Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Ketika Perang antar Lembaga Survei Pilpres 2019 Dimulai

21 Maret 2019   21:45 Diperbarui: 22 Maret 2019   17:24 705
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Melihat pengalaman pada Pilpres 2014 yang lalu, ada kecenderungan yang tidak bisa dihindari terjadinya "peperangan" lembaga survei pad apilpres 2019 ini.

Harian Republika pada 22 Juli 2014 mencatat tentang perang antara lembaga survei pilpres ini :

Persaingan Pilpres 2014, tidak hanya diwarnai kompetisi antara tim sukses, tapi juga perang survei. Itu lantaran lembaga survei seolah terbelah menjadi dua. Lembaga survei, seperti Puskaptis, JSI, IRC, dan LSN mengunggulkan due Prabowo-Hatta. Sebaliknya, Charta Politika, Cyrus Network, CSIS, Polltracking, LSI, IPI, SMRC, bahkan Litbang Kompas memprediksi pasangan Jokowi-JK yang menang.

Dan pada waktu itu, 2014 kedua kubu saling mengklaim kemenangan sebagai Capres.  Sehingga semua publik menilai tentang ketidaknetralan lembaga-lembaga survei yang ada pada waktu.

Apa yang terjadi pada Pilpres 2014 itu harus diwaspadai dan diantisipasi agar tidak terulang pada hasil Pilpres 2019 kali ini. Apalagi kalau itu akan menjadi pintu masuk muncul "kerusahan" karena menjadi dasar untuk mengklaim kemenangan masing-masing.

Sebulan menkelang Pilpres 2019 kedepan, sesungguhnya lebih dari cukup untuk membuat persiapan agar Pemilu 2019 benar-benar damai, apapun hasil yang akan dicapai.

Pengaruh hasil survei

Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa hasil dari lembaga survei ini sangat penting bagi kedua kubu capres 2019, karena akan menjadi pembentuk opini publik dan pemilih terhadap penerimaan atau elektabilitas capres ini.

Apalagi kalau yang melakukan survei itu lembaga yang memiliki independensi yang tinggi, serta reputasi yang tinggi, maka dipastikan akan menjadi acuan atau referensi publik untuk mengambil keputusan final akan memilih siapa.

Opini yang terbentuk oleh hasil Lembaga Survei tidak boleh dianggap remeh. Walaupun ada juga hasil lembaga survei "abal-abal" yang kepentingannya hanya untuk hal yang tidak kuat  saja. Dan justru lembaga yang abal-abal inilah yang harus diwaspadai karena rawan munculnya konflik ditengah-tengah publik.

Pilpres  2019 harus dilihat sebagai ujian demokrasi bagi negeri ini yang sudah terlanjur distigma sebagai negara salah satu negara demokrasi terbesar didunia. Dan karenanya menjadi rujukan bagi bagi negara di dunia ini menjadi lebih demokratif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun