Saya jadi ingat budaya “Kaizen” dengan Quality Control Circlenyanya yang mampu membuat perusahaan otomotif asal Jepang bisa Berjaya di Indonesia hingga puluhan tahun lamanya. Persamaannya berada pada kekonsistenan melakukan perubahan kecil secara terus menerus hingga menghasilkan produk berkualitas. Senyum itu penting sebagaimana pentingnya Anda hidup hidup di dunia ini.
Bangsa ini besar dan bohong besar kalau kita tidak tahu betapa luasnya negeri ini, betapa negeri maritim dengan beribu-ribu pulau terbentang membuat keindahan tersendiri dan banyak orang meyakini “Tuhan sedang Tersenyum “ ketika menciptakan negeri ini. Efeknya adalah bangsa atau rakyat Indonesia sangat mudah sekali tersenyum dan ramah kepada siapapun. Eits tunggu dulu, senyum yang dimaksud adalah seyum yang ikhlas dan tidak dibuat-buat loh. Bukan asal senyum saja, karena manfaat senyum itu bisa ditemukan sehari-hari di lapangan.
Kembali ke kondisi negeri ini, saya melihat bahwa ada “missing link”, sesuatu yang hilang dari jati diri negeri ini. Negeri yang kepulauan dengan lautan yang luasnya melebihi daratan tapi perilaku bangsa ini seperti orang daratan. Produk konsumsi laut semisal ikan dan sejenisnya bukan lagi konsumsi utama negeri ini. Padahal protein dan kandungan omega tiga yang sangat bermanfaat banyak terkandung di dalamnya. Termasuk budaya senyum tadi. Kenapa pelaut sering tersenyum? Karena seringnya melihat alam yang sangat indah setiap harinya. Tidak percaya ? Coba deh ke garis pantai sepemandangan mata ,lihat keagungan Tuhan di sana. Pasti kalian akan tersenyum bangga akan negeri ini.
Saya lampirkan lirik lagu waktu anak-anak, betapa bangganya saya ketika kecil dahulu menyanyikan lirik lagu ini. Judulnya Nenek Moyangku Seorang Pelaut.
nenek moyangku orang pelaut
gemar mengarung luas samudra
menerjang ombak tiada takut
menempuh badai sudah biasa
angin bertiup layar terkembang
ombak berdebur di tepi pantai
pemuda b'rani bangkit sekarang