"Kita sudah sepakat untuk menyediakan dana abadi riset disamping dana abadi pendidikan kebudayaan. Dengan berbagai upaya itu kami yakin riset kita di masa yang akan datang akan berhasil memajukan negara kita dan menuju 5 year challange,". "Mengefisienkan lembaga, menyatukan lembaga yang menangani riset karena itu penanganan lebih efektif,"Â kata Ma'aruf Amin.
Demikian juga dengan Link-Match yang diangkat oleh Sandiaga Uno, bukan istilah baru, sebab sudah lama issue ini diangkat dalam dunia pendidikan di Indonesia. Link and match itu merupakan kebijakan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia yang dikembangkan untuk meningkatkan relevansi Sekolah Menengah Kejuruan  atau SMK dengan kebutuhan dunia kerja, dunia usaha serta dunia industri khususnya.
Kebijakan ini diluncurkan pada era tahun 1990-an yang dipopulerkan oleh Prof. Wardiman Joyonegoro sebagai Menteri Pendidikan saat itu. Hampir semua dinamika pendidikan sejak saat itu selalu diwarani oleh Link and Match.
Tanpa disadari bahwa Link and Mtach lebih fokus dan menyasar pada penyelenggaraan pendidikan kejuruan di Indonesia, bahkan melalui  peluncuran Inpres no 9 tahun 2016 tentang revitalisasi SMK, Link and match menjadi  item penting yang harus menjadi perhatian  penuh oleh kalangan pengelola sekolah-sekolah kejuruan di Indonesia.
Dan selama lebih satu decade terakhir istilah yang muncul kembali adalah Pendidikan Vokasional, yang sesungguhnya jiwanya sama dengan Link and Match itu. Sebab bicara tentang Vokasional berarti selalu terkait dengan pendidikan kejuruan, pendidikan yang berorientasi pada coach, training pada spesifikasi kompetensi dasar yang sangat dibutuhkan oleh dunia industri dan dunia usaha.
Lalu, pendidikan Vokasional menyatu dengan BLK atau Balai-balai Latihan Kerja. Pelatihan kerja dimaksudkan sebagai keseluruhan kegiatan untuk memberi, memperoleh, meningkatkan, serta mengembangkan kompetensi kerja, produktivitas, disiplin, sikap, dan etos kerja pada tingkat keterampilan dan keahlian tertentu sesuai dengan jenjang dan kualifikasi jabatan atau pekerjaan.
Pada pemahaman operasional sepeti itulah, diyakini bahwa Vokasional itu akan membentuk kemampuan anak-anak atau tenaga kerja dalam melakukan eksplorasi masalah pendidikan dan pekerjaan, penilaian terhadap kemampuan diri yang dikaitkan dengan masalah pekerjaan, perencanaan masalah pekerjaan, pengambilan keputusan dalam pemilihan pekerjaan.
Untuk itu, pendidikan Vokasional menjadi sangat spesifik, spesialisasi yang dibutuhkan oleh setiap item dunia usaha, dunia industri. Yang dihasilkan bukan oran-orang generalis tetapi orang-orang spesifik. Dengan demikian, setiap orang akan menjadi profesional dalam bidang pekerjaan yang ditekuninya.
Kemudian muncul apa yangn disebut dengan CORPU, singakatan dari Corporate Univeristy. Di Indonesia diakui fenomena Corpu ini mulai dieksplor pada awal tahun 2000an, ketika sejumlah perusahaan besar mendirikan universitas perusahaannya.
Perintis awal misalnya dilakukan oleh sejumlah BUMN seperti PT Telkom, kemudian PT PLN dengan PLN Corporate University, dan juga ada IPC Corporate University yang didirikan dan dimiliki oleh PT Pelindo. Dari waktu ke waktu semakin banyak. Tidak hanya BUMN tetapi juga perusahaan-perusahaan besar milik swasta, utamanya industri finansial perbankan.
Fenomena Corpu ini harus dilihat secara objektif. Kendati orientasinya untuk memenuhi kebutuhan pendidikan dan pelatihan internal bagi karyawannya dalam rangka memulai kerja bagi karyawan baru, dan pengembangan bagi karyawan lama, tetapi sesungguhnya ini menjadi masukan dan kritik pada penyelenggaraan Perguruan Tinggi di Indonesia.