Dalam sebuah pertanyaan, bagaimana peran Indonesia dalam menghadapi perubahan status dalam panggung energi global?Â
Dalam historisnya KTT tersebut mempunyai peran penting dalam membentuk tatanan energi global yang lebih multipolar dan multilateral.
Berfokus pada demokratisasi sistem energi internasional, BRICS secara ekspansif membawa dampak signifikan pada dua sektor utama.Â
Pertama, BRICS menjadi epicentrum transisi energi global. Dengan hadirnya Argentina, Tiongkok, dan Brasil sebagai produsen litium terbesar, blok tersebut dinilai siap memimpin revolusi kendaraan listrik dan energi baru terbarukan.Â
Kedua, BRICS siap mendominasi OPEC dalam pasar minyak dan gas dikancah global.
Produsen minyak raksasa seperti Arab Saudi, Iran, dan UEA bergabung dan memiliki sumbangsih besar bagi kekuatan BRICS untuk mengendalikan kuota dan harga serta membentuk sebuah kebijakan energi yang lebih independen terhadap AS.
Secara implisit hal tersebut memastikan hegemoni Barat bisa tersaingi dan memanaskan kontestasi geopolitik energi.Â
Pada subsektor Energi Terbarukan yang tengah berkembang di Indonesia, yang mempunyai target untuk menghasilkan 23% listrik negara dari energi terbarukan pada tahun 2025, dapat menerima manfaat dari kemitraan BRICS.
Hari ini sektor energi global sedang dibentuk kembali, serta sebagian besar oleh BRICS. Seperti disebutkan sebelumnya, Tiongkok kini menjadi konsumen energi terbesar di dunia dan India akan menjadi konsumen utamanya pendorong konsumsi energi Asia yang dimulai tahun 2020.Â
Disaat bersamaan, Brasil akan menjadi eksportir utama minyak dan diharapkan menjadi produsen terbesar keenam di dunia pada tahun 2017 - 2035.
Seperti yang kita telah nantikan adalah pergeseran seismik dalam lanskap energi. Wilayah-wilayah tersebut sudah tidak lagi didominasi oleh sekelompok kecil negara-negara Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD) di seluruh dunia.