Masih ingat beberapa bulan yang lalu, dua orang tukang becak berantam hingga makan korban, hanya karena berbeda pilihan politik, berbeda pilihan calon presiden maka mereka berhadap-hadapan, mereka bertengkar, mereka berkelahi, dan selesai dengan korban jiwa. Ini kejadian yang sangat memelas, memprihatinkan dan tentu saja tidak boleh dibiarkan terus terjadi.
Pemimpin dan para pemimpin, dalam segala level dan arena masing-masing, memiliki tanggungjawab besar terhadap bagaimana mengelola krisis sosial ditengah-tengah masyarakat. Hanya mereka yang memiliki kewenangan, sebutkan para penguasa dan kekusaan yang bisa mengelola dengan cepat situasi kesalahpahaman ini.
Menjadi orang "kuat" sebenarnya tuntutan mereka yang menjabat sebagai pimpinan, baik diantara kelompok tertentu sebagai supervisor, juga guru, dosen termasuk pelatih, dan pengamat di kelompok yang lebih besar atau tanggung jawab mereka lebih tinggi sebagai manajer, dan pasti sebagai pimpinan pucuk atau direktur perlu; sekali dapat mengelola emosi agar tidak timbul salah paham yang memicu kekerasan dan menimbulkan krisis.
Artikel yang menarik dan bermanfaat ini dikirim dan minta dipublikasi oleh sahabat baik saya, Mr. Ludwig Suparno, seorang pakar dan berpengalaman panjang dibidang Crisis and Stress Managemenet Specialist. Juga penulis buku-buku, antara lain berjudul  Manajemen Stres agar Tidak Stres, dan buku berjudul Manajemen Krisis, Isu, dan Risiko
Yupiter Gulo, 21 Desember 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H