Mohon tunggu...
Yusmuliadi
Yusmuliadi Mohon Tunggu... -

cute and smart

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Peningkatan Kualitas Guru di Era Milenial

9 April 2018   11:12 Diperbarui: 9 April 2018   11:48 8307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: entertainment.kompas.com

Bagaimana mungkin bisa mendisipkan siswa atau akan membuat siswa pintar sedang untuk mendisipkan dirinya sendiri saja guru itu tidak mampu ? Sungguh sebuah tamparan yang sangat keras jika hal ini bisa terjadi. Jika hal ini dibiarkan maka masyarakat akan menjadi apatis dengan profesi seorang guru , guru akan dianggap pekerjaan biasa saja bahkan akan mencibir profesi keguruannya. Ing Ngarso Sung Tulodo Ing Madyo Mangun Kerso Tut Wuri Handayani semboyan yang ditelurkan Bapak Pendidikan Indonesia Ki Hajar Dewantara sungguh merupakan beban berat bagi para guru Indonesia.

Belum lagi ditambah dengan banyaknya guru yang tidak menguasai teknologi. Istilah keren nya gaptek ( gagap teknologi ), terutama guru-guru senior yang memasuki usia 40 tahun keatas. Banyak dari mereka ketika diminta untuk mengikuti kegiatan keprofesian seperti diklat, bimtek , workshop, dan lain sebagainya menolak untuk turut serta dengan alasan tidak bisa mengoperasikan komputer/laptop. 

Padahal saat ini di zaman milenial, semua pelatihan dilakukan dengan melibatkan teknologi di dalamnya, mulai dari proses pendaftaran, pengiriman berkas atau laporan pelaksanaannya yang serba online( daring ), pretest dan post test yang online dan lain sebagainya. Sehingga selain kemampuan mengoperasikan komputer/laptop, guru juga dituntut untuk mampu menguasai teknologi aplikasi yang sedang masif menglobalisasi dunia. 

Dunia terasa menjadi lebih sempit dengan kemajuan teknologi ini. Facebook , Instagram , Tweeter , Email ,mbah google adalah contoh-contoh aplikasi yang akrab di telinga masyarakat. Bagaimana jika seorang guru tidak mampu menguasai kecanggihan teknologi di zaman now? Bisa dipastikan guru tersebut akan jauh tertinggal dalam pembelajaran ( karena pembelajaran semestinya dilakukan dengan presentasi multi media dengan memanfaatkan sumber belajar di dunia maya ), juga akan jauh tertinggal dalam hal informasi dan peningkatan kompetensi yang dimilikinya. Bahkan bisa saja terjadi seorang siswa akan mampu mengalahkan gurunya dalam hal penguasaan teknologi. Jika hal ini tidak diatasi maka guru akan mandeg kreativitasnya dan masyarakat akan semakin tidak percaya dengan kemampuan guru yang mendidik putra putrinya.

Selain kedua hal di atas dilema guru di zaman now sungguh menjadi tantangan terberat yang dihadapi guru , kemajuan teknologi komunikasi sangat menggerus nilai-nilai positif yang selama ini telah ditanamkan para guru terdahulu. 

Televisi yang semakin menduniak, Internet yang telah merambah seluruh aspek kehidupan, komunikasi online yang menjadi hobi terbaru anak-anak bangsa , game online yang membuat anak-anak candu dan tahan duduk berjam-jam serta kemajuan teknologi lainnya. 

Globalisasi di bidang teknologi komunikasi dan Informasi ini tentu memiliki dampak positif dan dampak negatif dalam kehidupan sehari-hari. Faktanya pengaruh negatiflah yang lebih mempengaruhi kehidupan keseharian siswa/i zaman now. Sehingga tidaklah mengherankan jika mereka lebih memilih duduk di warnet ( warung internet ) dan hotspot yang menyediakan wi-fi gratis daripada belajar, bersekolah, bersosialisasi atau sudah apatis terhadap keakraban keluarga.

Upaya dan solusi yang bisa dilakukan

Untuk mengeliminir atau mengurangi serta untuk meningkatkan keprofesionalan seorang guru ada beberapa hal yang bisa kita lakukan , di antaranya adalah :

Sistem Pendidikan Kepfosesian Guru yang mesti dirubah dan disempurnakan

Selama ini sistem pendidikan keprofesian guru atau lebih kita kenal dengan Proses Sertifikasi Guru dinamakan PLPG  (Pendidikan dan Pelatihan Profesi Guru ) yang dilaksanakan dalam waktu 10 hari. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun