Mohon tunggu...
Yuniandono Achmad
Yuniandono Achmad Mohon Tunggu... Dosen - Dreams dan Dare (to) Die

Cita-cita dan harapan, itu yang membuat hidup sampai saat ini

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Memahami Amien Rais (MAR)

13 Oktober 2018   22:25 Diperbarui: 13 Oktober 2018   22:50 1072
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di era tahun tahun 1998 itulah pak MAR mengalami masa peak performancenya. Sehingga amat pantas saat itu dijuluki "Lokomotif Reformasi". Sebagai ketua PP Muhammadiyah (sejak tahun 1995) paradigma yang beliau tawarkan adalah "high politic" yang meniadakan politik ecek ecek, atau politik yang hanya mengandalkan kasak kusuk. Ia ganti dengan politik tingkat tinggi yang berkualitas dan bermoralitas.

Pernyataan-pernyataan beliau menjadi viral saat itu. Selain high politic, ada juga "koruptor is begundal" (yang disampaikan pada forum Jakarta Lawyer Club dengan pembawa acara Ira Koesno dulu) dan reformasi yang "termehek mehek", serta menyebut pak Harto dengan "the old man". Cerita khayalan berjudul "si kancil" juga menjadi ngehits saat itu sebagai analogi kreatifitas kritikan di tengah cengkeraman rezim diktator.

Di sebuah wawancara televisi swasta dulu (seingat saya Rosiana Silalahi sebagai presenternya) pak Amien bercerita mengenai kancil pilek. Syahdan pada zaman dahulu kala, terdapat kerajaan hutan yang dikuasai oleh seekor singa buas.

Suatu saat sang Raja tersirat keinginan untuk mengetahui pendapat pihak lain mengenai kebersihan istananya -yang sebenarnya berbau pesing. Lalu sang raja memanggil lembu, kijang, dan seekor kancil.

Pertama, si Lembu. Setelah mencium ke sana ke mari, si lembu tadi mengatakan bahwa istana sang raja amat bersih dan baunya harum. Raja hutan ini marah karena menilai lembu tak jujur.

Lembu diterkam menjadi mangsanya. Kemudian giliran kijang. Tak ingin bernasib seperti lembu, sang kijang menjawab seadanya. Tapi apes, dia tetap dimangsa karena dianggap tak punya sopan santun. Menurut singa, si kijang mestinya mengkritik keadaan yang sebenarnya.

Akhirnya si kancil pun dipanggil. Sang kancil pintar. Supaya tidak memancing kemarahan sang raja, dia mengaku sedang pilek. "Maaf baginda, saya sedang pilek. Jadi, saya nggak bisa membau," tukas sang kancil. Jawaban itu dinilai singa paling bisa dimaklumi. Bisa ditebak, si kancil pun selamat.

Cerita itu tak ubahnya gambaran peta politik yang otoriter, ketika politikus seperti kancil pileklah yang akan menang. Nah rupanya menurut pak Amien, banyak elite politik saat ini yang cerdik memilih menjadi kancil pilek, alias tak berani mengambil pendirian. Amien meyakinkan bahwa dirinya tak ingin menjadi kancil yang tengah influenza. Demikian kata pak Amien dalam dalam Dialog Topik Ini di Studio SCTV yang ada di web Liputan 6.

MAR, "M"-nya adalah Memahami

Bagaimana memahami langkah-langkah pak Amien di masa lalu dan saat ini? Seingat saya di tabloid detak tahun 1998 (saat itu koran detik sudah dibreidel, adanya "detak"), pak Amien menulis tentang ilmu "gerontologi" atau ilmu yang membahas orang-orang tua.

Pak MAR beranekdot bahwa gerontologi adalah ilmu orang orang yang kuatnya makan "gerontol" (karena gigi sudah pada habis). Gerontol adalah pipilan jagung kering yang direndam dan di rebus, sehingga menjadi amat halus. Pak MAR dalam tulisannya kurang lebih menyatakan bahwa ketika manusia menginjak masa tuanya, maka akan kembali ke masa kanak-kanak lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun