Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Rabu Abu, Memaknai Hidup yang Rapuh

7 Maret 2019   07:09 Diperbarui: 7 Maret 2019   18:50 936
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berbalik arah berarti meninggalkan semua dosa yang selama ini dilakukuan, dijaga dan dipelihara, bahkan dikembangkan terus menerus. Betobat berarti meninggalkan semua gaya hidup, pola hidup lama "keberdosaan" dan kembali kejalan hidup yang lurus dan benar di dalam pola dan gaya hidup yang "lahir" baru.

Gaya hidup "lahir" baru, artinya menjalani hidup bukan karena sendiri yang mengendalikan, tetapi menyerahkan kepada Tuhan kendali atas hidup yang akan dijalani hari demi hari. 

Tuhanlah yang berkuasa atas diri sendiri, dan Tuhan yang mengarahkan semua dinamika dan aktifitas hidup yang dijalani. Bahkan capaian dan prestasi yang dicapaipun, itu bukan untuk diri sendiri tetapi untuk kemuliaan nama Tuhan.

Mengapa harus melakukan pertobatan itu? Karena manusia butuh jaminan hidup yang pasti. Dan jaminan hidup yang pasti adanya bukan di dunia ini, bukan ditangan manusia. 

Sebab manusia akan mengecewakan Anda, akan menipu Anda, akan membohongi Anda. Tetapi Tuhan tidak menipu tidak berbohong dan tentu tidak mengecewakan. Tuhan memberikan jaminan kesematanan bagi hidup Anda.

Rangkaian ibadah masa raya paskah selama 90 hari, merupakan prosesi yang panjang untuk memahami akan jaminan yang Tuhan sudah tawarkan kepada manusia. 

Hidup yang selamat, bukan saja selama masih hidup, tetapi setelah kematianpun, keselamatana itu ada. Yakini dan imanilah itu dari hari kesehari. Maka hidupmu akan menjadi baik, damai sejahtera adanya.

Memaknai hidup yang rapuh, memahami bahwa hidup ini tidak abadi, fana adanya dan akan berakhir tanpa bekas seperti debu dan abu. Manusia berasal dari tanah dan akan kembali ke tanah jua. Praktis tidak ada artinya. Selagi masih hidup, lakukan yang terbaik untuk mewujudkan makna hidup yang sudah dijamin oleh Tuhan sendiri.

Artinya, hidup bukan untuk diri sendiri lagi tetapi hidup untuk sesame, untuk orang lain. Anda hidup bukan untuk memuaskan nafsu duniawimu, tetapi memuaskan nafsu surgawimu yaitu kemuliaan bagi Tuhan.

Itu hanya bisa diwujudkan ketika memperlakukan hidupmu dalam hubungan dengan sesamamu manusia sebagai ciptaan Ilahi. Pertobatan yang Anda lakukan, diwujudkan dalam memperlakukan relasimu dengan sesamamu manusia. Melampiaskan pertobatan untuk menolong, mensupport dan menjada sesamamu manusia.

Menolong sesamamu manusia berarti membuat dan mencipatakan keadaan yang damai diantara manusia yang hidup didalam satu bumi, satu wilayah, satu negara dan satu komunitas manusia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun