Suasana jalan Veteran berubah ramai. Para karyawan dari berbagai perkantoran berhamburan keluar.
Ojol yang saya pesan sudah sampai dan menjadi salah satu korban serpihan bom di jemarinya. Bersyukur tidak parah dan masih bisa membawa penumpang.
Dari abang ojol, saya tahu kalau suara bom tersebut berasal dari Mapolres Surabaya yang berjarak sekitar 100 meter dari tempat saya berdiri.
Tidak sampai setengah jam TKP sudah dipasang police line. Awak media sudah banyak yang berada di sekitar lokasi.
Masuk dan keluar jalan Veretan pun di tutup.
Kelas Bakso Malang tetap berjalan selama 4 jam. Setelah selesai kelas, saya keluar menuju jalan raya Veteran namun tidak ada satupun angkutan kota, ojol, taksi dan kendaraan pribadi yang lewat karena semua akses menuju dan keluar jalan Veteran di tutup.
Saya harus berjalan sekitar 200 meter sampai perempatan jam gadang. Perkantoran di tutup, suasana sepi dan mencekam.
Sampai perempatan, saya memesan ojol. Terdengar percakapan dari para pedagang di sekitar perempatan bahwa isu bom di Pasar Atom. Perasaan cemas kembali muncul karena tempat saya menginap persis berada di seberang Pasar Atom.
Peristiwa itu menjadi kisah tersendiri dalam perjalanan usaha saya.
Tahun ini, tahun kedua perjalanan usaha kami. Kami hanya mencoba untuk tetap bertahan ditengah resesi ekonomi. Satu-satunya usaha yang masih berjalan setelah bimbingan belajar privat yang saya kelola tutup akibat pandemi.
Usaha kuliner kami sudah masuk di salah satu aplikasi belanja makanan online sehingga sangat membantu penjualan. Berharap orang yang enggan bepergian dan memilih stay at home akan memanfaatkan aplikasi tersebut.
Walaupun penjualan tidak seperti dahulu yang terpenting bagi kami, usaha yang sudah kami bangun dari nol tidak berhenti sampai di sini.