Pencatatan keuangan yang rapi tentu saja membuat pemilik usaha bisa menentukan arah bisnis ke depannya. Pengambilan keputusan juga menjadi lebih terukur.
Boro-boro mau mempunyai data laporan keuangan seperti neraca dan laba rugi, laporan omset bulanan kami saja ala kadarnya.Â
Ada sih buku keuangan laporan omset harian dan laporan pengeluaran, ya tapi itu semuda ditulis dibuku laporan keuangan yang lebih mirip buku catatan harian, ketimbang catatan keuangan toko, hehe.
Sekelas perusahaan skala besar saja yang telah memiliki sistem pencatatan keuangan yang rapi tetap memiliki schedule audit keuangan secara berkala. Apalagi kita yang baru memulai bisnis, langsung auto pilot, tanpa pencatatan keuangan yang rapi rasa-rasanya seperti bunuh diri sendiri.
3. Sistem Inventori Berdasrkan Insting Pribadi
Selain tidak memiliki laporan keuangan bulanan, usaha kami juga tidak memiliki data pencatatan stok bahan baku yang memadai.Â
Lho kan usaha laundry memangnya ada stok bahan baku?Â
Iya dong, barang-barang seperti deterjen, pewangi, alkali (sejenis bahan kimia penghilang noda) hingga perlengkapan packing seharusnya dicatat secara jelas dalam buku catatan stok bahan baku.
Apa indikasinya harus beli lagi? Ya tentu saja sesuai insting sendiri. jika dirasa sudah tidak cukup lagi, langsung beli sejumlah tertentu. Semuanya tanpa perhitungan. Begitu pun dengan bahan baku lain seperti deterjen dan pewangi.
Jika karyawan mengatakan harus beli ini itu, maka kami pun langsung memenuhi. Ini auto pilot yang menyesatkan, hehe. Jangan ditiru ya, ini kesalahan fatal kami dulu.
4. Tidak adanya Spare Dana Cadangan