Dosa seksual saat ini begitu merajalela terjadi dalam kehidupan manusia. Telah menguasai dan mengendalikan dinamika dan irama kehidupan orang. Tidak hanya di kota-kota metropolitan, bahkan juga telah merasuki masuk di kota-kota kecil, bahkan hingga pedesaan.
Sedemikian rupa kejadiannya, sehingga pada level tertentu dan dalam komunitas tertentu, melakukan dan bermain-main dengan dosa seksual dianggap sesuatu yang lumrah dan biasa-biasa saja. Sungguh sangat mengerikan.
Di beberapa "komunitas", dosa seksual menjadi life style dengan segala macam variasi dan ornamen kebejatan yang dilakukan oleh mereka dalam komunitas tertentu.Â
Sungguh merisaukan, ketika hidup manusia tidak lagi memiliki nilai sakral yang harus dijaga, dirawat dan dipelihara dengan ketat sebagai anugerah Ilahi.
Suka atau tidak suka, mau atau tidak mau, pengaruh dosa seksual ini telah melingkupi seluruh kehidupan manusia.Â
Mungkin masih ada orang yang memiliki benteng pertahanan yang masih kokoh dan tidak bisa ditembus oleh pengaruh dosa seksual, tetapi sebenarnya jauh lebih banyak mereka yang tidak memiliki benteng pertahanan dan membiarkan saja hidupnya dikepung, dikuasai dan dikendalikan oleh berbagai praktek dosa seksual.
Di mana-mana terjadi dan menyerang siapa saja dan kapan saja, tanpa pilih bulu dan warna kulit serta ras. Dosa seksual terus bekerja tanpa henti dan jeda, dan mengambil korban demi korban untuk "diberdayakan" menjadi pelaku-pelaku yang lebih hebat lagi.
Akibatnya, semua norma kehidupan sosial dilabrak, ditabrak, dihancurkan dan diluluhlantahkan tanpa bekas. Kejadian seorang bapak perkosa anaknya sendiri, bahkan menghamili hingga memiliki anak banyak dan bertahun-tahun bukti dosa seksual.Â
Atau saksikan saudara bersaudara kandung melakukan dosa seksual, ibu dan anak berbuat mesum. Anak-anak dibawah umur "gemar" mencabuli teman sendiri.
Di beberapa belahan dunia, menjadi viral komunitas yang telanjang berkeliling kota dan tempat, minim bahkan nyaris telanjang dalam keseharian, belum lagi pasangan sejenis, gay dan lesbian, serta LGBT.Â
Sungguh sangat mengerikan, kehidupan yang nampak tiada bernilai lagi dan tak ubahnya dengan makhluk hidup seperti binatang yang sangat rendah takhtanya.
Pengaruh pornografi melalui VCD/DVD ataupun internet semakin memudahkan orang jatuh dalam dosa jenis ini, mulai dari anak-anak, remaja, pemuda, orang dewasa sampai yang usianya sudah lanjut.Â
Media sosial telah menjadi sarana pintu masuknya informasi yang sangat dahsyat terjadinya dosa seksual. Perhatikan saja, media sosial yang menawarkan tontonan seksual yang sangat singkat hingga yang durasi panjang.
 Semua bisa diakses dengan mudah, murah, cepat namun di ujung sudah menanti "maut" dosa tiada ampun.
Informasi dalam bentuk movie, video yang berkualitas tinggi dengan akses internet yang gampang, memaksa, menguasai dan mengendalikan setiap penontonnya.Â
Karena ruang yang sangat pribadipun ditembus tanpa sekat sama sekali. Karena semua video itu dapat ditonton kapan saja, dimana saja, dengan situasi apa saja.Â
Akibat fatalnya adalah setiap orang seperti memakan makanan kesukaan yang tidak bisa dilepaskan setiap saat.
Betul sekali, banyak orang menjadi kecanduan seks! Menjadi penikmat dosa seksual. Tidak sendirian, kalau perlu dilakukan dengan beramai-ramai, sehingga dianggap menjadi budaya yang mengikat semua pemeluknya.
Secara kasak mata, komunitas dunia selebriti sebagai contoh nyata yang sangat baik terjadinya dosa seksual ini. Disana terjadi berbagai penyimpangan seksual, perselingkuhan dan perceraian kian marak dan tidak tabu lagi.Â
Mereka yang melakukannyapun seakan tidak ada masalah, dan merasa bahagia saja adanya. Sungguh, perilaku menyimpang yang aneh bin ajaib.
Masyarakat seakan-akan tidak berdaya melawan perilaku menyimpang itu, dan hanya pasrah saja menyaksikan dan menonton pelaku-pelaku ini di berbagai layar media yang tersaji hampir setiap hari tanpa henti. Sungguh tanda-tanda kehidupan yang menuju pada "kehancuran".
Bermain-main dengan dosa seksual menjadi musuh utama sebuah pernikahan dan keluarga. Karena menikah dan berkeluarga merupakan perintah dari Sang Pemberi Hidup untuk melanjutkan kehidupan yang benar dan baik demi masa depan umat manusia di dunia ini.Â
Jadi, harusnya pernikahan menjadi wadah persemaian sistem nilai kehidupan yang harus dijaga untuk keberlangsungan hidup.
Keluarga merupakan unit terkecil dalam sebuah tatanan kehidupan masyarakat yang berbudaya luhur dan mulia. Dan karenanya, sesungguhnya kekuatan sebuah masyarakat, kehebatan sebuah bangsa dan negara terletak pada unit terkecil ini, yaitu keluarga.Â
Semakin kuat dan hebat keluarga maka bangsa dan negara itu akan semakin hebat dan kuat juga.
Itu sebab, iblis dan setan serta "hantu-blau" memahami betul hal itu. Makanya iblis sukanya menyerang keluarga agar hancur dan tidak kuat lagi dengan berbagai cara setan sendiri.Â
Salah satu yang paling ampuh digunakan oleh iblis adalah "dosa seksual", "peyimpangan seks", free sex, LGBT, menggunakan narkoba, dan sebagainya. Ini semua merupakan tawaran dunia bagi manusia yang sangat nikmat tetapi ujungmu maut dan dosa yang merusak tiada ampun.
Jadi berhati-hatilah karena seringkali Iblis menggunakan perangkap seks ini untuk menjatuhkan iman setiap orang yang memiliki keyakinan kepada Sang Ilahi itu.Â
Terlebih bagi para hamba Tuhan dan pemimpin-pemimpin rohani, jangan pernah merasa kuat! Â "Sebab itu siapa yang menyangka, bahwa ia teguh berdiri, hati-hatilah supaya ia jangan jatuh!", demikian pesan seorang Rasul.
Ada contoh yang sangat bagus di dalam bagian Alkitab perjanjian lama, yaitu Simson dan Daud, keduanya jatuh dalam perangkap dosa seks ini dan harus menanggung akibat yang fatal. Mata Simson dibutakan, menjadi bahan tertawaan serta dijadikan budak-budak orang Filistin.
Daud, keluarganya berantakan karena perselingkuhannya dengan Batsyeba, Amnon, anak sulungnya, memperkosa Tamar, saudara tirinya; Absalom, kakak Tamar, marah dan membunuh Amnon; lalu Amnon merebut tahta ayahnya dan 'meniduri gundik-gundiknya di depan banyak orang. Sungguh kehidupan yang berakhir dengan kehancuran.
Pesan seorang Rasul berkata bahwa "tanpa kekudusan tidak seorangpun akan melihat Tuhan". Dan dosa seksual membuat Anda tidak kudus, dan karenanya jangan pernah berharap bisa melihat apalagi berjumpa dengan Tuhan!
Jauhkanlah dirimu dari percabulan! Setiap dosa yang dilakukan manusia terjadi di luar dirinya. Tetapi orang yang melakukan percabulan berdosa terhadap dirinya sendiri - Rasul Paulus
Yupiter Gulo, 4 Agustus 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H