Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Refleksi | Minggu Palem: Semangat Mengawal Masa Tenang Pemilu 2019

14 April 2019   22:15 Diperbarui: 14 April 2019   22:33 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah mengalami hiruk-pikkuk, ketegangan dan tekanan dalam proses kontestasi, sehingga masyarakat seakan-akan terbelah menjadi dua kubu yang saling berhadap-hadapan, maka kini saatnya Indonesia harus memutuskan dan memilih siapa yang layak untuk menjadi pemimpin negeri ini 5 tahun kedepan.

Semua masyarakat harus merenungkan habis-habisan tentang masa depan bangsa ini akan berubah seperti apa ditangan pemimpin yang akan dipilih dan diberi mandat penuh mengubah Indonesia menjadi lebih baik dan lebih maju 5 tahun yang akan datang.

Refleksi ini menjadi mendasar dan dibutuhkan, tidak saja melihat profil dari semua kandidat yang sudah memenuhi syarat, tetapi juga perlu membawa didalam pergumulan doa masing-masing kepada Tuhan agar memberikan hikmat bagi masyarakat demi terpilihnya pemimpin yang berkenan kepada Tuhan.

Bagian ini menjadi sangat penting, karena manusia bisa saja salah dalam melihat profil orang, tetapi sesungguhnya Tuhan tidak pernah salah memilih orang. Dan karenanya, setiap orang yang beriman akan menyerahkan kepada Tuhannya agar diberikan hikmat dan petunjuk yang baik ketika menentukan pilihan.

Paling tidak dengan cara demikian, masyarakat tidak berada dalam kondisi tertekan, ketakutan, kekuatiran akan ancaman yang muncul. Sebab, ketika semuanya sudah diserahkan kepada Tuhan, biarlah Tuhan sendiri yang bekerja dengan caranya. Dan masyarakat akan menjalani semua proses ini dengan damai sejahtera adanya.

Umat Kristiani yang sedang menjalani minggu palmarum menuju Kamis Putih, tiga hari kedepan akan menjadi arena pergumulan iman dalam doa secara konkrit untuk mendoakan Indonesia dalam Pemilu serentak 17 April 2019. Mengingat ulang dan memperingati kembali bagaimana detik-detik kesengsaraan dan kematian Yesus di kayu salib, juga menjadi motivasi kuat meminta Tuhan memberi hikmat dan kekuatan agar mampu menentukan pilihan dalam Pileg dan Pilpres 2019 dengan penuh damai dan kegembiraan.

Merayakan minggu palem berbeda-beda disetiap jemaat atau di gereja, dengan tema tema yang berlainan sesuai kebutuhan umat. Di gereja kami ibadah minggu palem ini dirayakan dengan tema "Jangan Masa Bodoh". Sebuah pesan penting untuk mengingatkan umat bahwa kekuatan sebuah persekutuan itu adalah saling peduli, dan karenanya jauhilah sikap masa bodoh.

Termasuk didalamnya agar umat tidak boleh masa bodoh dengan Pemilu 2019 yang akan digelar 17 April 2019. Umat tidak boleh masa bodoh, tetapi harus peduli dengan cara memilih pada hari H. Jangan golput adalah juga implementasi dari tema utama ini. Karena menyangkut tanggungjawab sebagai bagian dari sebuah persekutuan.

Kekuatan sebuah negara terletak pada kekuatan persekutuan yang hidup dan terus berkembang didalam dan ditengah-tengah umat dan jemaatnya. Kalau persekutuan lemah maka negara bisa hancur berantarakan. Persekutuan yang kuat akan membangun dan mengembangkan sikap saling menopang dalam segala hal. Toleransi yang semakin kokoh. Sehingga musuh apapun dapat dihadapi dengan mudah.

Inilah yang harus dimaknai bahwa semangat minggu Palmarum sesungguhnya menjadi moment-moment penting bagi umat mengawal masa tenang menuju Pemilu pada hari rabu. Hari rabu 17 april akan menjadi moment sangat penting bagi Indonesia sebebagai penentu arah perubahan lima tahun kedepan, bahkan 10 tahun yang akan datang.

Memang masa depan, bahkan hari esok sekalipun, merupakan misteri kehidupan yang tidak ada satu orangpun tahu kecuali Tuhan sendiri pemilik kehidupan. Dan oleh karennya, manusia diajarkan agar tidak merasa sok tahu masa depan yang belum terjadi itu. Yang bisa dilakukan oleh manusia adalah menyerahkannya kepada Tuhan sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun