Mohon tunggu...
SatyaMeva Jaya
SatyaMeva Jaya Mohon Tunggu... Freelancer - Menulis, Berbagi, dan Lepas

I Never mess with my dreams "m a Sapiosexual"

Selanjutnya

Tutup

Politik

Simak Bahaya Laten Siasat Politik Berkedok Agama - FPI (1)

29 Maret 2022   18:23 Diperbarui: 25 April 2022   05:09 891
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika agama dijadikan ajang politik, maka semua kejahatannya akan terlihat mulia, ini yang dimanfaakan ormas-ormas radikal. Misalnya, dengan cap "Imam Besar", semua orang akan tersihir, kemudian orang akan membenarkan seluruh tindakannya. Alhasil, seluruh kejahatan dengan sendirinya akan berusaha di eliminer dengan mulia atau terhormat, inilah imbas dari politik identitas. 

Seperti  kejamnya kelompok Al Shabaab dan Boko haram  yang masih mengadopsi politik identitas, dengan perjuangan Islam harus berkuasa, islam adalah gerakan politik yang harus diwujudkan dan pergerakan dijalan Tuhan menjadikan orang yang buta, akan tersihir. 

Walau Al Shabaab membantai suku-suku Swahili, sekte Zahiri dan kelompok di Afrika  lainnya dihabiskan oleh mereka, pengagumnya tetap ada. Jika di Indonesia tidak segera ditindak dengan cermat dan mendevaluasi bahkan mendegradasi berdasarkan fakta hukum yang ada, maka taruhannya konflik komunal sehingga kita menjadi bangsa yang hancur.

Akibat Politik berbalut Agama, menghadirkan konflik berkepanjangan. Jikalau, konfliknya pun selesai, maka resikonya adalah terbelah, Sudan contohnya terbelah menjadi Sudan utara (pemeluk Islam) dan Sudan Selatan (Pemeluk Kristen), awalnya dipicu dari konflik identitas dari Hasan Al Turabi yang menggunakan politisasi agama hingga akhirnya mereka terlibat dalam perang sipil terpanjang selama 24 tahun. 

Kemudian India, yang terpecah menjadi Pakistan karena perbedaan agama antara Hindu dan Islam, lalu Pakistan terbelah lagi menjadi Bangladesh akibat perbedaan warna kulit, kemudian Afrika dengan Negara hamparan tanpa laut saja, berbeda dengan Indonesia Negara dengan banyak pulau dan dikelilingi lautan saja konfliknya tidak selesai-selesai, karena politisisasi agama dengan leluasa bemain disana, dan terakhir semisal Libya yang sekarang Dual Government Shift hanya Karena perpecahan konflik agama.

Kalau Indonesia tidak bisa mengendalikan dan kalah melawan politik identias, akan memicu perpecahan dan konflik berkepanjangan, konsekuensi logis yang harus kita tahu dari kepicikan tersebut taruhannya tidak lain adalah keutuhan bangsa, sehingga harus benar-benar dihindari mereka yang teridentifikasi mempunyai paham radikal dan intoleran, jika mereka berkuasa maka akan meredominasi sistem Indonesia dan berhasil lah mereka menguasai Indonesia dengan segala aturan intolerannya. Taliban misalnya, yang sekarang mendiskriminasi perempuan, dan kita lihat saja kedepannya.

Next, di artikel selanjutnya! ...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun