Bumi yang di pijak oleh Ahmad seakan runtuh,tubuh Ahmad limbung bersama handpone yang ada di tanganya, jatuh berhamburan ke lantai,baru kali ini Ahmad menangisi akan kebodohanya, kenapa ia tidak cepat berfikir untuk datang melamar Asyura, saat itu. Kini semuanya telah terlambat dan hanya rasa penyesalan yang tiada arti,ia kumpulkan semangat untuk membalas pesan dari belahan jiwanya itu, Handpone yang berantakan itu ia satukan kembali dan huruf demi huruf ia rangkai hingga jadi sebuah kalimat,
Tangan Asyura gemetaran ketika handpone miliknya berbunyi,lalu dengan perasaan yang tak menentu ia baca beberapa baris kalimat yang sangat menyayat hati dan perasaanya,lalu tubuhnya melemah dan jatuh terduduk dipinggir ranjang kamarnya,air mata tak berhenti mengalir membasahi pipinya dan jilbab yang ia kenakan basah terkena air mata. Semua yang ia rasakan seolah hancur bersama datangnya pesan dari kekasih hatinya.
Riiinngg…riiing..riinngg…
Sebuah pesan dari kekasihnya ia baca.
“Walaikumsalam… Adekku sayang, belahan hati Abang,ini semua menghancurkan hati dan perasaan Abang, sebab saya mengira cintamu bisa mengalahkan segalanya bahkan itu adalah orang tuamu, saya disini mencoba mengumpulkan puing-puing hati yang telah kau hancurkan,seketika juga,kau telah menodai cinta suci yang selama ini saya percayakan untuk dirimu,mengapa kau tak menunggu kedatanganku,dan menerima lamaran orang lain?”
Sakit hati gadis itu membaca pesan yang di kirim oleh kekasihnya, seakan hilang semua ingatanya, sebab ia juga tak pernah menginginkan hidup serumah dengan orang yang tak pernah ia cintai, cinta sucinya hanya untuk Ahmad seorang, air matanya tak berhenti mengalir hingga malam, tak satupun pesan yang masuk dari Ahmad, ia menunggu handponnya berbunyi dan berharap Ahmad akan mengirimkan sebuah pesan untuknya namun ternyata hingga larut malam handpone Asyura tak pernah bordering, dan ia tak pernah tau apa yang terjadi pada Ahmad saat itu,hanya doa yang senantiasa ia panjatkan agar kekasihnya selalu dalam perlindungan-Nya.
Di tempat lain keadaan Ahmad sangat mengibakan sebab ia tak henti-hentinya menyebut nama Asyura,itu semua membuat hati pemuda itu tergoncang sebab Asyura adalah cinta pertama dalam hidupnya, tiada cinta yang pernah ia kenal selain cintanya pada Asyura, orang tua Pemuda ini sangat bingung ketika melihat anak semata wayangnya kini terpuruk oleh rasa cinta yang mendalam pada seorang gadis yang belum pernah ia temui,namun janji setia telah terucap antara mereka berdua, pernah suatu hari Ahmad bersumpah bahwa ia tak akan pernah menikah selain dengan Asyura.
“Ahmad.. sadar Nak, masih banyak wanita lain, yang bisa jadi pendamping hidupmu”
kata ibu Ahmad sambil mengelus-elus kepala anaknya,sudah beberapa hari Ahmad tak mau makan bahkan ia lebih banyak mengurung diri di kamar, perasaan sedih dan iba sebagi seorang ibu membuat bulir-bulir bening menetes di sudut mata lelahnya. Namun tatapan mata Ahmad kosong wajahnya pucat,sebab beberapa hari ia tak makan.
“Mad.. ayo nak makan,..”