Mohon tunggu...
Yustrini
Yustrini Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Menulis juga di www.catatanyustrini.com

Harapan yang tertunda menyedihkan hati, tetapi keinginan yang terpenuhi adalah pohon kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Generasi Solutif di Tengah Kesulitan

13 November 2018   15:08 Diperbarui: 13 November 2018   15:13 377
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anggi mulai mengeluarkan ponselnya juga. Ia mengeluh karena ponselnya ternyata sudah kehabisan baterai tapi ia tak kurang akal. Masih ada kamera mirrorless yang bisa dipakai untuk merekam kejadian ini. Ia mulai keluar dari minibus sambil tertatih-tatih  merekam semua kepanikan kami, tak peduli jika tadi kakinya terkilir akibat terlalu bersemangat melihat kuskus yang sedang duduk depan sarangnya.

Sementara itu aku terus berusaha menghubungi teman-temanku dengan kondisi sinyal terbatas dan baterai ponsel yang tersisa 27%. Syukurlah aku langsung bisa terhubung dengan teman yang sanggup menjemput kami dengan mobil sedan, walau pun kapasitasnya cuma cukup mengangkut 4 orang.

"Siapa yang di sini membawa baterai?" Tanya Kanaya ke semua orang.  

Lukman menyalakan senter pada ponselnya dengan sisa baterai 70%, "tenang semuanya jangan panik. Kita akan baik-baik saja, iya kan pemandu?" ujar Lukman dengan nada yang lembut.

Semua anggota rombongan sudah turun kecuali keluarga Lukman. Prita berusaha menenangkan anaknya yang mulai ketakutan. Lukman berjaga-jaga di samping anaknya.

"Ibu, aku mulai sesak napas." Kevin mengeluh. Dengan sigap Prita mengambil obat asma di tas pinggang ayahnya.

 "Oh ya, aku juga bisa menghubungi rumah penjaga di pintu hutan konservasi." Sesegera mungkin tanganku berlomba dengan kapasitas baterai ponsel yang kini makin menipis. Sekali lagi aku beruntung, ada yang akan menjemput kami satu per satu dengan motor untuk menginap sementara di pondok.

Tenanglah, kataku pada diriku sendiri. Di saat genting seperti ini dibutuhkan solusi yang tepat. Aku mulai mengajak rombonganku berdiskusi. Ini adalah pengalaman pertama untuk bisnis awalku. Kurasa aku masih perlu belajar mempersiapkan diri agar tidak terlalu panik jika kondisi seperti ini terjadi kembali.

Pukul 17:45 WITA.

"Saya sudah menghubungi penjaga di pintu gerbang hutan tadi, ia bisa menjemput satu per satu dari kita untuk menginap sementara di pondok," kataku. "Itu akan lebih baik daripada kita ada di sini menunggu binatang buas memangsa kita. Sekitar 30 menit kita bisa diangkut bolak-balik dengan motor."

"Lalu berapa lama yang dibutuhkan mobil penjemput ke sini?" Tanya Lukman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun