Mohon tunggu...
Yunita Sabardi
Yunita Sabardi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Sedang belajar menulis, jika tulisanku absurd memang benar adanya :) terimakasih telah dikritik tapi sebenarnya tak siap.he3

JATENG

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Kami Pelaku UMKM yang Mencoba Bertahan di Tengah Pandemi

28 Desember 2020   12:16 Diperbarui: 28 Desember 2020   12:47 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bulan Maret ketika covid 19 mulai masuk ke Indonesia, sama sekali tidak pernah terbayangkan sedikit pun covid 19 dan dampaknya akan sampai ke kota tempat tinggal saya yang kecil. Sebuah kota kecamatan di wilayah kabupaten Banyumas, Provinsi Jawa Tengah.

Satu bulan di awal pandemi, perekonomian warga yang terdampak membuat saya dan suami sebagai pelaku UMKM yang saat itu belum merasakan dampaknya, tergerak untuk memberikan sedikit rezeqi yang kami punya untuk orang-orang di sekitar kami yang berprofesi sebagai  driver ojeg, pengayuh becak, tuķang parkir dan  pedagang kaki lima. Kami ingin mereka tetap bertahan seperti juga harapan untuk usaha yang kami jalani.

Seiring berjalannya waktu masyarakat mulai membuat gerakan 'Jogo Tonggo' sebuah gerakan yang diprakarsai oleh Gubernur Jawa Tengah untuk membantu tetangga. 'Jogo Tonggo' mencakup dua hal, yaitu jaring pengaman sosial dan keamanan, serta jaring ekonomi.  Gerakan ini salah satunya dengan berbagi makanan pokok, lauk serta sayuran mentah.

Setelah 4 bulan berselang, Kami mulai merasakan dampak dari pandemi ini. Menurunnya daya beli masyarakat yang menurut kami berdampak pula pada penjualan bakso malang yang telah dirintis selama dua tahun berada pada titik merangkak setelah sempat berlari.

Kami mulai mencari alternatif dengan menjual varian dari Bakso Malang seperti tahu bakso, pentol, pangsit basah dalam kemasan box dengan tujuan agar usaha bakso kami tetap bertahan disituasi yang sulit. Bersyukur masih ada peminatnya namun terbatas hanya di dalam kota kabupaten karena makanan bertahan hanya satu hari di suhu ruang.

Selain itu kami juga membuat mie ayam mentah kemasan box yang kami jual secara online

Dokpri
Dokpri
Saya maupun suami bukan seorang chef yang ahli memasak. Saya belajar membuat bakso Malang di sebuah tempat kursus memasak di kota Surabaya.

Flashback memories di bulan Mei tahun 2018

Jam 08.00 saya dan suami meninggalkan penginapan di sekitar Pasar Atom Surabaya menuju Lezat Academy. Suasana disekitar Jalan Veteran nampak normal. Setelah masuk ke gedung untuk memastikan waktu kelas pelatihan bakso Malang akan di mulai, sayapun kembali keluar menuju jalan raya Veteran, memesan ojol untuk suami yang akan kembali ke penginapan.

Selang 10 menit tiba-tiba terdengar suara dentuman keras...

Tak pernah terpikirkan waktu itu bahwa yang saya dengar adalah suara bom.

Suasana jalan Veteran berubah ramai. Para karyawan dari berbagai perkantoran berhamburan keluar.

Ojol yang saya pesan sudah sampai dan menjadi salah satu korban serpihan bom di jemarinya. Bersyukur tidak parah dan masih bisa membawa penumpang.

Dari abang ojol, saya tahu kalau suara bom tersebut berasal dari Mapolres Surabaya yang berjarak sekitar 100 meter dari tempat saya berdiri.

Tidak sampai setengah jam TKP sudah dipasang police line. Awak media sudah banyak yang berada di sekitar lokasi.
Masuk dan keluar jalan Veretan pun di tutup.

Kelas Bakso Malang tetap berjalan selama 4 jam. Setelah selesai kelas, saya keluar menuju jalan raya Veteran namun tidak ada satupun angkutan kota, ojol, taksi dan kendaraan pribadi yang lewat karena semua akses menuju dan keluar jalan Veteran di tutup.

Saya harus berjalan sekitar 200 meter sampai perempatan jam gadang. Perkantoran di tutup, suasana sepi dan mencekam.

Sampai perempatan, saya memesan ojol. Terdengar percakapan dari para pedagang di sekitar perempatan bahwa isu bom di Pasar Atom. Perasaan cemas kembali muncul karena tempat saya menginap persis berada di seberang Pasar Atom.

Peristiwa itu menjadi kisah tersendiri dalam perjalanan usaha saya.

Tahun ini, tahun kedua perjalanan usaha kami. Kami hanya mencoba untuk tetap bertahan ditengah resesi ekonomi. Satu-satunya usaha yang masih berjalan setelah bimbingan belajar privat yang saya kelola tutup akibat pandemi.

Usaha kuliner kami sudah masuk di salah satu aplikasi belanja makanan online sehingga sangat membantu penjualan. Berharap orang yang enggan bepergian dan memilih stay at home akan memanfaatkan aplikasi tersebut.

Walaupun penjualan tidak seperti dahulu yang terpenting bagi kami, usaha yang sudah kami bangun dari nol tidak berhenti sampai di sini.

Tahun 2020 telah menorehkan sejarah bagi kami pelaku UMKM dan semua penghuni bumi.

Semoga kami bisa menjadi keluarga tangguh. Dengan terus berusaha mencari peluang dan disertai dengan kekuatan doa.


Ajibarang, 28 Desember 2020

Salam hangat,
Yunita_Sabardi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun