Keluarga yang sangat kecil jumlahnya menimbulkan sebuah persoalan kalau harus menangani suatu pekerjaan yang banyak. Membersihkan rumah makan waktu lama. Kalau kebagian menerima ibu-ibu PKK RT Â arisan di rumah menjadi repot luar biasa dalam berbagi tugas.Â
Menyiapkan teh panas dan snack, menata tempat dan menggelar tikar lalu sesudahnya mencuci gelas-gelas kotor yang banyak sekali. Ketika menyuguhkan minuman dan snack itu bisa lama karena hanya berdua. Biasanya beberapa Ibu ikut membantu supaya cepat selesai dan aku bisa segera kembali duduk bersama mereka.
Hanya berdua dengan anakku terkadang kurang asyik jika harus piknik. Pernah aku mengajaknya ke Bogor  naik travel dari  Yogya. Dari  Bogor aku dan anakku  ke Jakarta naik kereta api. Di Jakarta menginap di rumah saudara di wilayah Tangerang tapi sebenarnya lebih dekat dengan  Kebayoran Lama.Â
Karena itu adalah kali pertama anakku menginjakkan kaki di kota metropolitan Jakarta, dia ingin jalan-jalan melihat beberapa tempat menarik. Sayangnya saudaraku tidak bisa mengantarkan ke sana. Begitu pula dengan anak-anaknya yang sudah kuliah. Mereka pasti percaya kalau aku akan bisa bepergian sendiri karena pernah tinggal di Jakarta selama tiga bulan ketika bekerja dan belum menikah.
Jadilah city tour di Jakarta hanya kami lakukan berdua dengan naik bis kota, angkot dan ojek. Kami pergi ke kolam renang Eldorado dan TMII. Anakku yang waktu itu masih SD dan sangat suka berenang sangat senang bisa berenang di Eldorado.Â
Banyak foto yang kami buat di sana. Begitu pula ketika berkunjung ke TMII. Ketika bertambah besar anakku tidak lagi mau diajak piknik berdua. Katanya, nggak asyik , sepi seperti orang hilang nggak ada teman. Dia lebih suka piknik beramai-ramai dengan teman-teman sebayanya.
Keluarga besar bisa jadi memberikan kegembiraan yang lebih besar pula. Aku merasakannya  ketika berkumpul dengan saudara-saudara dari pihak Ayah pada waktu lebaran atau kalau ada salah satu saudara yang punya hajat menikahkan anaknya lalu kita bertemu dan saling bersilaturahmi. Hanya saja kesempatan seperti itu sering luput dari pemantauanku.Â
Karena aku tinggal jauh dari mereka maka berita-berita seputar hajatan yang digelar hampir tidak pernah sampai ke telingaku. Untungnya Mbak Wahyu sering mengabarkan kepadaku jika ada salah satu saudara yang punya hajat. Kalau aku tidak ada kesibukan kerja kusempatkan untuk datang meski tidak diundang.Â
Mereka menyambutku dengan gembira dan berterimakasih atas kedatanganku. Selama ini semua saudaraku menganggapku sibuk bekerja dan punya keterbatasan untuk bisa bepergian ke luar kota hanya karena aku seornag single parent yang bekerja kantoran.Â
Kebanyakan dari mereka berwiraswasta sehingga tidak terikat oleh waktu. Sedangkan aku karena jauh dan bekerja dengan jam kerja tertentu dikhawatirkan sulit mendapatkan ijin dari atasan.
Ketika aku sakit dan harus sering ke luar masuk rumah sakit sangat terasa betapa tak ternilainya kehadiran keluarga. Awalnya aku divonis mempunyai endometriosis di rahim yang lalu berubah menjadi miom. Rasa sakit yang tak terperi memaksaku untuk segera ke Rumah Sakit tetapi sudah tak kuat lagi.Â