Perihal kematian tidak hanya menimbulkan permasalahan dalam hal kependudukan, melainkan permasalahan lahan pun ikut terkena dampak dari situasi tersebut. Dalam hal ini akibat meningkatnya angka kematian memberikan dampak pada krisis ketersediaan lahan untuk pemakaman.
Padahal pihak pemerintah telah mengupayakan untuk memberikan lahan khusus untuk para jenazah covid-19. Namun, lahan tersebut masih saja belum menutupi atau cukup hingga saat ini. Sebab angka kematian kian hari terus mengalami peningkatan. Banyak warga yang ingin menguburkan jenazah keluarganya di pemakaman umum karena keterbatasan lahan yang diberikan oleh pemerintah.
Namun, hal tersebut apabila dilakukan dapat membahayakan warga sekitar pemakaman atau warga yang berdomisili disekitar tempat pemakaman. Sebab kemungkinan penularan virus melalui tanah tersebut sangatlah mudah dan nantinya akan mempermudah penularan virus.Â
Selain itu, pemakaman di tempat pemakaman umum pun masih belum sesuai prosedur covid 19. Sehingga, pemakaman sebaiknya dilokasi yang telah ditentukan serta dianjurkan pemerintah.
Meskipun angka kematian mengalami peningkatan, hal tersebut pun berbanding lurus dengan peningkatan angka kelahiran bayi. Di lingkungan sekitar rumah saya angka kelahiran bayi ikut mengalami peningkatan.Â
Hal tersebut tentu saja memberikan pengaruh terhadap demografi wilayah saya, sebab peningkatan angka kelahiran bayi berhubungan dengan data kependudukan.
Mengenai kelahiran bayi, terdapat pula permasalahan lain di lingkungan sekitar rumah saya. Selain banyak angka pernikahan, disisi lain banyak pula kasus perceraian yang terjadi. Banyak rumah tangga yang berakhir ke perceraian akibat situasi pandemi seperti saat ini.Â
Ada beberapa faktor yang menyebabkan hal tersebut terjadi, pertama mulai karena adanya permasalahan ekonomi yang menyebabkan sejumlah keluarga tersebut harus terlilit hutang dan mengalami permasalahan keuangan.
Mereka pun mengambil keputusan cerai, karena merasa bahwa pernikahan mereka sudah tidak dapat lagi dipertahankan. Adapun alasan lain ialah karena pembatasan aktivitas masyarakat. Pemerintah menekankan para masyarakat untuk terus di rumah dan mengurangi aktivitas mereka di rumah saja. Hal tersebut membuat setiap orang harus tinggal di rumah dan pasangan suami istri pun akan sering untuk bertemu.Â
Bagi sejumlah orang hal tersebut sangatlah baik karena mereka dapat meluangkan banyak waktu untuk keluarga mereka. namun, ada pula sejumlah pihak yang merasa bahwa hal tersebut akan membuat mereka merasa jenuh di rumah.
Mereka merasa bahwa dengan selalu bertemu dengan pasangannya dapat membuat mereka merasa jenuh dan merasa bosan. Hal tersebut pun dapat memicu timbulnya permasalahan rumah tangga yang dapat membuat mereka merasa bahwa perceraian merupakan cara terbaik bagi mereka dalam menyelesaikan permasalahan mereka tersebut.