Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Sebulan di Rutan Gunung Sindur Setnov Berkelakuan Baik, Serius atau Main-main?

17 Juli 2019   08:13 Diperbarui: 17 Juli 2019   09:58 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://regional.kompas.com/read/2019/07/17/06010081/cerita-di-balik-setnov-dikembalikan-ke-lapas-sukamiskin-berperilaku-baik

Setelah sebulan mendekam di Lapas Gunung Sindur, Bogor, megakoruptor e-ktp yang merugikan republic ini sekitar 2,3 trilun rupiah di kembalikan lagi ke Lapas Sukamiskin di Bandung. Alasan utama pemindahan itu adalah "karena Setya Novanto telah berubah dan disimpulkan berkelakuan baik".

Betulkah Setnov sudah  berubah? Hanya dalam satu bulan dari berperilaku tidak baik menjadi baik, serius atau main-main? Koq, seperti "bermain-main" saja, bagaimana mungkin perilaku orang bisa berubah seketika dalam sebulan? Sebab sesungguhnya perubahan perilaku, apalagi perilaku orang yang sudah tua, tak  udah berubah dalam waktu sangat singkat. Nampak tidak masuk di akal saja.

Metode apa yang digunakan untuk memberikan penilaian sehingga sampai pada kesimpulan yang luar biasa itu, yaitu "berkelakuan baik". Bagaimana proses yang di jalani oleh Setnov sedemikian rupa dalam sebulan mampu membuktikan bahwa dia orang yang baik dalam berkelakuan.

Pertanyaan-pertanyaan ini menjadi penting, bukan saja karena memang sangat mendasar dalam hal evaluasi yang dilakukan, tetapi lebih penting lagi adalah kasus mega-korupsi e-ktp ini sungguh-sungguh telah menjadi pengetahuan publik, dan mencederai keadilan masyarakat oleh begitu besarnya "kekuatan dan kekuasaan seorang Setya Novanto itu dalam mempengaruhi proses hukum di negara ini".

Ketika Setnov sudah ditetapkan sebagai pesakitan, palaku kejahatan yang luar biasa dan harus berada di dalam penjara untuk mempertanggungjawabkan kelakuan jahatnya itu, harusnya tidak ada lagi privelage atau keistimewaan yang dimiliki, dan nilainya sama saja dengan penjahat-penjahat lain di dalam lapas.

Tetapi, mengelabui dan atau  terkelabui atau berkolaborasi dengan petugas-petugas di Lapas sehingga dia nampak seakan-akan sesuka hatinya dia mau apa dan atau mau kemana, lebih dari cukup sebagai indikasi dari kelakuan yang tidak baik. Keberadaannya dalam lapas seakan-akan memiliki kekuatan yang mampu menikmati fasilitas yang khusus ketimbang napi lain yang "tidak memiliki apa-apa".

Kompas.com memberitakan kalau Setnov sudah di pindahkan ke Lapas Sukamiskin Bandung pada hari Minggu malam tanggal 14 Juli 2019, setelah sebulan menjalani hukuman di Rutan Gunung Sindur Bogor.

https://regional.kompas.com/read/2019/07/17/06010081/cerita-di-balik-setnov-dikembalikan-ke-lapas-sukamiskin-berperilaku-baik
https://regional.kompas.com/read/2019/07/17/06010081/cerita-di-balik-setnov-dikembalikan-ke-lapas-sukamiskin-berperilaku-baik
Ada 3 alasan utama mengapa Setnov di kembalikan ke Sukamiskin, yaitu :

Satu, dinilai telah berkelakuan baik, yang di tunjukkan melalui atau berdasarkan SK Kakanwil Jabar tentang pelaksanaan pemindahan napi untuk kepentingan pembinaan dengan pertimbangan telah memenuhi syarat administratif dan substantif.

Kedua, telah menunjukkan itikad baik dan menunjukan perubahan perilaku baik selama di rutan di lapas Gunungsindur Bogor. Tidak jelas, indikator apa yang digunakan dalam sebulan telah berubah

Ketiga, berjanji tidak akan mengulangi kembali perbuatannya. Kalau ini pasti ditunjukkan oleh surat perjanjian, yang mungkin diatas meterai 6000 rupiah.

Atas dasar tiga alasan di atas sang koruptor uang negara dalam proyek e-ktp, maka di bebaskan dari lapas gunung sindur yang jauh tidak nyaman ketimbang lapas Sukamiskin di tengah-tengah kota Bandung.

Nampaknya ketiga alasan diatas tidak terlalu sulit bagi seorang Setnov maupun bagi orang lain untuk memenuhinya. Tetapi, apakah napi lain yang bukan seorang Setnov bisa juga di pindah ke lapas Sukamiskin kalau 3 alasan diatas di penuhi?

Mencermati penanganan kasus Setnov seperti ini, semakin membuktikan begitu "buruknya" manajemen Lapas di Indonesia, dan upaya kearah perbaikan yang lebih modern dan profesional semakin jauh saja.

Kasus-kasus napi melarikan diri, sipir lapas berkolaborasi dengan napi, lapas sebagai "pusat" pengendalian peredaran narboba, dan masih banyak lagi, seakan mengukuhkan kesan kuat semua pada sedang bermain-main saja.

Kasus kakap semacam Setnov harusnya menjadi peluang bagi pemerintah mengubah manajemen lapas yang betul-betul tidak sedang bermain-main.

Kalau saja kasus-kasus hukum yang harus berakhir di penjara bagi para oknum dan sejumlah penjahat, tidak diurus dengan benar, maka menjadi indikasi yang sangat kuat tentang lemahnya penegakan hukum secara benar di negeri ini.

Kelemahan di area penegakan hukum ini, akan menjadi bumerang yang sangat berbahaya karena akan mempengaruhi dinamika pembangunan lainnya keseluruhan. Terutama pandangan publik, seakan hukum betul-betul hanya tajam bagi mereka yang ada di bawah, sementara ke atas, tidak saja tumpul tetapi juga menjadi lumpuh tiada gunanya.

Selamat buat Setnov sudah lulus di lapas Sindur, dan pindah kelas kelas yang lebih baik yaitu Lapas Sukamiskin!

YupG. 17 Juli 2019

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun