Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Tersedia Rp 695,2 Triliun, Mengapa Ekonomi Anjlok -5,32%?

11 Agustus 2020   18:51 Diperbarui: 11 Agustus 2020   20:02 268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi via economy.okezone.com

Kuartal II Menjadi Pertarungan

Kuartal III 2020 menjadi pertarungan yang sangat menentukan bagi Indonesia. Karena bila kuartal ketiga ini pertumbuhan ekonomi di bawah nol, artinya anjlok dan negatif maka Indonesia termasuk memasuki resesi. Sebagai salah syarat teknis sebuah negara mengalami resesi ekonomi bila berturut-turut dua kuatal defisit pertumbuhan ekonominya. Dengan anjlok -5,32% maka para analis sangat kuat memperkirakan kalau Indonesia akan memasuki resesi pada bulan Oktober 2020. Dan nampaknya pihak pemerintah memberikan signal tentang ini, yang bisa dicermati dari perubahan kebijakan penangan Covid-19 dan PEN yang dijelaskan oleh Ketua Satgasnya Erick Thohir seperti diberitakan oleh Harian Umum Kompas pada 10 Augustus 2020.

Laju pertumbuhan kasus positif virus corona yang terus menancap ke langit, serta total kasus yang sudah  berada di atas 128.776 per hari ini 11 Augustus 2020, serta tekanan dari masyarakat dan dunia internasional agar Indonesia fokus pada pekesehatan ketimbang ekonomi juga menjadi indikasi kinerja ekonomi pada kuartal ke tiga.

Masih tersedia 1,5 bulan hingga akhir September mengakhiri kuartal III ini, harusnya optimisme melawan dan menurunkan laju kasus Covid-19 dengan penuh komitmen dari seluruh masyarakat menerapkan protokol kesehatan secara ketat, sambil terus berakitifitas ekonomi secara maksimal menjadi keprithatinan dari semua pihak.

Pembukaan kegiatan ekonomi sejak minggu kedua Juli 2020, serta kendornya pelaksanaan protokol kesehatan, telah membuktikan laju pertumbuhan covid-19 menjadi ancaman bagi pertumbuhan ekonomi. Dan karenanya bukan lagi mana tarik menaraik, tetapi pilihan yaitu utamakan kesehatan baru ekonomi, dan bukan ekonomi dulu baru kesehatan, dan juga bukan seakan berjalan secara bersama.

Inipun semua pihak maklum dengan seksama, tetapi implementasinya menjadi masalah lain. Karena lain yang ada di pikiran dan di mulut dengan yang dilakukan. Indikator yang terus muncul setiap hari, menjadi sangat mengkuatirkan karena virus ini menjadi momok bagi masyarakat.

Yupiter Gulo, 11 Augustus 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun