Membaca sindiran pak SBY ke prof Amin (sekira pekan ketiga Maret 2018) yang menekankan perlunya kritikan disampaikan secara santun karena "kita ini sudah tua". Artinya --kalau menyimpulkan sinyalemen pak SBY itu- bukankah pak Amin ini memang balik ke masa kanak kanak lagi (dus ilmu gerontologi seperti tulisan beliau 18 tahun yang lalu terjadi kepada penulisnya).
Memahami politisi sepuh (tahun ini usia beliau 74 tahun) artinya kita musti empati terhadap fisik dan psikisnya. Seperti mudah capek dan cepat lupa. Saat mengatakan wartawan bahwa pemanggilan namanya kurang "Muhammad", lalu beberapa saat kemudian menyatakan bahwa Kapolri saat ini perlu dipecat (karena katanya tersangkut KKN). Pak Amien menyebut nama Tito karnavia, tetapi lupa kalau nama lengkap Kapolri adalah Muhammad Tito Karnavian.
Namun ada sisi konsistensi beliau. Pertama adalah kritik pedasnya terhadap pemerintah. Dimulai dari Orde Baru, orde Reformasi (pak Habibie), bahkan orde rahman wahid, tak lepas dari kritikan pak MAR ini.Â
Berlanjut ke era SBY, dan sekarang Jokowi. Yang kedua konsistensi beliau bahwa orang Islam musti menguasai politik (atau pemerintahan dalam hal ini). Sehingga kita perlu pahami bahwa empat anak pak MAR (dari lima totalnya) semua menyalonkan diri menjadi anggota legislatif untuk 2019 nanti. Semoga memang itu cita cita mulia, maka sampaikan MARhaban kepada keluarga besar prof MAR.
Semoga mengurangi kemunculan pak MAR di media yang cenderung Madly Adequate Response terhadap sebuah fenonema perpolitikan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H