Heboh hasil survei Litbang Kompas?
Pemberitaan hasil Suvei Pilpres 2019 oleh Litbang Kompas sejak kemarin telah membuka ruang episode baru menuju Pilpres 2019 pada 17 April 2019. Kompas menjadi pemicu "peperangan" baru di kalangan Lembaga Survei yang akan memainkan peranan penting menuju moment bersejarah di negeri ini.
Hasil survei Litbang Kompas yang dilakukan periode 22 Februari ssampai dengan 5 Maret 2019 dengan 2000 responden yang diambil secara acak diseluruh Indonesia, 34 Provinsi dengan level signifikansi 95%, margin error sekitar 2,2%, telah menggugah kontroversi diantara dua kubu capres, bahkan juga ketegangan diantara publik pemilih Indonesia.
Hasil survei ini menegangkan baik di kubu Capres-01 maupun Capres-02. Disana ditemukan selisih tingkat elektabilitas capres-cawapres Joko Widodo-Ma'ruf Amin dan Prabowo-Sandiaga sebulan sebelum hari pencoblosan, memperlihatkan angka 11,8 persen.
- Jokowi-Ma'ruf Amin 49,2%
- Prabowo-Sandiaga 37,4%
- Rahasia 13,4%
Mengapa menjadi heboh? Karena hasil survei Litbang Kompas itu memperlihatkan 11,8% yang merupakan angka selisih antara Capres Jokowi-Amin versus Prabowo-Sandi. Angka ini dinilai menjadi sangat kecil dan menjadi indikasi kemajuan atau kemunduran hasil perjuangan kampanye yang dilakukan oleh kedua kubu.
Disatu sisi menunjukkan angka yang menurun elektabilits Jokowi-Amin dan bahkan sudah menyentuh dibawah angka 50%, sesuatu yang mengkuatirkan, dan disisi lain, ada kenaikan elektabilitas pasangan Capres Prabowo-Sandi.
Bila hasil survei ini diyakini kebenarannya dalam kenyataan, maka akan mendorong kekuatiran dibuku Jokowi dan meningkatkan semangat kubu Prabowo.
Perang lembaga survei Pilpres
Tentu saja bukan hanya Litbang Kompas yang melakukan survei tetapi masih banyak lembaga survei lainnya. Dan hasilnya memang berbeda-beda seperti data-data berikut ini :
SMRC
- Waktu: 24-31 Januari 2019, responden 1.620, Margin  error  2,65%
- Hasil: Jokowi-Ma'ruf 54,9% vs Prabowo-Sandiaga 32,1%, Undecided Voters 13,0%
PolMark Indonesia
- Waktu: Oktober 2018-Februari 2019, responden 440
- Hasil: Jokowi-Ma'ruf 40,4% vs Prabowo-Sandiaga 25,8%, Undecided Voters 33,8%
Konsep Indonesia (Konsepindo Research and Consulting)
- Waktu: 17-24 Februari 2019, responden: 1.200, Margin error 2,9%
- Hasil: Jokowi-Ma'ruf 54,8% vs Prabowo-Sandiaga 34,1%, Undecided Voters 11,1%
Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA
- Waktu: 18-25 Februari 2019, responden: 1.200, Margin  error 2,90%
- Hasil: Jokowi-Ma'ruf 58,7% vs Prabowo-Sandiaga 30,9%, Undecided Voters 9,90%.
Melihat 5 hasil lembaga survei lainnya, memang hasil survei Litbang Kompas menjadi ada keseimbangan untuk melihatnya. Kendati  demikian, bahwa Capres 01 masih lebih unggul, namun tidak tertutp kemungkinan sebulan menjelang hari Pilpres 17 April 2019, akan menjadi "arena persaingan bahkan peperangan" diantara dua kubu yang berkontestasi.
Dengan demikian, maka kedua kubu Capres akan memanfaatkan hasil-hasil survei yang dilakukan oleh lembaga survei untuk mendatkan masukan, dan sekaligu sebagai kesempatan memperbaiki cara kerja dari Tim Sukses masing-masing. Di tataran ini, tentu saja hasil-hasil lembaga survei akan sangat baik dan bermanfaat.
Melihat pengalaman pada Pilpres 2014 yang lalu, ada kecenderungan yang tidak bisa dihindari terjadinya "peperangan" lembaga survei pad apilpres 2019 ini.
Harian Republika pada 22 Juli 2014 mencatat tentang perang antara lembaga survei pilpres ini :
Persaingan Pilpres 2014, tidak hanya diwarnai kompetisi antara tim sukses, tapi juga perang survei. Itu lantaran lembaga survei seolah terbelah menjadi dua. Lembaga survei, seperti Puskaptis, JSI, IRC, dan LSN mengunggulkan due Prabowo-Hatta. Sebaliknya, Charta Politika, Cyrus Network, CSIS, Polltracking, LSI, IPI, SMRC, bahkan Litbang Kompas memprediksi pasangan Jokowi-JK yang menang.
Dan pada waktu itu, 2014 kedua kubu saling mengklaim kemenangan sebagai Capres. Â Sehingga semua publik menilai tentang ketidaknetralan lembaga-lembaga survei yang ada pada waktu.
Apa yang terjadi pada Pilpres 2014 itu harus diwaspadai dan diantisipasi agar tidak terulang pada hasil Pilpres 2019 kali ini. Apalagi kalau itu akan menjadi pintu masuk muncul "kerusahan" karena menjadi dasar untuk mengklaim kemenangan masing-masing.
Sebulan menkelang Pilpres 2019 kedepan, sesungguhnya lebih dari cukup untuk membuat persiapan agar Pemilu 2019 benar-benar damai, apapun hasil yang akan dicapai.
Pengaruh hasil survei
Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa hasil dari lembaga survei ini sangat penting bagi kedua kubu capres 2019, karena akan menjadi pembentuk opini publik dan pemilih terhadap penerimaan atau elektabilitas capres ini.
Apalagi kalau yang melakukan survei itu lembaga yang memiliki independensi yang tinggi, serta reputasi yang tinggi, maka dipastikan akan menjadi acuan atau referensi publik untuk mengambil keputusan final akan memilih siapa.
Opini yang terbentuk oleh hasil Lembaga Survei tidak boleh dianggap remeh. Walaupun ada juga hasil lembaga survei "abal-abal" yang kepentingannya hanya untuk hal yang tidak kuat  saja. Dan justru lembaga yang abal-abal inilah yang harus diwaspadai karena rawan munculnya konflik ditengah-tengah publik.
Pilpres  2019 harus dilihat sebagai ujian demokrasi bagi negeri ini yang sudah terlanjur distigma sebagai negara salah satu negara demokrasi terbesar didunia. Dan karenanya menjadi rujukan bagi bagi negara di dunia ini menjadi lebih demokratif.
Memang ada harga yang harus dibayar. Termasuk kemungkinan terjadinya perang antar lembaga survei pada hajatan besar Pilpres 2019.
Demi Indonesia menag dan Indonesia Maju.
Yupiter Gulo, 21 Maret 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H