Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Ketika PSBB Berubah Sekadar Imbauan, Virus Corona Meradang

20 Mei 2020   21:56 Diperbarui: 20 Mei 2020   23:13 298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sungguh memprihatinkan menyaksikan apa yang sedang terjadi di tengah masyarakat negeri ini sejak 10 hari terakhir ini. Situasi menjadi berubah, dan seakan-akan situasi berubah menjadi normal. Orang bebas pergi ke pasar dan kemana saja tanpa peduli apa yang namanya PSBB.

Antara lain, ketika acara count-down penutupan MacD cabang Sarinah, kemudian membluadaknya penumpang di bandar Soetta, lalu di pasar Anyar Bogor, tanah abang Jakarta, dan sejumlah tempat lainnya di kota-kota besar di Indonesia.

Miris menyaksikan bagaimana masyarakat tidak peduli dengan penyebaran wabah virus corona yang mengancam siapapun saat ini. Masyarakat merasa tidak takut dengan terjangkit virus ini. "Ini persiapan lebaran, masalah mati karena virus corona itu soal besok", ini salah satu contoh kenekadan masyarakat menyerbu pasar tanah abang.

Jalan-jalan sudah mulai padat dengan kendaraan, dan cenderung macet di sejumlah ruas karena masyarakat di sekitar Jabodetabek yang beraktifitas.

Para tenaga medis pun pada berteriak dengan penuh kekesalan karena nyaris protokol kesehatan tidak ada lagi efeknya. Sementara mereka berjuang untuk menolong ribuan kasus yang positif Covid-19 di rumah-rumah sakit, dan klinik dan mereka merasa seperti tidak dihargai.

Masyarakat yang sudah berminggu-minggu bahkan berbulan bertahan di rumah, juga merasa "dilecehkan", ketika masyarakat mulai tidak lagi mematuhi protokol kesehatan Covid-19.

Ada apa dengan bangsa ini? Mengapa masyarakat tiba-tiba berubah menjadi "liar" dan tidak peduli? Demikianlah pertanyaan yang terus menjadi bahan pembicaraan di ruang-ruang media sosial.

Pada hal pemerintah sudah menerapan PSBB sejak awalm April 2020 yang lalu. Kendati masa pemberlakuannya agak berbeda untuk setiap wilayah. Bukankah, PSBB sebagai strategi pemerintah pada level nasional untuk diterapkan di seluruh negeri ini?

PSBB hanya panas di awal, tetapi super dingin dalam implementasi. Bahkan nampaknya semakin longgar. Dan karenanya pelanggaran dimana-mana. Termasuk apa yang terjadi di McD Sarinah, Bandara Soetta, Pasar Anyar Bogor, Tanah Abang Jakarta, dan di sejumlah tempat lainnya.

Aparat penegak hokum nampak sepeti tidak berdaya menghadapi membludaknya masyarakat dalam waktu seketika. Dan dibiarkan saja. Ya, semacama ada pembiaran.

PSBB berubah bentuk menjadi sekedar himbauan saja tanpa sanksi yang berarti. Kalaupun ada sanksi, sepeti pengenaan denda Rp 10 juta pada Manajemen McD Sarinah, maupun kepada Lion Air yang melanggara protokol dan jalurnya dibekukan, tetapi nampaknya tidak mampu membuat masyarakat banyak menjadi patuh dan disiplin terhadap protokol PSBB ini.

Dan kekuatiran publik seakan menjadi kenyataan seketika. Angka pertambahan kasus positif covid-19 seakan meledak pada hari ini. Dan merupakan angka tertinggi pertambahan dibandingkan hari-hari sebelumnya sejak diumumkan tanggal 2 Maret 2020.

Hari ini 20 Mei 2020, mencatat penambahan sebanyak 693 kasus positif. Bahkan kasus tertinggi sebelumnya terjadi 13 Mei dengan 689 kasus, dan 9 Mei dengan 533 kasus.

Sehingga, dengan `19.189 kasus, maka Indonesia menempati urutan negara ke-33 terbanyak dari 213 negara di dunia yang sudah terpapar Covid-19. Amerika Serikat dan Russia menempati negeri tertinggi kasus terpapar virus corona ini.

Pertambahan kasus di Indonesia setiap 24 jam sangat mengkuatirkan. Ketika PSBB hanya sekedar sebagai himbauan saja, maka grafik pertambahan korban virus ini cenderung naik dengan kencangg. Apalagi mulai akan memasuki lebaran yang potensial akan mendorong situasi menjadi semakin runyam.

Himbauan pemerintahan untuk tidak mudik serta sejumlah protokol kesehatan lainnya menjadi angin lalu nan tiada arti apa-apa sama sekali.

Bila situasi ini akan terus berlanjut, maka kesan pembiaran dari pihak pemerintah sulit untuk dihindari. Dan pesan Presiden Jokowi beberapa hari yang lalu yang mengatakan bahwa agar masyarakat menjalani hidup berdamai dengan Covid-19, seakan menegaskan agar setiap masyarakat "mengurus" diri sendiri masing-masing. Bertahan melawan virus corona dengan perjuangan sendiri.

Terutama ketika vaksin terhadap virus ini masih belum ditemukan. Masyarakat  jalankan sendiri protokol yang sudah ditetapkan. Tapi mengontrol diri sendiri. Kecuali kalau sudah terpapar, maka silakan datang ke pusat perawatan sesuai protokol yang ada.

Artinya, keputusan ada di tangan masyarakat negeri ini. Kalau mau selamat ya ikuti aturan, tanpa harus diberikan sanksi. Sanksinya akan rasakan sendiri kalau sudah terpapar.

Yupiter Gulo, 20 Mei 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun