"Heh, gembel, gelandangan kotor, pergi kamu dari sini, pantas saja setiap saya buka kios saya pasti tembok beserta lantainya bau dan kotor ternyata kamu penyebabnya.
"Ampun pak, Maaf saya hanya menumpang tidur saja pak saya tidak mengotori kios Bapak ."
"Sudah lah, pergi kamu sekarang, dasar gembel sampah masyarakat."
Aku bergegas pergi dan untuk malam ini aku tak tertidur lagi. Aku terus berjalan menyusuri jalanan di malam hari, hal seperti ini sudah biasa aku rasakan sejak Ayah dan Ibuku berpisah. Di halte bus aku berhenti dan duduk sejenak.
Tak terasa sang fajar diufuk timur sudah menyapaku, Alhamdulillah aku masih bisa mendengar syahdunya Adzan Shubuh. Aku harus segera bergegas ke masjid.
Sebelum sesampainya aku di masjid untuk shalat semua mata jamaah yang akan ke masjid seolah memandangku sinis. Aku sadar pakaianku lusuh, bau dan kotor. Mungkin aku tak pantas untuk masuk, lebih baik aku shalat di halaman masjid saja.
Fajar mulai berganti jadi pagi hari ini saatnya aku mengais rizki.
"Assalamualaikum Pak Parto."
"Waalaikumsallam Dim, mari kesini ini dagangan hari ini sudah saya siapkan, semoga laku keras seperti kemarin ya "
"Aamiin Pak"
Kakiku yang hanya beralaskan sandal yang hampir putus, berjalan menyusuri jalanan kota.