Mohon tunggu...
SatyaMeva Jaya
SatyaMeva Jaya Mohon Tunggu... Freelancer - Menulis, Berbagi, dan Lepas

I Never mess with my dreams "m a Sapiosexual"

Selanjutnya

Tutup

Politik

Simak Bahaya Laten Siasat Politik Berkedok Agama - FPI (1)

29 Maret 2022   18:23 Diperbarui: 25 April 2022   05:09 891
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pragmatisme Politik secara konsepnya, mereka akan melihat wadahnya, untuk user pakai atau mass deployment yang pada kebutuhan-kebutuhan politik hal ini adalah lazim. 

Pertanyaan muncul, apa perbedaan antara FPI lama dengan FPI Reborn?, relevansi muncul ketika mengingat bagaimana Pilkada DKI 2017 kemarin ,FPI sebagai ormas berhasil menguntungkan Gubernur Anies Baswedan dalam mencapai kursi DKI satu, walau gagal untuk Menhan Prabowo untuk RI satu, spekulasi muncul , apakah FPI Reborn ini pesanan-pesanan politik dari beberapa actor politik tertentu? 

Kekhawatiran dengan FPI Reborn bukanlah menjadi persoalan atau fokus utama, melainkan kelompok-kelompok jaringan teroris yang selama ini Clandestine atau Underground harus menjadi perhatian, nampaknya mereka sedang membangun kekuatan dengan siasat untuk masuk dalam sektor-sektor politik. 

Seperti Jamaah Islamiah (JI), bahkan telah mendirikan partai politik yang dibentuk oleh Farid Okbah yaitu Partai Dakwah Rakyat Indonesia (PDRI) berslogan "Dari masjid, Kita bangkit!", sedikit tetang Farid Okbah, dia pernah ditangkap Densus 88 dan sebagai afiliator JI dengan Al-Qaeda. 

Jika kita memaksa jauh membayangkan pada pilpres 2024, perlu diingat bahwa ada peringatan satu abad runtuhnya kekaisaran ottoman pada 1924 silam. 

Relevansinya, momentum tersebut akan menginfluence mereka untuk membangkitkan militansi, politik identitas tersebut akan bertemu menjadi satu bagai Melting Pot ditahun 2024, bukan hal yang perlu ditakuti, tetapi kita harus meningkatkan kewaspadaan dan hindari betul politik-politik identitas dengan berbagai macam siasatnya dan Negara harus hadir, jangan sampai kita diam, kemudian mereka membesar dan kita kewalahan memberangusnya. 

Jangan sampai seperti fenomena Taliban, mereka di Afghanistan meremehkan kelompok-kelompok tersebut yang ada di perbukitan dan gunung-gunung, ketika secara diam mereka berhasil mendominasi populasi, secara gampang mereka merebut Kabhul.

Ancaman ini secara komparatif bisa kita lihat pada banyak Negara seperti di Somalia dimana politik identias bergulir begitu cepat, terkenal dengan nama Muhammad Buhari yaitu cikal bakal Al Ittihad al-Islamiya yang dianggap sebagai organisasi teroris, lainnya juga di Libya, Suriah, Mali dan Afghanistan. 

Fenomena Amerika dengan mudahnya keluar dari Afghanistan karena  ingin menguasai Asia Pasifik dengan menguatnya China, kausalitas ini menjadikan geo politik global menjadikan salah satu pertimbangan utama bangsa ini sejak dini. 

Ditengah pertarungan Amerika dan China, Indonesia kemudian menjadi pertaruhan politik identitas, akhirnya kian menguat atas sentiment-sentimen global yang terjadi. 

Perlu diingat bahwa Indonesia berada dikawasan non CommonWealth, dan kita dikelilingi Negara persemakmuran. Hal ini menjadi bahaya jika tidak di terdeteksi karena setiap politik identitas menghadirkan adu domba rakyatnya sendiri, akhirnya muncul lah pengkhianat-pengkhianat bangsa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun