Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Ketika Kubu Prabowo Terdesak, Putus Asa dan Naif

15 Mei 2019   16:54 Diperbarui: 16 Mei 2019   10:22 2408
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Sudah bisa di duga apa yang akan terjadi menjelang Rabu 22 Mei 2019, ketika KPU akan mengumumkan hasil-hasil yang di capai dalam pesta demokrasi yang terkenal terumit di dunia saat ini, yaitu  Pemilu serentak Pilpres dan Pileg 2019-2024 yang menelan biaya ratusan triliun rupiah, bahkan menelan korban jiwa lebih 500 orang dan ribuan petugas KPPS terkapar sakit.

Peserta dalam kontestasi akbar sekali 5 tahun ini akan menunggu dengan was-was, harap-harap cemas, hati dan pikiran naik-turun, bahkan tensi darah dan semua penyakit bisa saja kambuh seketika. 

Terutama para kandidat yang merasa perolehan suaranya tidak menjanjikan untuk menang akan menjadi "siksaan psikologis" tersendiri ketimbang mereka yang merasa lolos menjadi sang pemenang baik anggota Legislatif maupun Capres.

Hari-hari dan detik-detik menjelang tanggal 22 Mei 2019 seakan menjadi "lonceng kematian" bagi yang kalah. Apalagi kalau selama persiapan hingga saat perhitungan suara berjalan telah mengeluarkan sumber daya yang luar biasa, uang yang tidak sedikit, tenaga, waktu, dan tim kerjanya masing-masing ini semua seakan menjadi kesia-siaan belaka.

Nampaknya betul, bahwa saat KPU nanti akan mengumumkan hasil akhirnya maka betul-betul itu menjadi lonceng kehidupan yang menandakan kekalahan atau sebagai pemenang.

Nampaknya, itulah yang sangat terasa ketika berlangsungnya acara akbar dari Kubu Prabowo - Sandi dan Tim BPN-nya di Hotel Grand Sahid Jaya, Selasa 14 Mei 2019 di Jakarta, dengan acara bertajuk "Mengungkap Fakta-Fakta Kecurangan Pilpres 2019", yang video sekitar 1,5 jam panjangnya telah beredar luas di sosial media dan youtube.

Dan hari ini menjadi  hot issues pemberitaan tentang sikap dari kubu Prabowo yang menolak hasil Pilpres yang curang sejak saat kampanye hingga proses perhitungan dilakukan oleh KPU. Dan lebih seru lagi, kubu Capres 02 ini menyatakan sikap dengan tegas tidak akan mengajukan tuntutan hukum melalui MK atas semua kecurangan yang mereka temukan.

Sikap yang dipertontonkan oleh kubu Prabowo dengan BPN nya, menjelaskan 3 hal  penting yaitu merasa terdesak, merasa putus asa, dan menjadi naif atau  kekanak-kanakan bahkan ngambek. Sebab, susah sekali untuk mengidentifikasi hal-hal sebaliknya dari ketiga sikap diatas.

Merasa Terdesak

Betulkan kubu Prabowo-Sandi merasa terdesak saat ini? Orang yang berada dalam situasi terdesak akan memperlihatkan perilaku yang berbeda dengan orang yang tidak terdesak, dan bahkan cenderung perilakunya agresif dan menyimpang bila tidak mampu mengendalikan diri.

Tinggal satu minggu lagi menuju hari H pengumuman hasil Pemilu, dan itu artinya kesempatan bagi Kubu Capres 02 tinggal sejengkal untuk memperjuangkan agar menjadi pemenang dalam kontestasi Pilpres ini.  Oleh karenanya maka segala upaya, berbagai cara, bermacam strategi akan dilakukan demi target mewujudkan mimpi menjadi RI-1 2019-2024. Hal ini sesuatu yang wajar saja dialami oleh siapapun kalau sedang terdesak dan mendesak.

Keadaan terdesak ini tidak bisa dihilangkan dalam lingkungan BPN Prabowo-Sandi, dan utamanya parpol-parpol yang menggantungkan antara mati hidupnya demi kemenangan bagi Capres 02. Kepentingannya bukan hanya sekedar memenangkan Prabowo saja, tetapi kepentingan Parpol pendukung 5 tahun yang akan datang. Perkiraan jumlah konstituen sebesar sekitar 45%, sesungguhnya bukan jumlah yang sedikit sebagai bukti bahwa didukung dengan setia. Sebutkan saja angka 69 jutaan dari 155 jutaan pemilih dalam Pemilu 2019 ini. Sebuah angka yang besar

Kalau benar-benar kalah, maka mimpi 5 tahun kedepan bahkan lebih lama akan tinggal menjadi mimpi saja dan gigi jari selama itu. Inilah sesungguhnya yang membuat suasana ketegangan betul-betul hadir di tengah-tengah BPN.

Dan karenanya, setiap menit terasa sangat mahal untuk melakukan apa saja yang dianggap mampu mendekatkan mimpi-mimpi bersama itu terwujud pada tanggal 22 Mei 2019.

Namun secara psikologis, semakin merasa terdesak maka sangat mungkin semua yang dilakukan cenderung selalu menyimpang dan salah, kalau perlu hukum dan peraturapun di lawan, dan tatanan kesopanan sebagai calon orang nomor satu di negeri inipun menjadi sirna belaka.

Merasa Putus Asa

Keputusasaan menjadi warna dan suasana psikologis dan kebatinan yang sangat mencekam ditengah-tengah kubu BPN. Tidak ada harapan lagi untuk bisa mengantar Prabowo dan Sandi untuk bersanding di pelaminan kursi Presiden dan Wakil Presiden periode 2019-2024.

Publik semua faham tentang keputusasaan ini, karena sejak selesai hari pencoblosan, saat hasil-hasil Quik Count dari sebagian besar Lembaga Survei menempatkan Capres 01 sebagai Pemenang, dengan posisi antara sekitar 56% versus 44%. Walaupun kemudian hasil QC ini menjadi kontroversi yang menyita perhatian publik berhari-hari karena pada saat yang sama Capres 02 juga mengeluarkan QC-nya atau Exit Pool yang meyakinkan Prabowo menang pada angka sekitar 62%.

Merasa putus asa karena perkembangan hasil Real Count dari KPU dari hari ke hari memperlihatkan hasil yang hampir sama dengan QC lembaga survei. Bahkan cenderung lebih tinggi sedikit dengan kemenangan sementara ada di Capres 01, hingga hari ini Rabu 15 Mei 2019, posisi 56,21% untuk Capres 01 versus 43,79% untuk Capres 02, dengan 83,24% suara di rekapitulasi.

Angka-angka ini semakin menggigit ketika seminggu yang lewat, Tim Pemenangan Jokowi-Amin, mencapai perhitungan internal mereka pada 80 juta suara untuk Jokowi dan disebut sebagai Angka Kemenangan Psikologis bagi Jokowi-Amin.

Melihat perkembangan hasil rekapitulasi ini, maka kubu Prabowo dan BPNnya semakin merasa putus asa dan tidak bisa berharap lagi akan memenangkan kontestasi Pilpres 2019 ini. Artinya menjadi Presiden RI tinggal menjadi mimpi belaka. Dan tentu saja ini sangat menyakitkan bagi seorang Prabowo yang sudah beberapa kali mencalonkan diri tetapi selalu kalah.

Bagian ini memang agak mengundang ketawa, karena BPN mengajukan hasil perhitungan baru sebesar 54% bagi kemenangan Prabowo, jadi turun dibandingkan angka awal sebesar 62%. Publik pun terus bertanya-tanya dari mana angka-angka itu dan bagaimana caranya.

Sikap putus ada dari kubu Prabowo ini semakin sempurna ketika Koalisi Adil Makmur yang dibangun semakin rapuh dan terancam bubar ketika Demokrat mulai cari selamat sendiri. Belum lagi jumlah kursi di Legislatif DPR RI yang semakin menipis. Sangat berat bagi Prabowo untuk menggapai mimpi mimpi besar yang selama 5 tahun terakhir dibangun.

Menjadi Kekanak-kanakan

Pernyataan-pernyataan sikap yang disampaikan oleh tim BPN dan Prabowo -  Sandi sampai pada kesimpulan bahwa mereka semua seperti anak-anak. Terlepas dari bahwa itu sebuah strategi lain untuk terus memberikan perlawanan.

Sejak awal, di banyak pemberitaan Prabowo selalu mengulang kalau dia tidak akan menerima dan mengakui hasil Pilpres 2019, karena menurutnya sejak saat kampanye penuh dengan kecurangan. Dan inilah yang diungkapkan dalam acara akbar Selasa 14 Mei 2019 dengan tema "Mengungkap Fakta-Fakta Kecurangan Pilpres 2019".

Tanpa mengabaikan semua kecurangan yang terjadi yang dilakukan oleh siapapun, tetapi sikap Prabowo untuk tidak mau menerima hasil pemilu tetapi juga tidak mau memproses secara hukum melalui jalur yang sudah disiapkan, ini seperti kenak-kanakan.

Undang-undang nomor 7 tentang Pemilu nampaknya semua sudah diatur mekanisme proses untuk berbagai kecurangan yang terjadi. Harusnya Tim BPN Prabowo memanfaatkan jalur itu untuk memproses. Syukur-syukur bisa terbukti sehingga tuntutan mereka bisa dipenuhi oleh MK.

Tetapi, berdalih seakan-akan semuanya sudah diatur dipolitisir orang-orang yang berada dalam jalur yudiktif penyelesaian sengketa pemilu, ini juga tidak bijaksana dan kekanak-kanakan. Bahkan seakan-akan menjadi "ngambek" dan tidak mau meneruskan lagi.

Sikap kekanak-kanakan kubu Prabowo sungguh mencederai dan merendahkan dirinya sebagai seorang Calon Presiden RI yang berlaga dengan Jokowi. Harusnya marwah sebagai CaPres harus dijaga dengan baik. Karena ini menjadi indikasi kuat tentang kekuatiran publik, kalau nanti betul-betul menjadi presiden. Jadi apa kepemimpinan beliau. Yang urusan kecurangan saja tidak bisa di sikapi dengan bijaksana.

Kecurangan Harus Dilawan

Berbicara tentang kecurangan dalam penyelenggaraan Pemilu, Pileg, Pilpres, Pilkada bahkan pemilihan Ketua RT sekalipun memang sudah jamak di negeri ini. Setiap peristiwa ini selalu diwarnai oleh berbagai kecurangan.

Pesta demokrasi 2019, Pemilu serentak yang menyita energi bangsa ini dan menghabiskan anggaran 25 triliun rupiah uang negara seharusnya bebas dan jauh dari kecurangan yang ada. Sebab yang dilakukan adalah kepentingan bangsa ini untuk 5 tahun kedepan.

Oleh karenanya, perjuangan dari BPN dan Capres 02 untuk mengungkap fakta-fakta kecurangan Pilpres 2019 patut didukung dan dikawal hingga ke MK dan diperjuangkan agar bila terbukti perlu diberikan sanksi.

Ini penting, karena harga demokrasi memang mahal dan menyakitkan seluruh hati rakyat yang memilih bila di gapai dengan kecurangan-kecurangan yang sangat jahat. Mau tidak mau, mekanisme hukumnya harus berfungsi kalau tidak hasilnya akan menjadi lebih kacau lagi negeri ini.

Bahwa disana-sini ada banyak kekurangan dari sistem penyelenggaraannya, seperti kurang antisipasi banyaknya korban jiwa yang jatuh, akan menjadi pelajaran yang sangat mahal bagi negeri ini untuk memperbaiki sistem pemilu 5 tahun berikut.

Salam Demokrasi untuk Indonesia yang lebih maju !

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun