Dina, aku bukan orang yang terlalu cerewet. Aku memiliki dua sahabat dekat. Dina, yang sangat cerewet dan pandai berkomunikasi, bahkan dengan orang baru. Sedangkan Rani, sahabatku yang lain, adalah kebalikan dari Dina. Ia pendiam dan hanya berbicara seperlunya. Di antara kami bertiga, Rani sering menjadi penengah jika aku dan Dina berselisih pendapat.
Namaku Mentari, teman-temanku biasa memanggilku Tari. DibandingkanHari Minggu pagi yang cerah ini, aku, Dina, dan Rani berencana bersantai di tepi pantai, menikmati pesona alam yang menenangkan. Setelah lama terpisah karena sekolah yang berbeda, momen ini terasa sangat ditunggu-tunggu. Kami berkumpul di rumah Dina untuk jogging bersama menuju pantai.
"Pagi, Dina! Pagi, Rani!" sapaku dengan senyum lebar. Sudah lama aku menantikan liburan bersama mereka lagi.
"Pagi, Tari," jawab mereka serempak, juga tersenyum. Persahabatan kami telah terjalin sejak SMP. Namun kini, karena sekolah di tempat berbeda, kesempatan untuk berkumpul sangat jarang.
"Wah, kalian tampak sangat bersemangat pagi ini," kataku melihat wajah ceria mereka.
"Iya, Tari! gue udah ga sabar melihat pantai yang luas dan indah!" jawab Dina, antusias. Rani hanya mengangguk pelan, sesuai dengan sifatnya yang tenang.
Kami mulai berjalan menuju pantai. Jalanan masih sepi, kendaraan jarang berlalu lalang. Sambil berjalan, kami berbagi cerita tentang kegiatan di sekolah masing-masing. Aku dan Dina masih satu sekolah, jadi tak jarang kami bertengkar kecil. Sedangkan Rani, yang bersekolah di tempat lain, lebih sering mendengarkan cerita kami dengan sabar.
"Bagaimana sekolah kalian? Kegiatan apa saja yang kalian lakukan di sana?" tanya Dina, memutar badannya untuk memastikan kami mendengar.
Rani menjawab, "Seperti biasa, belajar di kelas, menunggu guru yang telat, lalu menghabiskan waktu istirahat di perpustakaan."
Aku menimpali, "Kalau aku, selain belajar di kelas, aku juga aktif di ekstrakurikuler dan membaca buku di perpustakaan saat istirahat."
Tak terasa, kami sudah sampai di gerbang pantai. Pantai masih sepi, udara pagi yang segar menyambut kami.
"Kita duduk di saung itu saja sampai jam tujuh, bagaimana?" saranku sambil menunjuk ke arah sebuah saung besar.
Rani tersenyum, "Boleh, kita santai-santai sambil ngobrol."
"gue setuju, tapi bolehkah kita lebih lama? gue merasa bahagia di sini," tambah Dina, masih terpukau dengan keindahan pantai.
Kami duduk di saung, mengistirahatkan kaki setelah berjalan cukup jauh. Dina, yang penuh energi, segera berlari ke pantai dan bermain air.
"Din, sini dulu, duduk sebentar. Lo nggak capek?" kata Rani, menepuk bangku di sampingnya.
Aku hanya tersenyum melihat tingkah Dina yang begitu bersemangat. Setelah beristirahat, aku dan Rani menyusulnya ke tepi pantai.
"Jangan lupa kita abadikan momen ini dengan foto-foto!" seru Dina sambil mengeluarkan ponselnya.
"Sini, biar aku yang memotret kalian berdua dulu," kataku, menyodorkan tangan untuk mengambil ponsel Dina.
Sambil bergaya, Dina dan Rani tertawa. Aku mengambil beberapa foto mereka.
"Sudah cukup?" tanyaku setelah beberapa jepretan.
Dina mendengus, "Masa sebentar saja? Cepat sekali!"
Rani tertawa kecil, "Sudah, jangan ribut. Kita kan sedang bersenang-senang."
Kami pun saling bergantian memotret hingga puas. Akhirnya, setelah menikmati pemandangan dan mengobrol lama, aku merasa sudah waktunya pulang.
"Teman-teman, ayo pulang. Sudah mulai siang, dan pantai akan segera ramai," ajakku.
Rani setuju, "Iya, lebih baik kita pulang sekarang."
Dina terlihat sedikit kecewa, tetapi akhirnya mengikuti kami. Kami berjalan kembali ke rumah Dina. Setelah sampai, aku berpamitan.
"Aku pulang dulu ya, Din, nanti kapan-kapan aku main lagi ke rumahmu," ucapku sambil melambaikan tangan.
"Iya, hati-hati di jalan Tari," jawab Dina, melambaikan tangan juga.
Aku pun berjalan pulang dengan senyum di wajah, mengenang momen indah bersama sahabat-sahabatku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H