukan Komite Sekolah yang menjadi fasilitator dalam menjembatani kebutuhan-kebutuhan sekolah dan atau mensosialisasikan program-program sekolah bagi pihak-pihak yang berkepentingan  sangatlah diperlukan. Selain komite sekolah , hadirnya Paguyuban Kelas akan sangat membantu satuan pendidikan dalam menjalankan program-program yang ditawarkan. 

Dengah hadirnya Komite Sekolah dan Paguyuban Kelas maka akan banyak hal positif yang bisa dilakukan dalam meningkatkan kualitas pendidikan peserta didik. Selain itu akan banyak saran , kritik dan masukan yang bisa ditampung mulai dari perencanaan, pembahasan, penetapan dan pelaksanaan program sekolah. 

Hal ini juga akan membangkitkan kembali semangat musyawarah dan gotong royong yang saat ini sudah mulai tergerus oleh zaman. Berat sama dipikul Ringan sama dijinjing , begitu nasehat yang selalu dilontarkan nenek moyang kita. Dengan bekerja sama dan sama-sama bekerja maka diyakini akan menghasilkan dan  meningkatkan kualitas guru serta peserta didik .

Akhirnya dengan semangat pantang menyerah dan usaha-usaha yang terus menerus dilakukan tanpa kenal lelah diharapkan peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia akan meningkat. 

Dengan meningkatnya kualitas pendidikan maka kesejahteraan masyarakat juga akan meningkat. Bukankah kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh kualitas pendidikan penduduknya? Salam Pendidikan dan Jayalah Pendidikan Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun