Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Money

Indonesia dalam MEA, Sudah Sesuai Jalur?

19 April 2018   08:14 Diperbarui: 19 April 2018   17:34 1480
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pertanyaan dan jawaban diatas sungguh sangat realitis karena memang demikianlah kondisi empiris Indonesia saat ini. Paling tidak, pada saat MEA dimulai, Indonesia masih berada diposisi nomor 3 atau nomor empat dari sisi kinerja ekonomi, walaupun nomor satu dari sisi sumberdaya potensial maupun banyaknya penduduk. Mari kita amati data-data berikut ini.

Dari sisi laju pengembangan ekspor dan impor, untuk saat ini Indonesia masih tertinggal, bahkan baru urutan ke 4 dari sisi kinerja ekport setelah Singapura, Malaysia dan Thailand. Sementara menjadi urutan ke 3 setelah Singapura dan Malaysia dari sisi import. Indonesia tergolong tinggi laju inflsinya dibandingkan dengan negara lain dalam kawasan, sehingga berdampak pada stabilitas ekonimi makro dan menjadi kendala dalam peningkatan daya saing, tingkat kemakmuran masyarakat rendah, pemerataan yang semakin berat dan pendapatan perkapita yang berat. 

Tingkat perkembangan ekonomi akan mengelompok pada level Negara Maju, Negara Dinamis, Negara berpendapatan menengah, dan negara belum maju. Indonesia ada di level 3. Bahwa berdasarkan Indeks Daya Saing Global 2010, tingkat daya saing Indonesia hanya berada pada posisi 75 atau jauh tertinggal isbanding Vietnam (posisi 53) yang baru merdeka dan baru bergabung ke dalam ASEAN.

Data-data empiris diatas mau mengatakan bahwa kondisi ekonomi Indonesia tidaklah mudah untuk segera berbalik menjadi luar biasa hebat dalam kawasan MEA ini. Sehingga tugas yang harus dilakukan tidak mudah, strategi yang dipilih harus sungguh sungguh membawa terobosan langsung dalam kehidupan ekonomi dan bisnis Indonesia dalam jangka waktu singkat. Untuk itu, beberapa hal perlu dipikirkan untuk dilakukan untuk bisa unggul dalam MEA, antara lain :

Reformasi Kelembagaan dan Pemerintahan : a chnge-adept organization

Dengan memahami bahwa organisasi atau lembaga baik publik maupun bisnis sebagai instrument yang efektif digunakan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Organisasi sebagai sebuah wadah atau tempat berlangsungnya semua proses produksi untuk menghasilkan barang dan jasa, akan sangat menentukan hasil-hasil yang dicapai dan pada akhirnya tujuan yang mau diwujudkan. Untuk itu, organisasi sebagai alat bagi setiap pegawai atau karyawan beraktfitas, harus mampu memfasilitas berkembang dan tumbuh lahirnya berbagai inovasi yang dilakukan oleh karyawan. 

Agar karyawan bisa menjadi intrapreneuer yang diharapkan memberikan dan membawa perubahan. Organisasi harus merubah paradigma pengelolaannya yang bukan sekedar hirarkhi saja atau alokasi sumberdaya maupun proses perencanaan dan pengawasn saja tetapi organisasi menjadi alat membawa perubahan itu sendiri.

Perubahan paradigma organisasi ini sungguh tidak mudah tetapi inilah salah satu terobosan dasar yang utama bagi Indonesia agar bisa menjadi unggul dalam kawasan MEA. Perubahan paradigma ini akan memberikan dampak besar bagi keseluruh pola manajemen dan pola kerja semua karyawan dalam organisasi.

  • Kualitas SDM : fokus pada concept-competence-connections

Terobosan kedua yang harus dilakukan oleh Indonesia adalah dibidang SDM, sumber daya manusia. Secara kuantitas Indonesia memiliki kunggulan karena sekitar 40% penduduk Asean ada di Indonesia. Tetapi, ini tidak otomatis menguntungkan Indonesia dilihat dari kualitasnya. Kualiatas SDM Indonesia masih tidak terlalu menggembirakan. Hal ini penting karena salah satu area MEA adalah pasar bebas tenaga kerja terdidik, atau tenaga kerja profesional.

 Riset terbaru dari Organisasi Perburuhan Dunia atau ILO menyebutkan pembukaan pasar tenaga kerja mendatangkan manfaat yang besar. Selain dapat menciptakan jutaan lapangan kerja baru, skema ini juga dapat meningkatkan kesejahteraan 600 juta orang yang hidup di Asia Tenggara. Pada 2015 mendatang, ILO merinci bahwa permintaan tenaga kerja profesional akan naik 41% atau sekitar 14 juta. Sementara permintaan akan tenaga kerja kelas menengah akan naik 22% atau 38 juta, sementara tenaga kerja level rendah meningkat 24% atau 12 juta.

Kualitas SDM yang tinggi akan menjadi salah satu syarat untuk menjadi unggul dalam kawasan MEA. Dalam perspektif future management dengan pendepatan change-adept organization, maka ada tiga komponen kunci yang harus dimiliki oleh setiap SDM yaitu, concepts -- compotence -- connections. Dalam era MEA hanya SDM yang mampu memiliki tiga komponen itu akan menjadi tangible assets yang sangat beharga dan menentukan dalam suatu negara untuk menjadi unggul secara ekonomi dan bisnis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun