Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pahlawan Sejati Itu Bukan Sontoloyo dan Penyebar Hoaks

10 November 2018   18:03 Diperbarui: 11 November 2018   15:58 456
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://news.detik.com

I.

Bila membuka kamus besar Bahasa Indonesia akan menemukan makna dari kata pahlawan, yaitu seseorang yang menonjol karena keberanian dan pengorbanannya untuk membela kebenaran, pejuang yang gagah berani.

Untuk mempertegas yang dimaksudkan dengan arti kata Pahlawan, disebutkan bahwa ada 3 karakteristik yang disebut seorang Pahlawan itu, yaitu:

  • Berani 
  • Rela Berkorban
  • Membela Kebenaran

Ketiga ciri dasar ini tidak sulit difahami, sederhana dan to the point. Difahami bahwa seseorang yang disebut pahlawan dalam perjuangannya tidaklah fokus dan membutuhkan bayaran, penghargaan, ataupun sanjungan dari khalayak-ramai atau publik.

Passion, tekad dan mimpi yang ada dalam kepala seorang pahlawan adalah terwujud dan tegaknya yang disebut kebenaran sejati dan keadilan yang seadil-adilnya tanpa komporomi, tanpa bisa diperjualbelikan, tanpa basa-basi, tanpa nepotisme, dan tanpa bisa dpermainkan.

Seorang yang disebut pahlawan sejati akan sangat risih, jijik, muak dan mau muntah apabila sebuah kebenaran mulai terusik dan mulai dirusak dengan cara dan alasan apapun, dan dengan pertimbangan apapun, dan demi siapapun. Sebab, kebenaran itu tetaplah sebuah kebenaran yang didalamnya memiliki nilai dasar yang sangat universal dihadapan umat manusia yang diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa lagi Maha Esa.

Keadailan dan kebenaran itu, sungguh menjadi takaran moral dasar kemanusiaan sebagai cermin bagi semua perilaku menyimpang yang dilakukan oleh siapapun.

Itu sebabnya, bagi seorang pahlawan tidaklah sulit melihat penyimpangan dalam kehidupan masyarakat yang membelokkan kebenaran dan keadilan itu. Bahkan takaran moral seorang pahlawan jauh lebih tinggi dari undang-undang atau peraturan manapun. Karena undang-undang dan peraturan bisa saja membelokkan kebenaran dan keadilan ditengah-tengah masyarakat.

Jiwa seorang pahlawan sejati tidak bisa ditipu, dan juga tidak mampu menipu orang lain, apalagi mempercundangi orang lain, yang lemah, tersisih, termarginal, dan miskin secara apapun. Karena bagi seorang pahlawan kemanusiawan seorang manusia itu jauh lebih tinggi dari apapun juga yang ada dibawah kolong langit ini.

Kejahatan dan kelaliman menjadi musuh utama bagi jiwa seorang pahlawan sejati. Jiwa dan raganya akan berteriak dan menghardik siapapun yang melakukan kejahatan bagi sesama manusia lainnya. Apalagi kalau dilakukan penindasan terhadap jiwa-jiwa manusia lain yang lemah tanpa daya karena tertindas oleh sistem dan kekuasaan yang ada.

Ya, seorang pahlawan sejati itu tidak akan pernah akan membiarkan terjadinya kejahatan, kedengkian, kekejaman, dan ketidakadilan bercokol di dunia ini karena alasan untuk kepentingan diri sendiri, kepentingan kelompoknya, kepentingan rezimnya, kepentingan melawan azas dan hakekat kemanusiaan publik.

Bagi seorang pahlawan sejati, tidak pernah takut untuk menghadang semua niat apalagi kelakukan jahat kepada sesama. Pahlawan memiliki sumber energi tiada batas untuk dengan sekuat tenaga tanpa kenal takut berjuang agar kebenaran tetap tegak berdiri walaupun harus berkorban harta, tenaga, waktu, dan bahkan nyawanya sendiripun siap didedikasikan bagi kebenaran dan keadilan itu.

II

Tidaklah sulit memahami 3 ciri utama seorang pahlawan sejati itu yaitu berani, rela berkorban, dan membela kebenaran.

Pada saat Negeri ini harus diperebutkan dari tangan si jahat, penjajah sadis tiada berperikemanusiaan, si pahlawan hanya fokus pada membebaskan itu tanpa memikirkan dirinya sendiri dan keluarganya. Karena perjuangan merekapun bisa saja mengambil nyawa mereka seketika. Itulah keberanian yang mereka lakukan untuk sebuah kemerdekaan.

Sekian puluh tahun, bahkan ratusan tahun dijajah tanpa perikemanusiaan, apalagi nilai kebenaran yang hanya berpihak pada penjajah, maka kebenaran dan keadilan itu menjadi barang yang sangat langka dan mahal bagi si pahlawan.

Mereka sudah sangat terluka secara total karena sungguh-sungguh kebenaran dan keadilan itu tidak pernah menjadi bagian dalam kehidupan si pahlawan karena penjajahan yang sangat tak manusiawi.

III

Kini, setelah negeri ini merdeka dari penjajahan setelah 73 tahun, memang penjajah tidak ada lagi ada secara fisik seperti dulu, pertumpahan darah karena memperebutkan kekuasaan tidak lagi ada. Yang ada adalah abad 21 yang didominasi oleh kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, dengan era disrupsi dan indutri 4.0 dan para generasi milenial.

Negeri ini sedang menghadapi dunia yang menglobal yang memaksa berinteraksi dengan semua orang dari bernbagai bangsa dari berbagai negara. Dinamika interaksi yang terjadi adalah saling mendominasi untuk mengeksploitasi sumber daya yang dimiliki oleh setiap negara untuk menjadi yang terbesar dan terkuat secara ekonomi dan ilmu pengetahuan.

Musuh negara sekarang telah berubah wujud dan bukan lagi negara lain yang menjajah secara fisik dengan senjata lengkap, bom dan meriam yang siap diledakkan.

Tapi bentuk musuh sekarang adalah perlombaan penguasaan sumber daya atau resources. Siapa yang menguasai sumber daya maka dia akan mengendalikan dan "menjajah" orang, kelompok dan negara lain.

Musuhnya menjadi tidak nampak, tanpa wujud dan senjata yang digunakanpun tiada bentuk. Semua ada dan keluar dari pikiran dan mewujdkan perkataan, ujaran, omongan, dengan memanfaatkan kecanggihan tekonologi informasi dan komunikasi.

Jadilah musuh itu berbentuk hoaks, ujaran kebencian, penyebaran fitnah, memviralkan berita bohong. Tujuannya adalah "menghancurkan persatuan dan kesatuan" sehingga bisa mengendalikan apa yang menjadi kebutuhan dan sumber daya yang ada.

IV

Negeri ini masih membutuhkan pahlawan yang selalu siap sedia berperang melawan musuh pada abad 21, agar menjadi negara yang solid dan kuat untuk mengendalikan semua sumber daya yang dimiliki, dan bukan dikuasai dan dikendalikan oleh negara lain.

Sang pahlawan sejati masih dibutuhkan oleh Indonesia, bahkan jumlahnya harus lebih banyak lagi. Tetapi pahlawan yang dibutuhkan adalah bukan pahlawan "sontoloyo", meminjan istilah yang sedang trendi belakangan ini tentang tokoh-tokoh yang sukanya bukan membela kebenaran dan keadilan. Dalam kamus disebutkan arti katasontoloyoyakni konyol, tidak beres, bodoh.

Harus diakui bahwa banyak orang mengaku pahlawan tetapi tak paham tentang makna dan arti pahlawan itu sendiri, yaitu berani, membela kebenaran dan keadilan.

Mungkin saja saat ini banyak orang memiliki keberanian untuk melakukan sesuatu bagi banyak orang, tetapi bukan kebenaran sejati yang dibela, apalagi bukan keadilan yang hakiki yang diperjuangkan.

Perjuangan yang dilakukan hanya untuk kepenitngan pribadi, kepentinagn golongan dan kelompoknya saja. Dan tidak segan segan untuk menghancurkan orang lain demi kepentingan pribadi.

Menariknya, orang lain ikut mendukung si "pahlawan" ini, tetapi karena pengikut juga memiliki kepentingan pribadi sendiri dan kelompoknya. Jadi kepentinganlah yang menyatukan mereka. Dan kalau kepentingannya sudah tidak nyatu maka bubarlah mereka.

Kejadian seperti inilah yang banyak disaksikan kini ditengah-tengah masyarakat. Tak jarang muncul ketegangan, konflik bahkan adu fisik dan saling menghacurkan. Padahal semuanya mengaku satu bangsa, satu bahasa dan satu nusa yaitu negeri Indonesia.

Disana tidak ada peran pahlawan sejati lagi karena si pahlawan sibuk untuk menikmati kepentingan pribadi, kepentingan keluarga dan kelompoknya. Yang lain yang sedang susah dan tertindas dan teraniaya tidak dipedulikan, dan berkata "emangnya gue pikirin".

Menjadi berita rutin di sosial media bagaimana mereka yang menyebut diri pahlawan rajin menyebarkan hoaks, kabar bohong, ketidakbenaran dan pemecah belah komunitas negeri ini.

Lagi-lagi, tujuannya sederhana yaitu mau menjadi penguasa, memiliki ototritas mengendalikan orang lain dan dengan begitu bisa menikmati kehidupan yang lebih baik, enak, nikmat dan penuh kemewahan.

Pemimpin dan pahlawan sontololyo dan penyebar hoak bukan kebutuhan bagi negeri ini kalau mau menjadi salah negara terkuat di muka bumi ini. Yang dibutuhkan adalah pahlawan sejati yang memiliki keberanian untuk membela kebenaran dan menegakkan keadilan sejati di bumi nusantara Indonesia ini !

Selamat Hari Pahlawan 10 November 2018 buat Indonesia yang lebih baik !

Yupiter Gulo, Sabtu 10 Nov 2018

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun