Mohon tunggu...
Yustrini
Yustrini Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Menulis juga di www.catatanyustrini.com

Harapan yang tertunda menyedihkan hati, tetapi keinginan yang terpenuhi adalah pohon kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Generasi Solutif di Tengah Kesulitan

13 November 2018   15:08 Diperbarui: 13 November 2018   15:13 377
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Sekitar 2 jam 15 menit," jawabku.

"OMG! Itu artinya kita berada di sini 2 jam lebih dalam kegelapan? Kita bisa keburu dimangsa binatang buas!" keluh Kanaya. 

"Stop mengeluh atau menyalahkan keadaan! Ini bukan soal salah siapa,tapi bagaimana kita mencari solusi untuk menyelesaikan persoalan. Bangsa Indonesia butuh solusi bukan kritik yang terus menyudutkan pemerintah.," ujar Lukman bijaksana.

Samar-samar terdengar bunyi peluit, astaga! Fred belum kembali! Apakah itu Fred? Aku meminjam ponsel milik Lukman dan mengarahkan senternya ke arah hutan yang gelap. Akhirnya sosok Fred muncul di balik semak-semak.

"Terima kasih, aku hampir tersesat tadi jika tidak melihat cahaya dari ponsel itu." Kata Fred.

"Baiklah Fred, kita mulai berhitung. Saat ini pukul 17:45 menit. 2 jam 15 menit lagi itu artinya sekitar pukul 8 malam mobil baru tiba. Yang tercepat sampai di sini adalah motor, saya sudah meminta mereka membawakan air minum, makanan dan  beberapa peralatan bengkel yang mungkin dibutuhkan Her, aku akan membawa Prita dan Kevin ke pondok lebih dulu."

Fred mengeluarkan alat pemantik, kami pun bekerja sama untuk mengumpulkan ranting-ranting dan batang pohon yang patah berserakan untuk dijadikan api unggun. Kulihat semua sudah mulai tenang, terutama Kanaya, ia seperti sudah terbiasa dengan gelap dan tidak takut lagi saat api unggun mulai dinyalakan. Kevin pun sudah mulai membaik, ia bisa melepaskan tangan ayahnya sejak tadi. Hanya Prita yang masih siaga di dekat Kevin dengan obat asmanya.

Untuk membuang kebosanan, kami semua duduk mengelilingi api unggun sambil bernyanyi naik-naik ke puncak gunung dan saling berbagi cerita. Seperti biasa Anggi sibuk merekam, rasa sakit di kakinya mungkin sudah membaik karena diberikan obat oleh Fred.

Motor ternyata baru tiba 20 menit kemudian, aku membawa Prita dan Kevin ke pondok biar penjaga hutan membantu Her memperbaiki minibusnya. Bersyukur dalam keadaan genting seperti ini, Her diberikan kekuatan padahal ia memiliki riwayat jantung dan masalah keluarga yang cukup berat, belum lagi ia harus membiayai anak terkecilnya yang masih sekolah.

Bergantian aku memboncengkan Anggi, Kanaya, Fred dan Lukman sementara minibus diperbaiki.

Pukul 20:00 WITA.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun