Ini tahap yang ketiga yang menjadi target utama adalah mendorong berbagai upaya agar setiap orang memiliki kemampuan untuk mengelola risiko yang mungkin akan dihadapi ketika berada di jalan tol.Â
Agar ketika berada di jalan raya dan jalan tol, memiliki kewaspadaan penuh dan tinggi. Sehingga segala kemungkinan risiko bis diantisipasi, dan bukan di reaksi saja.
Mendorong setiap orang memiliki kemampuan mengelola risiko, maka yang dibutuhkan dan perlu dilakukan adalah perlatihan, simulasi dan pengenalan langsung akan pilihan-pilihan risiko yang sangat potensial terjadi di jalan tol.
Tahap keempat, meningkatkan kemauan untuk melakukannya.
Artinya, seseorang bisa saja memiliki kemampuan untuk memitigasi risiko yang akan terjadi, tetapi sangat mungkin tidak memiliki kemauan untuk mengelolanya. Dan ini menjadi persoalan yang tidak boleh diabaikan begitu saja.
Oleh karena itu, perlu dikembangkan sistem rewards and punishment agar seseorang tergerak untuk mau mengerjakan pengelolaan risiko itu. Bagi orang yang benar-benat melanggar, maka kepadanya dikenakan sanksi. Sementara yang patuh dan melakukan dengan setia, perlu diberikan pengakuan dan pengharapan.
Pemangku Kepentingan Mengelola Risiko
Semakin berkembang dan maju suatu negara, sebuah masyarakat maka kesadaran akan risiko itu semakin tinggi. Tidak saja hanya dalam berlalulintas di jalan raya atau jalan tol, tetapi dalam segala hal.Â
Di dalam mengelola bisnis misalnya, sangat dibutuhkan penerapan manajemen risiko. Bahkan dalam keluarga sekalipun, penerapan manajemen risiko itu sangat dibutuhkan.
Oleh karena itu maka semua stakeholders atau pemangku kepentingan, harus menjadi pelopor dilingkungannya untuk segala sesuatu berbasis dan berbudaya risiko.
Salah satu yang tidak disadari banyk orang adalah bahwa dengan kemampuan menerapkan manajemen risiko, maka dipastikan pencapaian tujuan dan target akan memiliki probabilitas yang sangat tinggi.