Mohon tunggu...
yuniar firdaus
yuniar firdaus Mohon Tunggu... -

just step on it

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Satu Kalimat Buat Mama...

19 Desember 2011   13:17 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:03 807
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

namun, ketika aku ingin sesosok 'mama' ada di sampingku, mama tidak pernah bisa -dan tidak akan pernah bisa- untuk memberinya...

Mama, tidak pernah bertanya aku sudah makan atau belum..
Mama, tidak pernah bertanya apakah aku pacaran atau tidak selama sekolah..
Mama, tidak pernah bertanya nilai nilai ulanganku..
Satu satunya hal yang paling sering mama tanya padaku adalah..
'kapan kamu berhenti mengajakku bicara dengan bahasa aneh seperti itu?'

mama menatapku seolah aku bukan darah dagingnya,
padahal aku jelas jelas anak kandungnya..

Tapi aku menatap mama sebagai ibu..
Yang melahirkan ku..
Yang mengijinkanku melihat dunia dengan mataku..
Yang mengijinkanku mendengar dunia dengan telingaku..
Yang mengijinkanku merasakan dunia dengan hatiku..
Tapi aku tak diijinkan berbicara pada dunia dengan lidahku..
Saat itu , tengah malam.
Kudengar ibu ku membanting pintu depan,
dengan langkah lemas,
aku melihat ibuku berusaha jalan terhuyung-huyung mencari kamarnya di tengah gelapnya rumah...

Dia meraba raba, hingga sampailah di depan pintu kamarnya...
Aku melihat
-hanya melihat-

mama... Dia terlihat sangat lelah..
Aku ingin sekali mendekatinya,
memijitinya atau sekedar membuatkan air putih untuknya..
Dan itu, kulakukan pada akhirnya..

Aku ketuk pintu kamar mama,
aku bawakan ia segelas air putih..
Tapi mama tidak keluar juga..
Aku mencoba membuka pintu kamarnya, tidak dikunci..
Aku lihat dia terbaring, panas, suhu tubuhnya sangat panas..
Mama sakit..

Aku panik..
Aku telepon bibi ku, paman ku, tetanggaku, teman teman mama, semuanya..

Tapi tak seorangpun mengerti kata-kata ku..
Aku maklum,
bagaimana bisa mereka bisa mengerti ketika seorang bisu bicara..

Aku berlari ke tetangga depan rumahku,
minta pertolongan,
dia sanggup membantu, ketika aku tulis maksudku di atas kertas putih padanya..

Mama,
dibawa ke rumah sakit..
Namun aku tetap di rumah, aku persiapkan segala sesuatu untuk mama di rumah sakit..
Lagipula aku dilarang oleh tetanggaku,
'sudah larut, rumahmu kosong, tinggalah disini, kami akan mengabarimu, nak'
aku tak bisa membantah..
Karena lagi lagi aku tak bisa bicara...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun