Premier League memang selalu menyajikan drama tak terduga dari keduapuluh pesertanya. Seperti di akhir bulan ini, dalam lanjutan laga ke-10, ada berbagai drama yang hadir menghiasi liga yang katanya paling kompetitif ini. Kata fans-nya sendiri maksud saya.
Oke, kawan-kawan. Bacotan di penghujung November ini akan dimulai dengan laga antara Southampton vs MU. Mutlak, MU harus yang pertama dibahas pokoknya, hasil cuannya banyak. Nah, tepat menjelang tengah malam waktu Indonesia, klub kebanggaan rakyat Manchester sedang keteteran menghadapi Southampton di kandangnya.Â
Tumben yekan, biasanya MU tuh kalo maen di liga pas tandang auto gacor. Ini entah lagi mabok sangobion jadi agak oleng dikit, macem pelatihnya. Canda, Mang Ole.
Menit-menit awal udah pede duluan tuh segerombolan anak Setan Merah, berlarian nyerang kesana kemari dan tertawa. Bisa umpan satu -dua yang lumayan yahud dari Dony van de Beek sama Alex Teller, eh Alex Telles maksudnya. Diumpankan itu bola nrobos ke Greenwood, sayangnya si bocil ini pekoknya lagi kumat, gawang kosong tinggal jeblosin aja pake acara gagal segala.
Endingnya ya malah MU yang kebobolan juga lewat sundulan Jan Bednarek, dilanjutkan gol kedua dengan skema free-kick James Ward-Prowse. Geleng-geleng kepala dong, itu MU punya pemain tinggi-tinggi macem sutet kecamatan masa nggak bisa ngehalau bolanya sih.
Keluar semua deh itu sumpah serapah dari fans MU, saya yakin. Seyakin perasaan saya yang masih mengharapkan One Direction bakal reuni. Haters United? Oh jelas, pesta pora lah mereka ini. Siapa sih yang tidak bahagia liat MU lagi tepongkeng?
Tapi, ada keyakinan lain juga di hati saya kala menonton laga itu. Entah kebaikan apa yang sedang merasuki tubuh saya, pokoknya saat itu saya yakin aja MU bisa membalikan keadaan.
Ternyata bener dong, dimulai dari serangan di sisi kanan oleh Cavani, lalu mengumpan ke Bruno Fernandes yang lagi nongkrong di kotak penalti sambil nunggu gosok voucher, eh lah bukan penalti yang dia dapat, malah bola dari Cavani. Ya sudah tak apa, lumayan kan peluang itu.Â
Dilesatkannya itu bola ke gawang McCarthy, yang kebetulan pemain belakang mereka sedang khilaf, tidak menyadari hadirnya playmaker asal Portugal itu di kotak penalti. Gol! Yes, mantap. Kambek kita ini, pasti.
Bolak-balik nyerang tapi nggak jebol juga, akhirnya pecah telor tuh si Cavani di menit ke-74. Kerjasama juga dengan Bruno yang tendangannya ngebentur pemain Southampton kemudian dia sundul. Gol lagi! Wuihhh paten, kambek ini kambek. Makin semangat itu fans MU, yekan.
Semangat itu juga secara ajaib menular dalam raga pemain Setan Merah. Mereka terus menyerang sampai injury time. Pokoknya wejangan Sir Alex dari dulu selalu dipegang teguh, menyerang sampai laga penghabisan. Berawal dari Rashford yang mengirimkan umpan silang, kemudian disundul lagi oleh Cavani. Gol ketiga kalinya!Â
Bener kan, kambek kita woy kambek. Mulai songong deh tuh mereka melihat haters terdiam seolah tidak menyaksikan apa-apa. Kemenangan manis di St. Mary's Stadium memberikan tambahan tiga poin untuk pulang ke Old Trafford dengan riang gembira. Walaupun masih dihantui cedera kiper andalan, David De Gea. Get well soon, Dave.
Kemenangan MU juga membuka jalan Dean Henderson untuk debut di Premier League dengan seragam kiper Manchester United. Menyisakan kenangan indah dengan penyelamatan dua kali peluang emas Theo Walcott. Edinson Cavani?
Semoga konsisten saja orang ini lah, naluri strikernya memang masih ada, sangat perlu untuk ditiru oleh penyerang-penyerang tengil macam si Rashford, Greenwood, dan Martial. Supaya tidak terlalu sering membuang peluang ketika bermain.
Meriam London? Wkwk. Dahlah ini terserah kalian aja apa yang mau dibully. Rupanya dalam lanjutan pekan Premier League di Emirates Stadium Arsenal sedang menyamar, bukan lagi Meriam London, melainkan cosplay menjadi pistol air anak-anak di pasar malem. Lawak kali anak asuh Mikel Arteta ini.
Gol pembuka dicetak oleh pemain Wolves, Pedro Neto. Dia memanfaatkan bola yang membentur tiang gawang karena Leander Dendoncker. Gol! Unggul satu kosong untuk anak-anak Portugal yang sedang mencari nafkah di Inggris ini.
Arsenal tidak tinggal diam slur, mereka membalas gol lewat tandukan Gabriel dari umpan silang Wilian tiga menit berselang.
Namun, DNA lawak memang sudah mendarah daging, merasuk ke relung jiwa dan sulit untuk dihilangkan. Belum usai babak pertama, Daniel Podence berhasil membawa Wolves kembali unggul sampai peluit panjang dibunyikan.
Berakhir sudah laga ini dengan tim tamu sebagai pemenang. Salut sekali saya dengan Arsenal, mau mengikuti MU menjadi tuan rumah yang ramah pengunjung, dikasih poin gratis dong itu tamunya, kurang baik apa coba.
Dengan kekalahan di pekan ke-10 ini membawa Arsenal harus menikmati singgasana mereka di klasemen 14 dengan perolehan 13 poin. Iya, klasemen 14, macam nomer punggung Lord Lingard. Makanya para haters yang awal musim lalu ketar-ketir melihat mantan Mbah Arsene Wenger ini dingin di pucuk, santai saja. Akan tiba saatnya mendekati akhir paruh pertama mereka pasti kembali ke jalurnya. Ya Gooners Ya.
Derby London
Laga macam apa ini? Big match kok nggak ada gol, sekalinya gol malah dianulir seperti si mantan Abang Ganteng Alvaro Morata yang dulu cetak hat-trick, tapi offside. Iya, Timo Werner udah ciamik pake ngegolin dengan gaya melengkung sayangnya tidak sah.
Sebenarnya Si Biru ini sudah mulai melancarkan serangan sejak babak pertama bergulir, sesekali kedua tim juga balas membalas serangannya. Namun di penghujung babak pertama sampai babak kedua berakhir, frustasi juga dong Chelsea yang dominan menyerang tapi sulit mencetak gol.Â
Mulai dari serangan oleh sayap-sayap macam Ziyech sama Werner, crossing-crossing berharap ada satu aja yang jadi assist, akhirnya cuma bikin cape hati yang main sekaligus yang nonton. Tidak ada yang berbuah gol.
Iyalah nggak bakal bisa jebol, kalian kan menghadapi klub yang dilatih oleh Kang Parkir Bus alumni Stamford Bridge sendiri. Pastilah dia bukan kaleng-kaleng kalau urusan bertahan.
Si Merah dari tanah Merseyside ini sudah berlaga sehari sebelum teman-temannya diatas. Mereka berhadapan dengan Brighton yang berujung menyiksa perasaan jika kembali dibahas.Â
Bagaiman tidak, sudah bermain dengan cukup bagus sampai mencetak beberapa gol, dimana golnya ada dua dianulir dan cuma satu gol yang sah secara hukum. Yaitu gol dari Diogo Jota di babak kedua yang sukses menerima umpan dari Mohamed Salah.Â
Sudah bahagia tuh karena malam minggu bisa begadang nonton Liverpool menang, eh akhirnya mimpi buruk itu datang dari lesatan penalti kakinya si Pascal Gross. Terinspirasi dari Bruno Fernandes yang kerap menggagalkan kemenangan lewat penalti, Gross juga berhasil membuat Liverpool gagal meraih poin penuh sehingga harus terdepak dari puncak klasemen oleh Tottenham, karena jumlah poin mereka yang sama namun kalah di selisih gol. Sabar ya Kop, You'll Never Walk Alone. Haha.
Memasuki akhir tahun, atau di Liga Inggris juga sama-sama ada di penghujung paruh pertama perjalanan liganya, memang akan selalu banyak kejutan. Mulai dari tim medioker yang tiba-tiba superior, sampai tim besar yang mulai kehabisan bensin karena terkuras oleh padatnya kompetisi. Inilah yang membuat Premier League sulit untuk tidak dicintai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H